Wednesday, October 4, 2017

√ Tatanan Politik Dan Birokrasi Kerajaan Hindu-Buddha Di Indonesia #4



a.      Kerajaan Kediri
Sepeninggal Airlangga, Kerajaan Medang Kamulan dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahiripan dan Kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Daha.
Maksud Airlangga membagi kerajaan menjadi dua yaitu untuk mencegah perang saudara. Tetapi upaya tersebtu mengalami kegagalan. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi pertikaian antara Jenggaa dan Kediri. Perseteruan ini berakhir dengan kekalahan Jenggala. Dua kerajaan tersebut kembali dipersatukan di bawah kekuasaan Kediri.
Beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri yaitu sebagai berikut.
1)      Samarawijaya
Pemerintahan Samarawijaya ini tidak banyak diketahui. Kemungkinan besar dialah yang mengalahkan Mapanji dari Kerajaan Jenggala. Perang saudara yang berlarut-larut menciptakan pemerintahan masa awal Kediri menjadi tidak stabil. Baru pada tahun 1117, Kerajaan Kediri muncul kembali dalam sejarah.
2)      Sri Bameswara
Pada masa pemerintahannya, Raja Bameswara (1117-1130) banyak meninggalkan prasasti. Akan tetapi, prasasti itu lebih banyak mengenai urusan keagamaan sehingga perkembangan pemerintahannya tidak banyak diketahui.
3)      Jayabaya
Pengganti Bameswara yaitu Jayabaya. Dibawah pemerintahnnya, Kediri mencapai kejayaan. Kediri dan Jenggala sanggup dipersatukan kembali. Keberhasilan dan kemenangan Jayabaya itu diabadikan dalam kitab Baratayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Keberhasilan Jayabaya itu mengingatkan keberhasilan Airlangga sehingga ia dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu, ibarat Airlangga. Ia memakai lencana kerajaan berjulukan narasingha. Selain sebagai pemimpin politik yang ulung, Jayabaya termasyhur dengan ramalannnya. Ramalan ini dikumpulkan dalam saru kitab yang berjudul Jangka Jayabaya. Dalam ramalannya, Raja Jayabaya menyebutkan beberapa hal ibarat seorang ratu adil yang akan memerintah Indonesia.
4)      Kertajaya
Kertajaya yaitu raja terakhir Kediri, ia naik takhta menggantikan Kameswara. Lencana kerajaannya yaitu sangka (siput terbang) dan garudamukha. Pada masa pemerintahannya keadaan Kediri tidak aman. Hal ini disebabkan terjadi kontradiksi antara raja dengan kaum Brahmana. Mereke menganggap Kertajaya  telah melanggar agama lantaran memaksa mereka untuk menyembahnya sebagai dewa. Akibatnya, kaum Brahmana banyak yang lari dan meminta pemberian ke Tumapel yang ketika itu diperintah oleh Ken Arok sebagai Akuwu Tumapel. Perseteruan ini memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter pada tahun 1222. Dalam pertempuran itu, Ken Arok sanggup mengalahkan Kertajaya. Peristiwa itu menandai berakhirnya Kerajaan Kediri.

Sistem birokrasi dan keadaan masyarakat Kerajaan Kediri diketahui dari gosip Cina, yaitu dari kitab Ling-wa-tai-ta yang ditulis oleh Chou ku Fei pada tahun 1178 dan kitab Chu-fhan-chi yang disusun oleh Chau ju Kua pada tahun 1225. Dalam kitab itu dijelaskan bahwa kekuasaan tertinggi di Kediri berada di tangan raja. Dalam menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh mahamantri yang terdiri dari rakryam i hino, rakryan I halu, dan rakryan i sirikan, ketiga pejabat ini merupakan putra atau kerabat raja. Selain itu juga ada tiga pejabat kerajaan yang bergelar rakryan kanuruhan, rakryan mahamantri I rangga, dan  rakryan maha patih.
b.      Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari bangun pada tahun 1222. Berdirinya kerajaan ini berawal dari keberhasilan Ken Arok menggulingkan penguasa Tumapel yang berjulukan Tunggul Ametung. Ketika itu Tumapel menjadi belahan dari penguasa Kerajaan Kediri. Kedudukan Ken Arok semakin meningkat sesudah menerima dukungan dari kalangan Brahmana untuk memberontak melawan Kediri yang dipimpin oleh Raja Kertajaya.
Kekalahan Kediri di desa Genter menyebabkan tidak ada lagi kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur. Hal ini memberi peluang bagi Ken Arok mendirikan kerajaan gres di Tumapel. Kerajaan tersebut diberi nama Singasari. Kerajaan Singasari yang pernah menguasai sebagian besar wilayah Nusantara pernah diperintah oleh raja-raja ibarat berikut ini.
1.      Ken Arok
Setelah menjadi raja, Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi. Ia mendirikan dinasti yang berjulukan Girindrawangsa. Pendirian dinasti itu bertujuan membersihkan kehidupan masa kemudian Ken Arok. Perlu diketahui, Ken Arok sanggup menjadi raja sesudah melaksanakan beberapa tindakan tercela ibarat membunuh Mpu Gandring, Tunggul Ametung, mengawini istri Tunggul Ametung yang berjulukan Ken Dedes, dan melepaskan diri dari kekuasaan Kediri. Pendirian dinasti itu juga bertujuan semoga keturunan Ken Arok tidak ternoda oleh aneka macam tindakan tercela yang pernah dilakukannya. Ken Arok memerintah Singasari selama lima tahun. Masa pemerintahannya berakhir tragis. Ia terbunuh oleh Anusapati, anak dari hasil perkawinan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Lebih tragis lagi, ia dibunuh dengan keris yang digunakannya untuk membunuh Tunggul Ametung.
2)       Anusapati
Anusapati menjadi raja kedua Singasari menggantikan Ken Arok. Meskipun memerintah cukup lama, hampir tidak ada perubahan yang dilakukan selama memerintah. Anusapati karam dalam kegemarannya menyabung ayam.
3)      Tohjaya
Tohjaya hanya memerintah beberapa bulan, lantaran adanya kemelut politik. Ranggawuni, putra Anusapati menuntut ha katas takhta Singasari. Ia didukung oleh Mahesa Campaka, cucu dari perkawinan Ken Arok dan Ken Dedes. Semakin kuatnya dukungan terhadap Ranggawuni dan Mahesa Campaka menciptakan kedudukan Tohjaya sanggup digulingkan.
4)      Wisnuwardhana
Ranggawuni naik takhta Singasari dengan gelar Wisnuwardhana. Dalam menjalankan tugasnya ia dibantu oleh Mahesa Campaka yang bergelar Narasinghamurti. Mereka berdua memerintah Singasari secara besama-sama, Wisnuwardhana sebagai raja dan Mahesa Campaka sebagai ratu angabhaya. Pemerintahan kedua pemimpin tersebut membawa Singasari pada keamanan dan kesejahteraan. Ditengah pemetintahannya, Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara sebagai yuvaraja atau raja muda. Pengangkatan itu bertujuan menyiapkan Kertanegara menjadi raja yang cakap. Wisnuwardhana yaitu satu-satunya Raja Singasari yang meninggal secara masuk akal (tidak dibunuh).
5)      Kertanegara
Kertanegara merupakan raja terbesar sekaligus raja terakhir Singasari. Semasa pemerintahan Kertanegara, system birokrasi Kerajaan Singasari mengalami perubahan. Di samping sebagai kepala pemerintahan, raja juga menjadi pemimpin keagamaan (cangkadava). Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Kertanegara dibantu oleh tiga orang mahamantri, yaitu mahamantri i hino, mahamantri I halu, dan mahamantri i sirikan. Dibawah tiga mahamantri ini, terdapat pula tiga orang pejabat, yaitu rakryan mahapatih, rakryan demung, dan rakryan kanuhurun. Sedangkan untuk urusan keagamaan diangkat kepala agama Buddha yang dikenal dengan sebutan dharmadhyaksa ring kasongatan dan kepala agama Hindu yang disebut dharmadhyaka ring kasaiwan.
Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara sanggup dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri. Politik-politik tersebut yaitu sebagai berikut.
a.       Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri yang ditempuh oleh Kertanegara, antara lain sebagai berikut
1.      Mahapatih Raganata diganti oleh Aragani. Penggantian itu dilakukan lantaran Raganata tidak baiklah dengan Kertanegara untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah panji Singasari. Selanjutnya, Raganata ditugaskan sebagai adyaksa di Tumapel.
2.      Terhadap lawan politiknya, Kertanegara berbuat baik, ibarat mengangkat putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang berjulukan Arsharaja menjadi menantunya. Raden Wijaya (cucu Mahesa Campaka) juga diangkat sebagai menantunya.
3.      Guna meningkatkan keamanan dan ketertiban dalam negeri, serta untuk mewujudkan persatuan Nusantara, Kertanegara memperkuat angkatan perang, baik angkatan darat maupun angkatan laut.
b.      Politik Luar Negeri
Sebagai raja besar, Kertanegara bercita-cita menyatukan seluruh Nusantara di bawah panji Kerajaan Singasari. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Kertanegara menempuh cara-cara ibarat berikut.
1.      Mengirimkan ekspedisi Pamalayu ke Sumatra. Ekspedisi yang berangkat pada tahun 1275 itu, bertujuan menaklukkan Kerajaan Melayu. Selain Kerajaan Melayu, Kertanegara juga menaklukkan Bali, Pahang, Sunda, dan Gurun (Vietnam).
2.      Menjalin persahabatan dengan Raja Campa yang berjulukan Jayasihawarman III. Tujuan persahabatan itu yaitu untuk menahan ekpansi Kubilai Khan dari Mongol. Kubilai Khan beberapa kali mengirim utusan keppada Raja Kertanegara semoga tunduk kepada penguasa Mongol. Karena kesal, Kertanegara mengirim kembali utusan itu sesudah dilukai. Tindakan itu menciptakan Kubilai Khan murka. Ia kemudian mengirim tentaranya ke Jawa untuk menghancurkan Kertanegara. Namun, maksud itu tidak terealisasi lantaran Kerajaan Singasari telah hancur akhir pemberontakan raja bawahan yang berjulukan Jayakatwang.


Sumber http://campusnancy.blogspot.com