Nama : Dika Ayu Rahmawati
Idris Efendi
Kelompok : 08
Proses Perkembangan dan Hubungannya dengan Proses Belajar
A. Definisi Perkembangan
Setiap organisme, baik insan maupun hewan, niscaya mengalami peristiwan perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini mencakup seluruh bab dengan keadaan yang mempunyai oleh organisme tersebut, baik yang konkrit maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti pristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan insan tidak hanya tertuju pada aspek psikologi saja, tetapi juga aspek biologis. Secara singkat, perkembangan (development) yakni proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Pertubuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga sanggup berarti sebuah tahapan perkembangan a stage of development (Mcleod, 1989).
Secara singkat perkembangan (developmental) yakni proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan sanggup berarti sebuah tahapan perkembangan a stage of development (McLeod, 1989).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” yakni perihal berkembang. Kata “berkembang” berdasarkan KBBI yakni mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah tepat dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Dalam mempelajari perkembangan insan diharapkan adanya perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut : 1) proses pematangan khususnya pematangan fungsi kognitif, 2) proses bealajar, 3) pembawaan atau bakat. Adapun mengenai faktor-faktor yang menghipnotis perkembangan siswa, para andal berbeda pendapat karena sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi siswa tidak sama. Untuk lebih jelasnya, berikut ini aliran-aliran yang berafiliasi dengan faktor-faktor yang menghipnotis perkembangan siswa:
1. Aliran Nativisme
Nativisme (nativism) yakni sebuah doktrin filosofis yang kuat besar terhadap pemikiran pemikiran psikologis. Tokoh utama pemikiran ini berjulukan Arthur Schopenhauer (19788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai pemikiran pesimistik yang memandang segala sesuatu dengan beling mata hitam. Para andal penganut ini berkeyakinan bahwa perkembangan insan itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak kuat apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan ini disebut “pesimisme pedagogis”. Sebagai pola jikalau sepasang orangtua andal musik, maka bawah umur yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula.
Aliran nativisme hingga sekarang masih cukup kuat di kalangan beberapa alhi, namun sudah tidak semutlak dulu lagi. Di antara andal yang dipandang sebagai nativis ialah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, spesialis linguistik yang sangat populer hingga ketika ini. Chomsky menganggap bahwa perkembangan pengasaan bahasa pada insan tidak sanggup dijelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya “biological predisposition” (kecenderungan biologis) yang dibawa semenjak lahir.
2. Aliran Empirisisme
Kebalikan dari pemikiran empirisisme (empiricism) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama orisinil pemikiran ini yakni “The school of British Empiricm” (aliran empirisisme Inggris). Namun pemikiran ini kuat pada pemikiran Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah pemikiran fisafat berjulukan “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi berjulukan “environmental psychology” (psikologi lingkungan) dan relatif masih baru. (Reber, 1988).
Doktrin pemikiran empirisisme yang amat mahsyur yakni “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa Latin yang berarti kerikil tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet) yang menekankan pentingnya pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti pendidikan insan itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan talenta dan pembawaan semenjak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak akan menjadi seorang politikus alasannya yakni mempunyai pengalaman berguru di bidang politik, ia tak akan menjadi pemusik walaupun orangtuanya pemusik sejati.
3. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan adonan antara pemikiran empirisisme dengan pemikiran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang kuat dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi berjulukan Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Aliran filsafat yang dipeloporinya disebut “personalisme”, sebuah pemikiran filosofis yang sangat kuat terhadap disiplin-disiplin ilmu yang berkaitan dengan manusia. Di antara disiplin ilmu yang memakai asas personalisme yakni “personologi” yang membuatkan teori komprehensif (luas dan lengkap) mengenai kepribadian insan (Reber, 1988).
Para penganut pemikiran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari keluarga santri atau kiai, umpamanya, kelak ia akan menjadi andal agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan. Setiap orang mempunyai potensi self-direction dan self-dicipline yang memungkinkan dirinya bebas menentukan antara mengikuti atau menolak sesuatu (aturan atau stimulus) lingkungan tertentu yang hendak membuatkan dirinya. Alhasil siswa itu sendiri mempunyai potensi psikologis tersendiri untuk membuatkan talenta dan pembawaannya dalam konteks lingkungan tertentu. Faktor yang menghipnotis tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa intinya terdiri atas dua macam:
a. Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang mencakup pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut membuatkan dirinya sendiri.
b. Faktor ekternal, yaitu hal-hal yang tiba atau ada di luar diri siswa yang mencakup lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya.
C. Hubungan Antara Proses Perkembangan dengan Proses Belajar
Perkembangan mengatakan suatu proses tertentu, yaitu proses yang menuju ke depan dan tidak sanggup di ulang kembali. Dalam perkembangan insan terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak sanggup di ulangi. Perkembangan mengatakan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju. Perkembangan berafiliasi dengan persoalan keemasan (manuration) latihan dan proses belajar. Hal ini juga menghipnotis keadaan motif yang ada pada individu.
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melaksanakan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya, mengatakan kepada setiap individu wacana apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau hingga pada tingkat perkembangan berikutnya.
Penyesuaian diri kepada situasi gres selalu sulit dan selalu disertai dengan majemuk tingkat ketegangan emosional. Tetapi sebagian besar kesulitan dan ketegangan ini sanggup dihilangkan kalau individu sadar akan apa yang akan terjadi kemudian dan secara sedikit demi sedikit mempersiapkan diri. Anak-anak yang menguasai keterampilan-keterampilan sosial, diharapkan untuk menghadapi kehidupan sosial remaja yang baru, akan lebih gampang beradaptasi dengan lawan jenisnya bila mereka mencapai usia remaja, dan yang gres menginjak cukup umur akan lebih gampang melewati masa peralihan ke masa usia pertengahan. Dan tidak terlampau mengalami ketegangan kalau mereka secara sedikit demi sedikit membuat kegiatan-kegiatan waktu senggang dengan berkurangnya tanggung jawab sebagai orang tua.
Dalam berguru perkembangan anak sangatlah penting. Jika seorang anak sudah mempunyai kemampuan-kemampuan dalam belajarnya, maka guru sanggup meningkatkan perkembangannya lagi, yaitu:
1. Perkembangan sosialnya, yaitu perkembangan pada diri anak untuk meningkatkan tingkah laris yang lebih baik.
2. Perkembangan perasaannya, yaitu perkembangan suatu keadaan kerohanian.
3. Perkembangan motorik nya
4. Perkembangan bahasanya, yaitu perkembangan cara bicara anak.
5. Perkembangan berpikir, yaitu perkembangan daya jiwa yang sanggup meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan anak.
6. Perkembangan dalam pengamatan.
7. Perkembangan kesulitannya/religius nya
8. Perkembangan tanggapan, fantasi
9. Perkembangan dalam mengambil keputusan
10. Perkembangan perhatiannya