Wednesday, December 13, 2017

√ 7 Tradisi Menyambut Ramadhan Di Banyak Sekali Tempat Di Indonesia


Di Indonesia, dimana masyarakatnya secara umum dikuasai muslim, banyak sekali program atau tradisi menyambut Ramadhan banyak digelar di banyak sekali daerah.
Tentu saja caranya berbeda-beda namun semangatnya tetap sama, yakni merupakan bentuk ucap syukur serta kegembiraan umat muslim akan datangnya bulan puasa.Dalam kalender Islam, bulan Ramadhan akan di awali dengan datangnya bulan Sya’ban.Nah di bulan Sya’ban ini biasanya banyak digelar upacara tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan.
berikut ini tradisi menyambut ramadhan dari banyak sekali tempat di indonesia :

1. Dugderan
Tradisi “Dugderan” ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Nama “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug diambil dari bunyi dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan. Sedangkan kata “Der” sendiri berasal dari bunyi dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug.
Tradisi yang sudah berumur ratusan tahun ini terus bertahan ditengah perkembangan jaman. biasanya digelar kira-kira 1-2 ahad sebelum puasa dimulai. Karena sudah berlangsung lama, tradisi Dugderan ini pun sudah menjadi semacam pesta rakyat. Meski sudah jadi semacam pesta rakyat –berupa tari japin, arak-arakan (karnaval) hingga tabuh bedug oleh Walikota Semarang–, tetapi proses ritual (pengumuman awal puasa) tetap menjadi puncak dugderan.
Untuk tetap mempertahankan suasana menyerupai pada jamannya, dentuman meriam kini biasanya diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran.
Bleduran terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bab tengahnya, untuk menghasilkan bunyi menyerupai meriam biasanya diberi karbit yang lalu disulut api.



2. Padusan
Lain tempat niscaya lain pula tradisinya, masyarakat di Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta biasa melaksanakan upacara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air ditempat-tempat kramat. Tradisi ini disebut “Padusa” yang bermakna biar jiwa dan raga seseorang yang akan melaksanakan ibadah puasa higienis secara lahir dan batin.
Selain itu juga bermakna sebagai pencucian diri atas segala kesalahan dan perbuatan dosa yang telah dilakukan sebelumnya.



3. Meugang

Berbeda dengan lainnya, di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang bersahabat disebut dengan kota “Serambi Mekah”, warganya menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan menyembelih kambing atau kerbau. Tradisi ini disebut “Meugang”, konon kabarnya tradisi “Meugang” sudah ada semenjak tahun 1400 Masehi, atau semenjak jaman raja-raja Aceh.
Tradisi makan daging kerbau atau kambing ini biasa dilakukan oleh seluruh warga Aceh. Bahkan jikalau ada warga yang tidak bisa membeli daging untuk dimakan, semua warga akan bekerjsama membantu, biar semua warganya sanggup menikmati daging kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan Ramadhan.
Tradisi “Meugang” biasanya juga dilakukan dikala hari raya Idulfitri dan Hari Raya Haji.



4.Jalur pacu

Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, masyarakatnya mempunyai tradisi yang menyerupai dengan lomba dayung. Tradisi “Jalur Pacu” ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan memakai bahtera tradisional, seluruh masyarakat akan tumpah ruah jadi satu menyambut program tersebut.
Tradisi yang hanya digelar setahun sekali ini akan ditutup dengan “Balimau Kasai” atau bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam.



5.Balimau

Tradisi Balimau hampir sama dengan tradisi padusa, yakni membersihkan diri dengan cara berendam atau mandi bantu-membantu di sungai atau tempat pemandian.
Tradisi Balimau dilakukan oleh masyarakat Padang, Sumatera Barat. Biasanya tradisi ini dilakukan dari mulai matahari terbit hingga terbenam beberapa hari sebelum bulan Ramadhan.
Mirip dengan “Padusa”, makna dari tradisi Balimau ini berarti melaksanakan pencucian diri secara lahir dan batin, biar seseorang siap menjalankan ibadah puasa.



6.Nyorog

Di Betawi, tradisi “Nyorog” atau membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, menyerupai Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek, menjadi sebuah kebiasan yang semenjak usang dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Meski istilah “Nyorog”nya sudah mulai menghilang, namun kebiasan mengirim bingkisan hingga kini masih ada di dalam masyarakat Betawi. Bingkisan tersebut biasanya berisi materi makanan mentah, ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya.
Tradisi “Nyorog” di masyarakat Betawi mempunyai makna sebagai tanda saling mengingatkan, bahwa bulan suci Ramadhan akan segera datang, selain itu tradisi “Nyorog” juga sebagai pengikat tali silahturahmi sesama sanak keluarga.



7. Munggahan

Munggahan yaitu satu kegiatan berkumpul bagi anggota keluarga, sahabat dan bahkan juga teman-teman kita saling bermaaf-maafan sambil menikmati hidangan makanan khas untuk lalu mempersiapkan diri masing-masing dalam menghadapi bulan Ramadhan yang akan datang. Tradisi ini yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh orang sunda dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Biasanya tradisi ini dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat walaupun dengan cara yang berbeda-beda.
Tetapi pada dasarnya tetap satu, yaitu berkumpul bersama sambil menikmati hidangan makanan yang disuguhkan.
Inilah tradisi yang biasa dilakukan ditengah masyarakat sunda pada umumnya yang secara turun temurun terus dipertahankan oleh setiap generasi berikutnya.






Sumber http://campusnancy.blogspot.com