BAB II
IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON
TUJUAN :
- Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling
- Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling
A. Pre-lab
1. Jelaskan perbedaan fundamental antara aldehid dan keton! Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen sedangkan keton yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida gampang teroksidasi sedangkan keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton terhadap adisi nukleofilik (Raymond, 2009). |
2. Jelaskan prinsip uji Tollens ! Pada dasarnya uji tollens dipakai untuk membedakan senyawa aldehid dan keton. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi Tollens bisa mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder sanggup dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak sanggup dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens (Hart, 2004). |
3. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling? Berfungsi sebagai oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehid (Acton, 2013). |
3. Tinjauan Pustaka
3.1 Pengertian Aldehid Aldehida ialah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid mempunyai sifat lebih reaktif daripada alkohol, sanggup mengalami reaksi adisi, sanggup mengalami reaksi oksidasi, aldehid sanggup dioksidasi menjadi asam, sanggup mengalami reaksi poli-merisasi. Karakteristik dari aldehid ini ialah berwujud gas pada suhu kamar dengan anyir tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan anyir sedap, senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna. Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana R =adalah alkil dan –CHO adalah Gugus fungsi aldehida (Acton, 2013).
3.2 Pengertian Keton Keton ialah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Keton ini bersifat polar alasannya gugus karbonilnya polar dan keton lebih gampang menguap daripada alkohol dan asam karboksilat. Karak teristik dari keton ini ialah berupa cairan tak berwarna, umumnya larut dalam air, mempunyai titik didih yang relatif lebih tinggi daripada senyawa non polar dan sanggup direduksi oleh gas H2 menghasilkan alkohol sekundernya. Struktur dari keton yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CO-R’, dimana R ialah alkil dan -CO- adalah gugus fungsi keton (karbonil) (Pauling, 2012).
3.3 Perbedaan Aldehid dan Keton Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen sedangkan keton yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida gampang teroksidasi sedangkan keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton terhadap adisi nukleofilik (Raymond, 2009).
3.4 Tinjauan bahan · Aseton senyawa keton yang paling sederhana, berwujud cair pada suhu kamar dan berbau harum, gampang menguap, gampang terbakar dan gampang larut dalam pelarut polar (Ham, 2006). · Fruktosa Merupakan isomer dari gula monosakarida yang merupakan salah satu dari gula darah, warnanya putih dan berbentuk kristal padat serta rasanya anggun (Ham, 2006). · Formalin Larutan yang tidak berwarna dan baunya menusuk biasanya dipakai untuk pengawetan dalam jangka lama. Formalin juga larut dalam air dan etanol (Sudarmo, 2006). · Glukosa Glukosa mengandung unsure karbon dan termasuk aldehid. Glukosa tidak berwarna, berbentuk serbuk butiran putih, tidak berbau dan rasanya anggun (Sudarmo, 2006). · Tollens (AgNO3) Senyawa ini berbentuk serbuk hablur transparan / putih, tidak berbau, gelap kalau terkena cahaya. Merupakan senyawa beracun, berbahaya, mengakibatkan luka pada jaringan tubuh, oksidator besar lengan berkuasa dan sanggup mengakibatkan kebakaran (Hart, 2004). · NH4OH Senyawa ini berbau tajam, kelarutan sangat besar, larut dalam air, alkohol dan eter (Ham, 2006). · NaOH Bentuk batang, butiran hablur putih / keping keras ringkih dan menunjukkan susunan hablur putih, gampang meleleh, larut dalam air dan etanol (Hart, 2004). · Fehling A Bentuk kristal, berwarna biru, berbau dan merupakan larutan CuSO4 (Sudarmo, 2006). · Fehling B Merupakan adonan larutan NaOH dan kalium natrium tartat. Berbentuk kristal, tidak berwarna atau putih (Sudarmo, 2006). · Aquades Merupakan air hasil destilasi yang tidak berbahaya bagi badan insan alasannya mempunyai pH netral sehingga tidak mengakibatkan dampak samping (Hart, 2004).
C. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :
1. Uji Tollens
No. | Nama Sampel | Reagen Tollens+NH4OH | Sampel + Reagen Tollens (Tanpa pemanasan) | Sampel+ Reagen Tollens (Setelah Pemanasan) | Hasil Uji (+) / (-) |
1 | Formaldehid | Bening (5 tetes) | Endapan cermin perak | | + |
2 | Aseton | Bening (6 tetes) | Bening | Bening | - |
3 | Glukosa | Bening (5 tetes) | Bening | Endapan cermin perak | + |
4 | Fruktosa | Bening (14 tetes) | Bening | Endapan cermin perak | + |
5 | Sukrosa | Bening (8 tetes) | Bening | Berwarna hitam | - |
1. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Tollens dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji Tollens ini ialah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu AgNO3 dimana akan terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi (Acton, 2013).
Dalam praktikum identifikasi aldehid dan keton menggunakan uji Tollens, langkah pertama ialah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang dipakai dalam praktikum kali ini antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, bunsen, korek api, pipet tetes, pipet ukur dan bulp. Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain larutan AgNO3 5%, NH4OH 6 M dan lima sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid dan sukrosa. Setelah alat dan materi disiapkan, AgNO3 dimasukkan kedalam lima tabung reaksi sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur. Selanjutnya kedalam tiap tabung reaksi ditambah beberapa tetes NH4OH menggunakan pipet tetes hingga larutan menjadi bening kembali, tujuan penambahan NH4OH ini ialah untuk mencegah terjadinya endapan. Selanjutnya kedalam lima tabung reaksi tersebut dimasukkan 1 ml sampel yang terdiri atas glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid dan sukrosa menggunakan pipet ukur. Kemudian dipanaskan menggunakan penjepit tabung reaksi diatas api bunsen. Selanjutnya diamati perubahan warnanya dan dicatat pada tabel data hasil percobaan.
Berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh, sanggup diketahui bahwa pada sampel formaldehid diperlukan lima tetes NH4OH biar AgNO3 kembali berwarna bening, selanjutnya sehabis ditambahkan 1 ml formaldehid, tanpa pemanasan sudah terbentuk endapan cermin perak, oleh alasannya itu tidak perlu dilakukan pemanasan, alasannya pemanasan sendiri tujuannya ialah untuk mempercepat reaksi. Hal ini mengatakan bahwa hasil uji tollens dengan formaldehid ialah positif dan formaldehid termasuk aldehid. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa formaldehid merupakan gugus aldehid dan mempunyai gugus OH bebas sehingga bereaksi dalan uji tollens ini dan membentuk cermin perak (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Selanjutnya ialah sampel aseton. Pada sampel aseton diperlukan 6 tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya sehabis diberi sampel (tanpa pemanasan) berwarna bening dan sehabis dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit warnanya tetap bening. Hal ini mengatakan bahwa aseton tidak bereaksi dengan reagen AgNO3 sehingga hasil ujinya ialah negatif, jadi aseton bukan termasuk aldehid tetapi keton. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa aseton merupakan gugus keton dan aseton tidak bisa bereaksi dalam uji tollens alasannya aseton tidak mempunyai gugus OH atau H bebas (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Selanjutnya ialah sampel glukosa. Pada sampel glukosa ini diperlukan 5 tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya sehabis diberi sampel (tanpa pemanasan) berwarna bening dan sehabis dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit terdapat endapan cermin perak. Hal ini mengatakan bahwa uji tollens dengan glukosa ialah positif dan glukosa termasuk aldehid. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa glukosa merupakan gugus aldehid dan glukosa mempunyai gugus H bebas sehingga sanggup bereaksi dengan AgNO3 dengan memebentuk endapan cermin perak (Sudarmo, 2006). Reaksinya adalah .
Selanjutnya ialah sampel fruktosa. Pada sampel ini diperlukan 14 tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya sehabis diberi sampel (tanpa pemanasan) berwarna bening dan sehabis dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit terdapat endapan cermin perak. Hal ini mengatakan bahwa uji tollens dengan glukosa ialah positif. Meskipun fruktosa ialah keton, tapi alasannya fruktosa mempunyai gugus OH bebas sehingga sanggup bereaksi dalam uji ini dan membentuk endapan cermin perak (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi ialah .
Selanjutnya ialah uji sukrosa. Dalam uji sampel sukrosa ini membutuhkan 8 tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya sehabis diberi sampel (tanpa pemanasan) berwarna bening dan sehabis dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit terjadi perubahan warna menjadi hitam. Hal ini mengatakan bahwa uji tollens dengan sukrosa ialah negatif, alasannya tidak terbentuk endapan cermin perak. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa sukrosa termasuk disakarida dan tidak bereaksi dalam uji tollens alasannya sukrosa terdiri dari fruktosa dan glukosa, dimana gugus OH bebas dari fruktosa dan gugus H bebas dari glukosa berikatan sehingga sukrosa tidak mempunyai gugus OH atau H bebas (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi ialah .
Dalam penambahan NH4OH terjadi bervariasi tetesan biar AgNO3 kembali bening. Hal ini dikarenakan pada dikala pengambilan NH4OH dengan pipet tetes terdapat gelembung, pergantian praktikan dalam meneteskan dan cara penetesan yang kurang tepat. Sehingga didapati tetesan NH4OH pada AgNO3 yang bervariasi.
2. Uji Fehling
No. | Nama Sampel | Sampel+ Reagen Fehling (Tanpa pemanasan) | Sampel+ Reagen Fehling (Setelah Pemanasan) | Hasil Uji (+) / (-) |
1 | Formaldehid | Biru | Timbul cincin merah | + |
2 | Aseton | Endapan biru tua | Endapan biru tua | - |
3 | Glukosa | Biru | Merah bata | + |
4 | Fruktosa | Ijo lumut | Merah bata | + |
5 | Sukrosa | biru | hijau | - |
1. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Fehling dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji fehling ini ialah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana Fehling A ialah CuSO4 dan Fehling B ialah adonan dari NaOH dan Na-K-tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata (Raymond, 2009).
Dalam melaksanakan percobaan ini, langkah pertama ialah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang dipakai dalam praktikum ini ialah tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, bunsen, korek api, pipet tetes, pipet ukur dan bulp. Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain larutan Fehling A, Fehling B, NaOH dan lima sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid dan sukrosa. Setelah alat dan materi disiapkan, selanjutnya Fehling A sebanyak lima tetes dimasukkan dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes. Selanjutnya ditambahkan lima tetes NaOH menggunakan pipet tetes, tujuannya ialah untuk menciptakan suasana basa. Selanjutnya ditambahkan sepuluh tetes Fehling B menggunakan pipet tetes. Kemudian ditambahkan sampel sebanyak 1 ml dan lalu dipanaskan dengan api bunsen dan diamati perubahan warnanya. Selanjutnya diperoleh hasil uji dan dicatat pada tabel data hasil percobaan. Dalam melaksanakan praktikum ini tidak bisa lima sampel sekaligus ibarat yang dilakukan pada uji Tollens, namun dalam uji Fehling ini harus dilakukan satu per satu sampel hingga menemukan hasil. Hal ini dikarenakan larutan Fehling dihentikan disimpan lama, alasannya gampang teroksidasi sehingga harus dilakukan dengan cepat supaya karenanya akurat.
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah diperoleh sanggup diketahui bahwa reagen fehling yang ditambahkan sampel formaldehid sebelum dipanaskan warnanya biru dan sehabis dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk cicin merah bata. Hal ini mengatakan bahwa uji fehling dengan sampel formaldehid ialah positif dan formaldehid merupakan aldehid. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa formaldehid merupakan gugus aldehid, mempunyai gugus OH bebas sehingga ketika diuji dengan fehling membentuk endapan merah bata (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Selanjutnya ialah sampel aseton. Pada sampel aseton yang sudah ditambahkan reagen fehling berwarna biru bau tanah dan sehabis dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk endapan biru tua. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan aseton ialah negatif dan aseton bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa aseton merupakan gugus keton dan tidak mempunyai gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji fehling (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi ialah .
Selanjutnya ialah sampel glukosa. Pada smapel glukosa yang sudah ditambahkan reagen fehling berwarna biru dan sehabis dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk endapan merah bata. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan glukosa ialah positif dan glukosa merupakan aldehid. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa glukosa merupakan gugus aldehid, mempunyai gugus OH bebas sehingga ketika diuji dengan fehling membentuk endapan merah bata (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi ialah
Selanjutnya ialah sampel fruktosa. Pada smapel fruktosa yang sudah ditambahkan reagen fehling berwarna hijau lumut dan sehabis dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk endapan merah bata. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan fruktosa ialah positif dan fruktosa merupakan keton. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa fruktosa mempunyai gugus OH bebas sehingga ketika diuji dengan fehling sanggup bereaksi dengan membentuk endapan merah bata meskipun pada kenyataannya fruktosa ialah keton (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi ialah
Selanjutnya ialah sampel sukrosa. Pada sampel sukrosa yang sudah ditambahkan reagen fehling berwarna biru dan sehabis dipanaskan kurang lebih 2 menit menjadi berwarna hijau. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan sukrosa adalah negatif dan sukrosa bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa sukrosa merupakan gugus keton dan tidak mempunyai gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji fehling (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi ialah
PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji Tollens?
Sebagai reagen dalam uji Tollens yang akan mengoksidasi sampel dan membentuk cermin perak akhir ion Ag+ yang tereduksi menjadi perak sebagai tanda bahwa suatu sampel mempunyai gugus aldehid. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak (Hart, 2004).
2. Apa fungsi penambahan larutan NH4OH 6 M dalam percobaan uji Tollens?
untuk mencegah endapan ion perak sebagai oksidasi AgNO3 pada suhu tinggi (untuk mencegah terbentuknya endapan awal dan melepas Ag) dan untuk menciptakan sampel menjadi basa biar tidak gampang cepat teroksidasi (Hart, 2004).
KESIMPULAN
Prinsip dari uji Tollens ini ialah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu AgNO3 dimana akan terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Sedangkan prinsip dari uji fehling ini ialah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana Fehling A ialah CuSO4 dan Fehling B ialah adonan dari NaOH dan Na-K-tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata. Keduanya menggunakan prinsip reduksi dan oksidasi
Dari praktikum ini sanggup diketahui dan dibedakan senyawa aldehid dan keton. Serta sanggup digambarkan reaksi yang terjadi pada tiap sampel.
Dari hasil praktikum ini, sanggup diketahui bahwa dalam uji fehling dan uji tollens yang bereaksi positif ialah glukosa, fruktosa dan formaldehid. Sedangkan yang hasil ujinya negatif ialah aseton dan sukrosa. Sehingga sanggup dibedakan senyawa aldehid dan ketonnya, senyawa aldehid dalam sampel ini ialah glukosa dan formaldehid, fruktosa meskipun bereaksi dalam uji tollens dan uji fehling, ia tetap senyawa keton. Sedangkan senyawa keton dalam sampel ini antara lain fruktosa, aseton dan senyawa disakarida ialah sukrosa. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam laporan ini