Monday, May 7, 2018

√ Sekilas Perihal Flora Karet

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang berjulukan Hevea braziliensis. Tanaman karet mula-mula ditemukan di lembah-lembah sungai Amazone (Brazil). Ketika Christophel Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1476, beliau tercengang melihat penduduk setempat (suku Indian) bermain bola dengan memakai suatu materi yang sanggup memantul jikalau dijatuhkan ke tanah. Bola tersebut terbuat dari adonan akar, kayu, rumput, dan materi (lateks) yang lalu dipanaskan diatas api dan dibulatkan menjadi bola. Jauh sebelum flora karet ini populer, penduduk orisinil diberbagai tempat menyerupai Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan memakai pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah ini dihasilkan dari flora Castillaelastica (family moraceae). Tanaman tersebut tidak dimanfaatkan lagi sebab kalah tenar dibandingkan flora karet. Di Indonesia sendiri flora karet dicoba dibudidayakan pada tahun 1876 di ditanam pertama kali di Kebun Raya Bogor.


Tanaman karet sanggup tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon remaja bisa mencapai 15 – 25 meter. Batangnya biasanya tumbuh lurus dan mempunyai percabangan diatas. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun utama 3 – 20 cm. Panjang tangkai anak daun 3 – 10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya ada 3 – 6 buah sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dan mempunyai kulit yang keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Tanaman karet yaitu flora dengan sifat dikotil sehingga akar flora ini merupakan akar tunggang (masih ingat pelajaran IPA waktu SD kan?). Akar ini bisa menopang batang flora yang tumbuh tinggi dan besar.


Tanaman karet mempunyai sifat gugur daun sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Daun ini akan tumbuh kembali pada awal animo hujan.


Budidaya flora karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut:



  • Tinggi tempat 0 – 200 meter diatas permukaan laut

  • Curah hujan 1.500 – 3.000 mm/tahun

  • Bulan kering kurang dari 3 bulan

  • Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam

  • Kemiringan tanah kurang dari 10%

  • Tekstur tanah terdiri dari lempung berpasir dan liat berpasir

  • Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimum 15%

  • pH tanah berkisar 4,3 – 5,0 (kondisi asam ya…)

  • Drainase tanah sedang


Tanaman karet mempunyai keunggulan jikalau dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu:



  • Dapat tumbuh pada banyak sekali kondisi dan jenis lahan, serta masih bisa dipanen akibatnya meskipun tanah tidak subur

  • Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada tempat lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis.

  • Dapat menawarkan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakan. Prospek harganya juga cukup baik walaupun sering berfluktuasi/tidak stabil.


Tanaman karet ini apabila digores/disayat pada kulit batangnya akan mengeluarkan cairan pekat berwarna putih yang disebut lateks. Lateks ini akan kering dan menggumpal apabila dibiarkan lebih dari 2 jam. Pohon karet ini gres boleh dipanen (untuk diambil lateksnya) sehabis berusia 5 tahun dan mempunyai usia produktif 25 hingga 30 tahun. Lateks inilah yang selanjutnya akan diolah menjadi bentuk gres (produk barang jadi). Lateks yang masih dalam bentuk cairan menjadi materi baku produk balon karet mainan, permen karet, sarung tangan karet, k0nd0m dan lain-lain. Sedangkan lateks yang sudah kering (membeku, sering disebut kompo) menjadi materi baku ban mobil, conveyor belt, karet pelindung pada bodi mobil, dan lain-lain.



Sumber http://adigunakaryapersada.co.idd