Demensia merupakan sindrom dengan penurunan fungsi kognitif (otak), berkurangnya daya ingat, kemampuan berpikir, kemampuan memahami, mengambil keputusan, pertimbangan, memahami bahasa, dan menurunnya kecerdasan mental.
Pengertian
Demensia merupakan sindrom dengan penurunan fungsi kognitif (otak), berkurangnya daya ingat, kemampuan berpikir, kemampuan memahami, mengambil keputusan, pertimbangan, memahami bahasa, dan menurunnya kecerdasan mental. Kondisi ini umumnya terjadi pada individu berumur di atas 65 tahun.
Pada tahun 2013, American Psychiatric Association mengganti nama demensia dengan Neurocognitive disorder yang diklasifikan ke dalam dua kategori: major neurocognitive disorder dan minor neurocognitive disorder pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Penggantian nama ini bertujuan untuk mengurangi konotasi negatif dari ‘demensia’, membedakan dengan penyakit yang mempunyai tanda-tanda gangguan kognitif, dan meningkatkan akurasi dari diagnosis penyakit ini.
Gejala
Penurunan fungsi kognitif dengan gejala:
- Sering lupa, kehilangan ingatan (amnesia)
- Sering sulit mengucapkan kata, lupa kata-kata yang dipakai sehari-hari (aphasia)
- Kesulitan dalam melaksanakan sebuah gerakan (apraxia)
- Penurunan dalam kemampuan mengenali orang lain (agnosia)
- Penurunan kemampuan visuospatial(topographical disorientation)
- Penurunan dalam fungsi direktur termasuk pengendalian diri dan perawatan diri
- Penurunan kemampuan menghitung, berekspresi, dan menulis.
Penyebab
Penyebab demensia ada banyak, sebagai berikut:
- Alzhemier’s disease
- Disebabkan oleh akumulasi protein amyloidyang gila dan gangguan pada neurofibrillary tangles yang lalu bersifat toksik terhadap sel neuron. Sel neuron jadi tidak sanggup berfungsi sebagaimana semestinya.
- Gangguan vaskular
- Disebabkan oleh strokeyang terjadi pada pembuluh darah besar yang menyebabkan kerusakan local yang besar pada otak yang memicu terjadinya gangguan kognitif
- Dapat disebabkan pula oleh strokeyang terjadi pada pembuluh darah kecil yang menyebabkan kerusakan kecil di dalam otak yang berakumulasi secara gradual yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif jangka panjang, disertai tanda-tanda gangguan lobus frontalis otak (gangguan inhibisi).
- Parkinson’s disease
- Disebabkan gangguan agregasialpha-synuclein protein pada batang otak area substansia nigra. Hal ini menyebabkan tanda-tanda menyerupai tremor, rigiditas, gerakan lambat
- Pada 25% kasus gangguan ini menyebar ke area korteks terutama lobus frontalis dan nucleus basal yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif.
- Lewy body disease
- Disebabkan gangguan agregasi alpha-synuclein protein yang dimulai di area korteks
- Gangguan agregasi juga terjadi pada beta-amyloid protein menyerupai pada Alzheimer’s disease.
- Gangguan region fronto-temporal
- Disebabkan gangguan agregasi Tau protein (pick bodies) di lobus frontalis dan temporal yang menyebabkan penyurutan volume otak di area tersebut. Sering terjadi pada perempuan.
- Penyebab lain:
- Demensia lantaran HIV dimana virus mengeluarkan toksin yang mengganggu fungsi neuron
- Huntington diseaseyang disebabkan kelainan genetik yang memicu degenerasi sel otak pada basal ganglia dengan kemungkinan diturunkan sebesar 50%
- Trauma pada otak yang menyebabkan kerusakan serat akson yang menyebabkan gerakan withdrawal yang menyebabkan perubahan menjadi ‘retraction balls.’ Lobus frontalis paling rentan lantaran akson yang lebih panjang.
- Alcohol-induced dementia: Korsakoff dementia: lantaran defisiensi thiamin yang terjadi pada penggunaan alkohol jangka banyak dimana terjadi perubahan pada mammillary bodies di otak yang menyebabkan amnesia antegrade. Alcoholic dementia: disebabkan lantaran keracunan alkohol kronik yang sanggup disembuhkan dengan abstinen alkohol.
Diagnosis
Kriteria major neurocognitive disorder ATAU demensia menurut DSM-5:
- Ditemukan bukti bahwa pasien mengalami penurunan fungsi kognitif yang signifikan dibanding sebelumnya pada 1 atau lebih domain: atensi, fungsi eksekutif, memori, kemampuan belajar, kemampuan berbahasa, persepsi-motor, atau kognisi sosial berdasarkan:
- Keterangan individu terdekat pasien, informan, atau klinisi (dokter) yang menyampaikan bahwa ada penurunan fungsi kognitif yang signifikan, dan
- Gangguan bermakna pada kemampuan kognisi yang dikonfirmasi dengan investigasi terstandar, atau investigasi klinis.
- Ditemukan defisit kognitif yang mengganggu kemandirian pada acara sehari-hari, termasuk: membutuhkan derma dalam melaksanakan acara sehari-hari menyerupai membayar tagihan atau mengingat medikasi
- Penurunan fungsi kognitif tidak disebabkan adanya delirium
- Penurunan fungsi kognitif tidak disebabkan gangguan mental lainnya termasuk depresi, atau skizofrenia.
Penanganan
Penanganan mencakup:
- Terapi supportif:perawatan fisik dan dukungan keluarga
- Terapi simptomatik:
- Ansietas akut, gelisah, agresi, agitasi: haloperidol 3×0.5 mg, atau risperidon 1×1 mg per oral dan terapi dilarang sehabis 4-6 minggu
- Ansietas non-psikotik: diazepam 2×2 mg per oral (4-6 minggu)
- Agitasi kronis: fluoksetin 10-20 mg/hari per oral atau buspiron 2×15 mg per oral
- Depresi: desipramin 1×100 mg/hari per oral.
- Terapi khusus:
- Tatalaksana kondisi yang masih sanggup diterapi, misalnya untuk demensia Alzheimer’s disease dapat diberikan acetylcholine esterase inhibitor
Pencegahan
Beberapa studi termasuk sebuah penelitian oleh Eskelinen MH et al tahun 2010 menyatakan bahwa caffeine pada kopi sanggup menurunkan risiko demensia, penurunan fungsi kognitif, dan Alzheimer’s disease. Dengan konsumsi 3 cangkir kopi per hari (tanpa gula) sanggup menurunkan risiko hingga 65%.
Hal ini disebabkan properti antioksida, sifat stimulant, dan kemampuan stimulasi sensitivitas insulin yang dimiliki kopi yang menyebabkan kopi sanggup menurunkan risiko gangguan kognitif.
Semoga bermanfaat!
Baca juga:
- Fistula Ani ; Penyebab, Gejala dan Penanganan
- Epididimitis ; Penyebab, Gejala dan Penanganan
- Tiroiditis : Penyebab, Gejala dan Penanganan
Gunakan aplikasi Go Dok untuk dapatkan ragam layanan kesehatan gratis, pribadi dari Smartphone. Download aplikasinya di sini.
FS/JJ/MA
Referensi
Sumber https://www.go-dok.comm