Oleh Ana C'laluceria Sanchia
Semuanya terasa begitu singkat, dan teramat cepat, seakan waktu tak lelah bergulir. Hari ini empat tahun sudah kusendiri tanpamu. Rindu, sudah tak terungkap lagi, namun kutegarkan hatiku, ku kuatkan langkahku. Aku Pulang. "I come home, I come home", teriak hatiku yang tak sanggup kutahan. Aku berjaji akan kembali usai wisuda pada kekasih tercinta, semoga tak lelah ia menungguku disana. Miss you Honey.
Begitu hingga di Jakarta, saya sempatkan untuk memberitahuya bahwa saya telah tiba di Indonesia dengan keinginan yang besar ia menantiku di bandara, akan ku peluk ia, akan kugenggam tangannya dan takkan kulepas. Sembari menunggu pesawat di translate, akupun terus berbalas pesan dengannya tak sabar rasa hati ini ingin segera bertemu melepas rindu, iapun berjaji menantiku dibandara. Dengan senyum yang semakin melebar beterbangan memenuhi ruang tunggu. I miss he verry much
rasanya hari ini tak akan terganti, sunggu hati berdebar makin kencang, rasa ingin berteriak dan berlari. Senyum
ini menemani setiap waktuku hingga hingga di Pekanbaru, love.


Love love love I miss you, saya berjalan terus menuju satu kawasan dikala ia melepas kepergianku dua tahun yang lalu. Dan kutemukan ia berdiri dan saya berlari menghampirinya dengan dua tangan terbuka, disambut dengan senyum olehnya.
"
Hai Sas...," sapanya tak membiarkan kedua tanganku meraih tubuhnya untuk kupeluk.

"
Hai Honey, miss you" sambutku dengan manja.

"Welcome home Sasy, and I just...
thanks darling. Where we go now?" dengan hangat saya menarik kedua tangan Joni.

"Stop Sas! Aku mau kenalin kamu...."
Tiba-tiba seorang cewek yang duduk dibelakangnya berdiri dan menyapaku.
"
Hei, saya Vina tunangan Joni."




"Sasy saya beneran tunangan Vina, dan saya sengaja tiba kesini untuk menawarkan usul ijab kabul kami.
"Kita putus!
"

"jadi kau bukan tiba untuk jemput aku?" tanyaku yang masih tak percaya tapi faktual ini.
"gak Sas, saya kesini buat ngasih usul saya dan Vina ini, saya harap kau datang"
Oh shit! Aku udah bilang sama Mang Ujang buat gak jemput.
"Sas, are you ok!?
"Yes, I'm fine! Sekarang bilang sama ku kalo ini fiktif dan saya akan jauh lebih baik."
"Hei Sas, kami itu udah mau nikah, usul ini buktinya dan cincin ini tanda bahwa saya dan Joni udah tunangan." Jelas Vina.
"
F*ck Vina!! Aku gak percaya kau musuh dalam selimut, nusuk saya dari belakang. Undangan ini saya terima, Insyaallah saya bakal datang! Fine kita putus Joni, semoga kau senang bersamanya. But 1, kalo ia sanggup khianati saya sahabatnya dari 10 tahun kemudian apalagi kau yang gres kenal ia 2 tahun belakangan. Kalo ia maling walaupun udah berubah, orang tetap mengenalnya maling. Mungkin ia sudah berhasil curi hati kau dan kesetiaan kau dari aku, tapi asal kau tau, gak ada satupun dari teman-temanku disana yang sanggup gantikan sosok kau dihatiku, meski mereka mencoba. Dan kau Vina, kalo Joni sanggup berpaling dariku dikala saya jauh dan menentukan kamu, gak menutup kemungkinan ia juga sanggup berpaling dari kamu. Nice to meet you here,
have nice day for you. joni, I can try to forget you. Remember me in your heart, forget me in your day. Tak ada pria sebaik kau dan tak ada sahabat se-the best kamu. Kalian berdua suplemen hidupku yang sangat sempurna, semoga hidup senang awat sampe kekek nenek."


Aku tersenyum
mengakhiri pertemuan itu. Masih berharap itu mimpi. ku-stop taksi dan pulang kerumah berharap terjaga dari air mata yang tak sanggup kubendung. Berharap sobat sekamar kos-an-ku membangunkanku bahwa hari telah siang namun tak seorangpun kecuali bunyi supir taksi yang memecah keheninganku.

"Sudah sampai, bu."
Aku masuk kerumah dengan senyum. Kuhapus air mata. Kusembunyikan tangisku. masih berharap ini mimpi, tapi pelukan ibu yang membuatku sesak napas menyadarkanku bahwa ini nyata. Aku kehilangan dia.

Akhir cinta bukan tamat segalanya, ada mimpi yang tetap harus saya raih bersamanya atau tidak. Mungkin saya sekarang tak lagi berdua namun terkadang sendiri juga tak jelek untuk melalui hari-hari.
Saat kudapat melangkah dan melupakan masa lalu, saya bertemu dengan Enda,
he's handsome "cakep" dan ia sobat sekantorku. Sejak bersamanya hari-hariku lebih baik. Mungkin Joni memang bukan jodohku.

Dan inilah tanggapan dibalik air mata kesedihan, kehilangan Joni. Selalu ada senang sesudah air mata.
Aku percaya rencana Allah itu Indah.
Sumber http://campusnancy.blogspot.com