Sunday, June 3, 2018

√ Fistula Ani ; Penyebab, Tanda-Tanda Dan Penanganan




Fistula ani ialah kondisi dimana terbentuknya terusan kecil di antara usus besar dan kulit di bersahabat anus. Penyakit ini dapat mengakibatkan sensasi tidak nyaman dan iritasi pada kulit, dan tidak sanggup sembuh dengan sendirinya, dibutuhkan tindakan pembedahan pada kebanyakan kasus.


Pengertian


Fistula ani ialah kondisi dimana terbentuknya terusan kecil di antara usus besar dan kulit di bersahabat anus. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi bersahabat anus yang mengakibatkan akumulasi pus ataupun abses, dikala bisul terdrainase keluar, sanggup meninggalkan terusan kecil yang disebut fistula.


Fistula ani sanggup mengakibatkan sensasi tidak nyaman dan iritasi pada kulit, dan tidak sanggup sembuh dengan sendirinya, dibutuhkan tindakan pembedahan pada kebanyakan kasus.


Penyebab


Penyebab utama fistula adalah pembentukan bisul yang disebabkan infeksi. Fistula ani terbentuk dikala pus sudah terkuras habis tetapi proses penyembuhan tidak terjadi secara sempurna.


Menurut estimasi, 1 dari 4 orang dengan bisul di anus akan mengalami fistula ani. Penyebab lainny dapat berupa:



  1. Crohn’s disease yang merupakan kondisi inflamasi pada terusan cerna yang terjadi dalam waktu yang lama

  2. Divertikulitis yang merupakan inflamasi lantaran infeksi divertikula (kantung kecil yang terletak di sepanjang usus yang kadang disebut kantung usus)

  3. Hidradenitis suppurativa yang merupakan gangguan pada kulit yang mengakibatkan pembentukan bisul dan pembentukan fibrosis (scarring)

  4. Infeksi TB pada usus atau HIV

  5. Komplikasi tindakan pembedahan pada area bersahabat anus.


Gejala


Tanda dan tanda-tanda yang paling sering ditemui pada pasien dengan fistula ani adalah:



  1. Iritasi kulit atau jaringan di sekitar anus

  2. Rasa nyeri, menyerupai tertusuk yang berkelanjutan, berulang, dan menjadi semakin parah dikala pasien dalam posisi duduk, bergerak, batuk, ataupun dikala ada gerakan peristaltik usus sebelum defekasi

  3. Keluar cairan amis dari area sekitar anus yang bukan feses

  4. Buang air besar (BAB) disertai nanah ataupun darah

  5. Bengkak atau kemerahan di sekitar anus, sanggup disertai demam pada beberapa kasus

  6. Kesulitan dalam menahan BAB atau disebut inkontinensia

  7. Ujung dari fistula mungkin sanggup terlihat menyerupai lubang di kulit bersahabat anus, walaupun sulit untuk dilihat sendiri lantaran letaknya.


Ketika tanda dan tanda-tanda di atas ditemukan maka harus segera berobat ke dokter.


Diagnosis


Pemeriksaan fisik yang sanggup dilakukan untuk mengonfirmasi adanya fistula ani adalah rectal touche atau investigasi anus yang dilakukan dokter dengan memasukkan jari secara perlahan ke dalam anus untuk memastikan ada atau tidaknya fistula.


Ketika keberadaan fistula sudah dikonfirmasi maka pasien akan dirujuk ke seorang jago bedah yang akan melakukan investigasi lanjutan untuk menegakkan diagnosis dan pemilihan penanganan yang sesuai.


Salah satu investigasi yang biasa dilakukan ialah proctoscopy yang dilakukan dengan memasukkan teleskop dengan ujung lampu dan kamera untuk melihat kondisi di dalam anus. Pemeriksaan lain sanggup berupa ultrasonografi (USG), magnetic resonance imaging (MRI) scan, atau computerized tomography (CT) scan.


Faktor Risiko


Menurut sebuah studi oleh Wang D et al (2014) faktor risiko terbentuknya fistula ani termasuk:



  1. Body Mass Index(BMI) / index massa tubuh di atas 25 kg/m2

  2. Konsumsi garam yang tinggi

  3. Riwayat diabetes mellitus (penyakit kencing manis)

  4. Hiperlipidemia

  5. Dermatosis

  6. Riwayat operasi anorektal

  7. Riwayat merokok dan konsumsi alkohol

  8. Gaya hidup kurang sehat yang jarang bergerak (sedentary lifestyle)

  9. Konsumsi masakan pedas dan berlemak secara terus-menerus

  10. Jarang berolahraga

  11. Kebiasaan buang air besar dalam waktu yang  lama.


Pencegahan


Pencegahan yang sanggup dilakukan ialah menanggulangi faktor risiko dari fistula ani, menyerupai berolahraga rutin 150 x/menit dibagi menjadi 3 sesi per minggu, menurunkan berat badan dengan sasaran BMI di bawah 25 kg/m2,  jaga contoh makan rendah lemak tinggi serat untuk melancarkan pencernaan, hindari masakan pedas berminyak, dan menjaga kebersihan diri dengan baik.


Penanganan


Fistula ani memerlukan tindakan pembedahan sebagai tatalaksana definitifnya. Berikut beberapa tindakan pembedahan yang sanggup dilakukan:



  1. Fistulotomi: dilakukan pembedahan dengan memotong fistula lalu dijahit biar terjadi proses penyembuhan dan pembentukan jaringan fibrosis (scarring) yang datar pada lokasi fistula

  2. Prosedur seton: dilakukan dengan meletakkan seton (sepotong benang bedah) di dalam fistula dan dibiarkan beberapa ahad biar sanggup terjadi proses penyembuhan sebelum mekanisme lainnya dilakukan untuk mengatasi fistula ani

  3. Teknik lainnya sanggup dilakukan dengan mengisi fistula (lubang) dengan adesif, ditutup dengan plug, atau ditutup dengan flap(irisan kulit) atau jaringan.


Prosedur-prosedur di atas mempunyai laba dan risiko yang berbeda. Banyak orang yang tidak memerlukan rawat inap sehabis operasi/pembedahan.


Komplikasi


Komplikasi pasca-pembedahan sanggup terjadi pribadi atau terlambat (delayed). Kondisi komplikasi yang sanggup pribadi ditemui sehabis pembedahan berupa retensi urin (pasien sulit buang air kecil), pendarahan, atau keluarnya cairan dari lokasi pembedahan, pembentukan sumbatan (obstruksi) ataupun impaksi feces.


Sedangkan komplikasi pasca-bedah yang muncul usang sehabis pembedahan sanggup berupa stenosis anus (dimana terjadi penyempitan lubang anus yang menjadikan sulit defekasi), munculnya kembali fistula, inkontinensia, dan proses penyembuhan luka yang usang (>12 minggu).


Komplikasi pembedahan juga termasuk infeksi yang disebabkan oleh insisi pada kulit, pada beberapa masalah infeksi sanggup menyebar ke terusan pencernaan dan menyebar ke seluruh tubuh mengakibatkan infeksi sistemik.


Pemberian antibiotik sanggup diberikan secara oral, namun pada masalah dengan infeksi sistemik, dibutuhkan penanganan rawat inap dan antibiotik parenteral (IV). Pemberian antibiotik sebelum terjadi infeksi (profilaksis) juga sanggup dilakukan untuk mencegah komplikasi infeksi.


Inkontinenasi sanggup terjadi sehabis operasi fistula ani yang disebabkan oleh rusaknya otot anal sfingter sehingga gerakan buka-tutup anus tidak sanggup berfungsi dengan baik sehingga ada kebocoran feses dari rectum.


Hal ini jarang terjadi, hanya sekitar 3-7% kasus, faktor risiko tertinggi dari kondisi ini ialah posisi dan lokasi fistula sehingga jenis pembedahan yang dilakukan.


Selanjutnya komplikasi sanggup berupa muncul laginya fistula. Hal ini terjadi pada 7-21% masalah tergantung pada tipe fistula dan mekanisme pembedahan yang dipakai untuk menutup fistula.


Semoga bermanfaat!


 


Baca juga:



Jaga kesehatan Anda dengan gunakan fitur ‘Tanya Dokter’ untuk diskusikan permasalahan kesehatan Anda. GRATIS! Download aplikasi Go Dok, di sini.


FS/JJ/MA



Referensi




Sumber https://www.go-dok.comm