LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
RESPIRASI PADA KECAMBAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Respirasi merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Respirasi dilakukan oleh semua makhluk hidup dengan semua penyusun tubuh, baik manusia, tumbuhan, dan hewan. Respirasi dilakukan baik siang maupun malam hari.
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui proses respirasi pada kecambah
2. Untuk mengetahui laju kecepatan respirasi pada kecambah
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi laju kecepatan respirasi kecambah.
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan problem dari praktikum ini, yaitu :
1. Bagaimana laju kecepatan respirasi pada kecambah dari menit ke menit?
BAB II
DASAR TEORI
a. Respirasi
Bernafas artinya melaksanakan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2) ke dalam paru-paru yang disebut proses pandangan gres dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) serta uap air (H2O) yang disebut proses ekspirasi. Sedangkan respirasi yaitu seluruh proses semenjak pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung melalui proses difusi. Alat-alat pernafasan sanggup berupa paru-paru, insang, trakea maupun bentuk lain yang sanggup melangsungkan pertukaran gas O2 dan gas CO2.
Respirasi dalam biologi yaitu proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk dipakai dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian acara kehidupan sehari-hari, respirasi sanggup disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi meliputi proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak hanya melibatkan oksigen.
Respirasi sanggup berlangsung dengan 2 cara, yaitu :
1. Respirasi Aerob (Oksidasi)
Proses ini merupakan pemecahan molekul dengan menggunakan oksigen, reaksi umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 675 kalori
Pada umumnya dalam keadaan normal insan menggunakan cara ini.
2. Respirasi Anaerob
Proses ini merupakan pemecahan molekul tidak menggunakan oksigen. Reaksi umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 → 2C2H5OH + CO2 + 28 Kalori
Pada proses respirasi anaerob terjadi pemecahan molekul yang sempurna, lantaran masih dihasilkan zat organik sehingga energinya belum terbebaskan semua. Pada proses tersebut hanya terhenti hingga glikolisis dan terbentuk asam laktat, sehingga energi yang dihasilkan sedikit dan dampaknya menjadikan kelelahan pada tubuh. Proses ini umumnya terjadi pada organisme tingkat rendah, yaitu pada ragi dan bakteri. Pada organisme tingkat tinggi proses ini hanya berlangsung dalam keadaan darurat, yaitu apabila persediaan oksigen kurang mencukupi. Ini terjadi ketika otot bekerja terlalu keras dan berlebih.
b. Prinsip kerja
Dalam bereksperimen atau melaksanakan praktikum respirasi pada kecambah, diharapkan alat yang berfungsi untuk mengukur kelajuan respirasi pada kecambah dengan mengukur rata – rata pertukaran oksigen dan karbondioksida. Alat itu disebut respirometer. Respirometer memungkinkan penyelidikan bagaimana faktor – faktor lain, ibarat umur pada kecambah dan cahaya mempengaruhi rata – rata pernapasan.
Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan, terdapat oksigen yang dipakai oleh organisme dan terdapat pula karbon dioksida yang dikeluarkan oleh organisme tersebut. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan organisme dalam ruang tertutup itu diikat (misalnya, oleh kristal KOH), maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam tabung itu sanggup dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala pada respirometer.
c. Eksperimen
Selanjutnya yaitu langkah – langkah bereksperimen atau melaksanakan praktikum. Spesimen yang akan dipakai dalam praktikum ini, sebaiknya kecambah yang masih segar dan tidak layu (kecambah yang dipakai yaitu kecambah pendek atau kecambah soto). Kemudian, tabung spesimen dipisahkan dari penggalan berskala dan memasukkan zat pengikat
, yaitu kristal KOH yang dibalut dengan kapas tipis.

Setelah itu, spesimen dimasukkan ke dalam tabung (perlu diperhatikan bahwa jangan meletakkan spesimen terlalu erat atau bahkan melekat dengan balutan kapas
, lantaran sanggup mengakibatkan kecambah mati sebelum diamati laju respirasinya). Kemudian, menutup rapat penggalan tabung spesimen dengan tabung skala (bila diharapkan menggunakan plastisin dengan tujuan untuk menghindari kebocoran udara).

Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi tetesan air. Tetesan air ini akan bergerak ke arah tabung spesimen, lantaran terjadinya penyusutan volume udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen). Hal itu merupakan akhir dari adanya pernapasan, yaitu
diserap dan
dihembuskan, tetapi diikat oleh kristal KOH.


Kecepatan tetesan air yang bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme yang diselidiki. Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi kecambah dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil berupa usang pernapasan (diambil 2 menit sekali) dan jarak yang ditempuh oleh tetesan air yang bergerak.
d. Faktor yang mempengaruhi laju respirasi
1. Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tumbuhan merupakan hal yang penting dalam melaksanakan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melaksanakan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya, bila substrat tumbuhan tinggi, maka akan melaksanakan respirasi dengan laju yang tinggi pula.
2. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya dampak tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada flora yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, lantaran jumlah oksigen yang dibutuhkan flora untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi flora sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Namun hal ini tergantung pada masing – masing spesies.
4. Tipe dan umur flora
Masing – masing spesies flora mempunyai perbedaan metabolisme. Dengan demikian, kebutuhan flora untuk berespirasi akan berbeda pada masing – masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding flora yang tua.
BAB III
PRAKTIKUM
Praktikum biologi respirasi pada kecambah, telah dilakukan pada :
Hari / tanggal : Kamis, 14 April 2016
Pukul :
Tempat : Laboratorium Biologi Sekolah Menengan Atas N 1 Sragen
Pembimbing : Ibu Juwitasari, S.Pd
a. Alat dan materi
1. Respirometer
2. Pipet tetes
3. Penggaris
4. Spidol
5. Kecambah
6. Air (aquades)
7. Kristal KOH (5 butir)
8. Kapas
9. Plastisin
10. Timer
b. Langkah kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membersihkan respirometer dari air menggunakan tisu atau kertas.
3. Mengambil kristal KOH sebanyak 5 butir. Kemudian membalutnya dengan kapas yang tipis dan memasukkan pada tabung spesimen respirometer.
4. Memasukkan kecambah sebanyak 5 ke dalam tabung spesimen.
5. Menutup ujung pipa skala respirometer dengan jari selama 1 menit.
6. Meneteskan air pada pipa skala respirometer menggunakan pipet.
7. Mengamati pergerakan air pada pipa skala per 2 menit selama 6 menit.
8. Melakukan langkah yang sama untuk jumlah kecambah 9, 13, dan tanpa kecambah.
9. Mencatat hasil pengamatan dan melaporkan.
BAB IV
DATA DAN ANALISA
a. Data hasil pengamatan
No. | Banyaknya kecambah | 2’ I | 2’ II | 2’ III | ῡ |
1. | 5 kecambah | 6,5 cm | 11,5 cm | 14,5 cm | 2,8 cm/menit |
2. | 9 kecambah | 6,5 cm | 12,5 cm | 16,5 cm | 3,04 cm/menit |
3. | 13 kecambah | 5 cm | 9 cm | 12 cm | 2,25 cm/menit |
4. | Tanpa kecambah | 8 cm | 12,8 cm | 16 cm | 3,26 cm/menit |
Grafik pergerakan air pipa skala per 2 menit selama 6 menit :

Perhitungan laju kecepatan respirasi secara matematis :
Ø Percobaan I
2 menit =
= 3,25 cm/menit

4 menit =
= 2,87 cm/menit

6 menit =
= 2,41 cm/menit

ῡ = 

= 2,8 cm/menit
Ø Percobaan II
2 menit =
= 3,25 cm/menit

4 menit =
= 3,12 cm/menit

6 menit =
= 2,75 cm/menit

ῡ = 

= 3,04 cm/menit
Ø Percobaan III
2 menit =
= 2,5 cm/menit

4 menit =
= 2,25 cm/menit

6 menit =
= 2 cm / menit

ῡ = 

= 2,25 cm/menit
Ø Percobaan IV
2 menit =
= 4 cm/menit

4 menit =
= 3,2 cm/menit

6 menit =
= 2,6 cm/menit

ῡ = 

= 3,26 cm/menit
Grafik laju kecepatan respirasi kecambah :

b. Analisa data
Dari grafik tersebut, sanggup dilihat bahwa uji respirasi dengan kecambah berjumlah 5, 9, 13, dan tanpa kecambah terjadi pergerakan air pada pipa skala. Lalu, mengapa air sanggup bergerak?
Air yang terdapat pada pipa skala sanggup bergerak, lantaran pada dikala organisme bernapas, mereka menghirup oksigen atau udara di sekitar dan menghembuskan karbon dioksida dan uap air, dimana karbon dioksida yang terhembus pribadi diikat oleh kristal KOH yang ada di dalam tabung spesimen. Pada dikala mereka berada di dalam respirometer, udara yang tersimpan di dalamnya tidak sanggup keluar ataupun masuk, sehingga jumlah udara yang berada di dalam respirometer tersebut semakin sedikit (terjadi penyusutan udara). Karena di ujung pipa skala respirometer ditetesi air, maka air tersebut bergerak mendekat tabung spesimen sebagai akhir dari berkurangnya jumlah udara yang ada di dalam respirometer tersebut.
Ø Analisa percobaan I dan II
Berdasarkan grafik data hasil pengamatan, sanggup dilihat bahwa terjadi peningkatan laju respirasi pada kecambah yang berjumlah 5, 9, dan tanpa kecambah. Serta terjadi penurunan pada kecambah yang berjumlah 13.
ü Laju respirasi dengan jumlah 5 kecambah meningkat dari 6,5 cm pada 2 menit pertama; 11,5 cm pada menit kedua; 14,5 cm pada menit ketiga (ῡ = 2,8 cm/menit)
ü Laju respirasi dengan jumlah 9 kecambah meningkat dari 6,5 cm pada 2 menit .pertama; 12,5 cm pada 2 menit kedua; 16,5 cm pada 2 menit ketiga (ῡ = 3,04 cm/menit).
Kedua hal di atas, sesuai dengan teori bahwa semakin banyak spesimen yang diujikan maka semakin cepat pula terjadi penyusutan udara. Penyusutan udara tersebut diamati dari adanya pergerakan air mendekati tabung spesimen.
Dengan peningkatan jumlah kecambah, yaitu 5 kemudian 9, maka jarak pergerakan air dari ujung pipa skala akan semakin besar atau panjang dengan waktu yang sama. Sehingga, dari analisa kedua data tersebut sanggup disimpulkan bahwa faktor yang besar lengan berkuasa terhadap peningkatan jarak tempuh air dari ujung pipa skala, yaitu :
1. Jumlah spesimen yang diujikan
Terlihat terperinci bahwa semakin banyak spesimen yang diujikan maka terjadi peningkatan laju respirasi.
Ø Analisa percobaan III
Sedangkan pada kecambah yang berjumlah 13, terjadi penurunan laju respirasi (ῡ = 2,25 cm/menit). Padahal pada kecambah yang berjumlah 5 dan 9 terjadi peningkatan laju respirasi. Mengapa hal ini sanggup terjadi?
Adanya penurunan laju respirasi pada kecambah yang berjumlah 13, disebabkan oleh faktor – faktor sebagai berikut :
1. Umur kecambah
Faktor yang pertama yaitu umur dari kecambah itu. Spesimen yang dipakai dikala praktikum yaitu kecambah pendek yang dijual di warung, bukan kecambah yang diproduksi sendiri untuk praktikum. Hal yang memungkinkan yaitu umur kecambah yang sudah tua, menjadikan pernapasan rendah daripada kecambah yang masih segar, dan penyusutan udara berlangsung lama. Sehingga, laju respirasi menjadi menurun.
2. Ketersediaan substrat
Berdasarkan dasar teori yang telah disebutkan, ketersediaan substrat pada spesimen besar lengan berkuasa terhadap laju respirasi. Jika substrat spesimen rendah, maka laju respirasi akan rendah. Dan kalau substrat spesimen tinggi, maka laju respirasi akan tinggi pula. Sehingga, pada kecambah yang berjumlah 13 ini dimungkinkan mempunyai substrat yang rendah pada kecambah yang diujikan.
3. Massa kecambah
Massa suatu spesimen akan besar lengan berkuasa terhadap laju respirasi. Apabila massa kecambah berat, maka sel yang membutuhkan oksigen untuk bernapas banyak pula, sehingga akan terjadi penyusutan udara yang sangat cepat, dengan kata lain laju respirasi akan meningkat. Begitu juga sebaliknya. Jika massa kecambah ringan, maka sle yang membutuhkan oksigen untuk benapas juga kecil, sehingga penyusutan udara akan berlangsung usang atau laju respirasi akan rendah. Jadi, hal yang mungkin terjadi pada kecambah berjumlah 13 yang mengalami degradasi laju respirasi yaitu massa kecambah yang ringan.
4. Pengikatan

Praktikum respirasi kecambah dilakukan di tengah – tengah praktikum. Jadi, hal yang mungkin terjadi yaitu KOH yang telah mencair dan merupakan sisa dari percobaan sebelumnya. Sehingga, daya untuk mengikat
menurun. Dan
digunakan kecambah kembali untuk bernapas


Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan laju reaksi pada kecambah yang berjumlah 13.
Ø Analisa percobaan IV
Pada percobaan IV, tidak ada spesimen yang diujikan. Percobaan ini sebagai pembanding. Percobaan ini hanya menguji apakah ada pergerakan air pada pipa skala respirometer dikala tidak ada spesimen yang diujikan (tanpa kecambah).
Berdasarkan grafik data hasil pengamatan, terdapat grafik naik (ῡ = 3,26 cm/menit) pada percobaan tanpa kecambah. Adanya grafik naik berarti adanya laju respirasi atau terjadi penyusutan udara. Padahal, tidak ada organisme atau kecambah bernapas yang ada di dalam tabung spesimen. Mengapa hal ini terjadi?
Berdasarkan pada teori yang telah disebutkan, bahwa adanya pergerakan air, menunjukan terjadinya penyusutan udara, hal itu menunjukkan adanya proses respirasi. Artinya, kalau di dalam tabung spesimen tidak ada kecambah ataupun organisme apapun, maka tidak akan terjadi penyusutan udara atau tidak terdapat pergerakan air yang mendekati tabung spesimen.
Tentunya hal ibarat itu dipengaruhi oleh faktor, sebagai berikut :
1. Tabung spesimen tidak bersih
Percobaan IV dilakukan pada percobaan terakhir. Pada percobaan terakhir, KOH yang dibalut dengan kapas tipis telah mencair sedikit demi sedikit. Maka, di dalam tabung spesimen terdapat
. Tabung yang mengandung
inilah yang mengakibatkan adanya pergerakan air pada pipa skala respirometer.
akan terurai menjadi
dan
.





BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa praktikum respirasi pada kecambah yang telah dijelaskan di atas, sanggup diambil kesimpulan bahwa :
1. Seperti makhluk hidup lainnya, kecambah bernapas membutuhkan oksigen dan menghembuskan karbon dioksida serta uap air. Yang sanggup diamati dari pergerakan air pada pipa skala respirometer. Respirasi kecambah sama halnya dengan makhluk hidup lain.
2. Laju kecepatan respirasi kecambah yang diujikan dari menit ke menit, seharusnya mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah kecambah. Dan tidak mengalami respirasi dikala tidak ada kecambah yang diujikan.
3. Laju kecepatan respirasi pada kecambah bergantung pada beberapa faktor, diantaranya jumlah kecambah, massa, umur, suhu, serta substrat kecambah sebagaimana yang telah dijelaskan.
b. Daftar pustaka


LAMPIRAN










Sumber http://waidatinatin.blogspot.com