Monday, June 11, 2018

√ Ablasio Retina ; Penyebab, Tanda-Tanda Dan Penanganan




Ablasio retina didefinisikan sebagai kondisi absurd dimana kepingan sensoris dari retina terpisah dari lapisan retinal pigment epithelium (RPE). Kondisi ini harus segera ditangani lantaran ada risiko terjadinya kebutaan yang permanen.


Mengenal ablasio retina 


Retina merupakan lapisan jaringan yang sensitif terhadap cahaya yang mengirim pesan visual melewati saraf optikus ke otak. Lapisan retina ini sanggup berubah tertarik ke atas maupun ke depan dari posisi normalnya.


Ablasio retina didefinisikan sebagai kondisi absurd dimana kepingan sensoris dari retina terpisah dari lapisan retinal pigment epithelium (RPE). Kondisi ini harus segera ditangani lantaran ada risiko terjadinya kebutaan yang permanen.


Klasifikasi


Secara umum terdapat tiga jenis ablasio retina, yaitu:



  1. Rhegmatogen: terjadi akhir robekan pada lapisan retina yang menimbulkan cairan yang berasal dari vitreus masuk ke dalam lapisan retina sehingga cairan memisahkan lapisan sensoris dan RPE

  2. Traksional: terjadi lantaran ada tarikan yang menciptakan lapisan retina berpindah posisi yang disebabkan kontraksi membran vitreoretina yang berada di antara vitreus dan retina

  3. Eksudatif: terpisahnya lapisan sensoris retina dengan RPE lantaran ada cairan subretina yang berasal dari pembuluh darah neurosensoris atau koroid yang memisahkan kedua lapisan tersebut.


Faktor Risiko


Ablasio retina berisiko pada individu yang menderita miopia tinggi (rabun jauh), individu dengan diabetes mellitus (DM) dengan onset lama, DM dengan komplikasi retinopati, individu dengan riwayat stress berat mata, riwayat operasi katarak, dan dengan riwayat keluarga dengan ablasio retina.


Patofisiologi dan Patogenesis


Pada kondisi ablasio retina tipe rhegmatogen, biasanya didahului oleh posterior vitreous detachment. Kondisi ini sanggup terjadi lantaran adanya miopia tinggi, afakia (kondisi tidak ada lensa pada pasien yang dioperasi namun belum dipasang lensa intraocular sintetik), Lattice Degeneration (kondisi terjadi atrofi pada retina perifer yang terjadi pada pasien muda dengan miopia tinggi), serta stress berat mata yang menimbulkan terjadinya robekan. Robekan ini yang menjadi daerah masuknya cairan vitreus ke rongga subretina.


Pada ablasio retina tipe traksional, paling sering disebabkan oleh kondisi yang merupakan komplikasi DM, retinopati DM proliferatif. Penyebab lain sanggup berupa kondisi menyerupai vitreoretina proliferatif, trauma, dan retinopathy of prematurity (ROP). Kondisi penyebab tersebut memicu terbentuknya jaringan ikat pada permukaan retina. Jaringan ikat ini yang menimbulkan traksi/tarikan pada lapisan retina yang menimbulkan kepingan sensorisnya terpisah dari RPE.


Sementara itu pada ablasio retina tipe eksudatif, tidak disebabkan oleh robekan atau traksi vitreoretina, melainkan lantaran terjadinya akumulasi cairan pada lapisan di bawah retina sensoris. Hal ini disebabkan proses degeneratif yang ada kaitannya dengan proses penuaan, peradangan, infeksi, tumor koroid, neovaskularisasi subretina (pembentukan pembuluh/vaskularisasi gres pada retina).


Gejala


Pasien biasanya tiba dengan keluhan melihat kilatan cahaya, yang berlangsung singkat, terutama ketika kondisi gelap, pergerakan mata mendadak. Pasien juga banyak yang mengalami sensasi subjektif menyerupai melihat objek berterbangan berwarna gelap atau hitam. Pasien juga sanggup melihat tirai gelap menyerupai rambut yang menutupi lapang pandang. Dapat juga terjadi penurunan tajam penglihatan, pasien menjadi buram.


Diagnosis


Pada investigasi fisik sanggup ditemukan relative afferent pupillary defect (RAPD) yang aktual pada kasus dengan ablasio retina yang ekstensif. Pemeriksaan tekanan bola mata juga sanggup dilakukan dan balasannya lebih rendah 5 mmHg dibandingkan normal (12-22 mmHg). Pada investigasi visus juga ditemukan penurunan dari visus normal (6/6 atau 20/20).


Dapat pula ditemukan tobacco dust appearance dimana ada bintik-bintik hitam beterbangan pada vitreus. Robekan retina terlihat menyerupai diskontinuitas dari permukaan retina berwarna kemerahan pada investigasi funduskopi. Dapat ditemukan pula edema retina pada investigasi funduskopi (oftalmoskopi) ablasio retina baru. Pada ablasio retina lama, sanggup ditemukan vitreus yang keruh, retina yang pucat, proliferative vitreoretinopathy (PVR).


Pada pasien dengan ablasio retina eksudatif, sanggup ditemukan citra ‘shifting fluid’ sesuai gaya gravitasi dimana pada keadaan bangkit tegak cairan terletak di bawah (inferior) dan pada kondisi berbaring cairan subretina berada di kepingan atas (superior). Dapat ditemukan juga elevasi retina yang terlihat paling tinggi pada kepingan traksinya.


Pemeriksaan penunjang lainnya yang sanggup dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit ini yaitu memakai ultrasonografi (USG). Pemeriksaan darah sanggup dilakukan untuk kasus uveitis dalam memilih penyebab yang mendasari. Fluorescein angiography sanggup dilakukan untuk mengetahui sumber akumulasi cairan subretina.


Pencegahan


Pencegahan sanggup dilakukan dengan mengontrol gula darah pada pasien dengan DM supaya komplikasi menyerupai retinopati tidak terjadi. Konsumsi obat rutin dan melaksanakan diet rendah lemak, rendah karbohidrat, dan tinggi serat sesuai dengan kalori per hari menurut berat tubuh ideal. Mengontrol miopia dengan memakai kacamata yang diresepkan oleh dokter. Tatalaksana sesuai etiologi dari ablasio retina sanggup dilakukan untuk mencegah ablasio retina.


Penanganan 


Penanganan dengan pembedahan. Pada kasus yang ringan, sanggup dilakukan fotokoagulasi dengan laser. Sebelum melaksanakan fotokoagulasi laser, pasien dibaringkan dengan elevasi 30 derajat (menggunakan satu bantal), untuk mencegah penyebaran cairan subretina menuju makula.


Terapi bedah lain yang sanggup dipilih:



  1. Pneumatic retinopexy: dengan memakai gas SF6 atau C3F8yang diinjeksikan pada vitreus untuk mengembalikan posisi retina

  2. Scleral buckling: tindakan ini bertujuan untuk menempelkan kembali retina yang terlepas dengan menempatkan explantseperti sabuk di area yang mengalami robekan

  3. Vitrektomi pars-plana: dilakukan untuk melepaskan traksi vitreo-retina

  4. Pada ablasio eksudatif, sanggup dilakukan tatalaksana menurut kondisi penyebab, tindakan menyerupai laser, krioterapi, dan injeksi steroid intravitreus sanggup dilakukan

  5. Pada ablasio traksional, sanggup dilakukan injeksi heavy fluid untuk meratakan retina, selain itu sanggup dilakukan tamponade gas atau cairan silikon.


Komplikasi


Komplikasi ablasio retina yang tidak diterapi yaitu kebutaan permanen. Sedangkan komplikasi lain sanggup ditemukan dari tindakan intervensi invasif ataupun non-invasif berupa: katarak, glaukoma, gangguan refraksi, diplopia, dan kemungkinan terjadinya retinopati proliferatif.


Semoga bermanfat!


 


Baca juga:



Gunakan aplikasi Go Dok untuk dapatkan ragam layanan kesehatan gratis, eksklusif dari SmartphoneDownload aplikasinya di sini.


 


FS/JJ/MA



Referensi




Sumber https://www.go-dok.comm