Pendahuluan
Dalam era
globalisasi, kemajuan industri merupakan salah satu dampak dari modernisasi,
yang mana telah menuntut masyarakat untuk mempunyai kemampuan dan kemajuan dalam
spesialisasi secara tajam. Tuntutan tersebut berdampak pada pola hidup
masyarakat yang menimbulkan hilangnya makna hidup yang sebetulnya dengan
mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan.
Dalam mengantisipasi dampak negatif dari kemajuan iptek dan lajunya arus
modernisasi yang sangat cepat, insan harus menyadari dan membatasi diri dalam
kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap individu. Dalam dunia pendidikan
kemampuan tersebut sanggup diupayakan melalui acara pendidikan umum (Wayuddin, 2009).
Program Pendidikan
Umum merupakan pendidikan yang sangat mengutamakan ekspansi pengetahuan
teknologi dan meningkatkan keterampilan penerima didik dengan tujuan untuk mewujudkan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan cenderung mengabaikan nilai-nilai
kemanusiaan (Ii, 2003). Pemahaman yang ibarat ini sangat
berpengaruh pada sistem pendidikan yang akan dikembangkan ibarat pemilahan
pengetahuan dan pembedaan kurikulum yang sanggup menimbulkan berguru siswa
menjadi pecah. Dalam menghindari dampak negatif tersebut, maka dalam setiap
kurikulum acara studi maupun jenjang pendidikan yang ada dalam bentuk program
pendidikan yang di beri nama Pendidikan Umum didalamnya harus terdapat program
studi Pendidikan Agama Islam (Wayuddin, 2009).
Pendidikan
Agama Islam yaitu salah satu bimbingan yang dilakukan untuk pertumbuhan rohani
dan jasmani berdasarkan aliran agama islam dengan cara mengarahkan, mengajarkan,
melatih, mengasuh, serta mengawasi berlakunya semua aliran agama islam. Adapun
yang menjadi titikberatkan dalam segi pembentukan moral anak, adapun yang
menuntut pendidikan teori dan praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya
kepribadian muslim dan lain-lain. Perbedaan tersebut diakibatkan yang
pentingnya dari masing-masing hebat tersebut sanggup diambil kesimpulan, adanya
titik persamaan yang secara ringkas sanggup dikemukakan sebagai berikut: Pendidikan Agama Islam ialah bimbingan yang
dilakukan oleh seorang sampaumur kepada terdidik dalam masa pertumbuhan semoga ia
memiliki kepribadian (Uhbiyat, 2005).
Akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa insan yang mendorong perbuatan-perbuatan
spontan tanpa berpikir untuk melakukannya (Aryanti, 1907). Artinya bahwa perbuatan itu
dilakukan dengan refleks dan impulsif tanpa dipikirkan terlebih dahulu.Dengan
demikian pendidikan agama islam mau tidak mau harus mengalami perkembangan dan
perubahan-perubahan dalam bidang-bidang lainnya. Dengan cara demikian,
eksistensi dan kiprah pendidikan agama islam sanggup menolong siswa semoga eksis
secara fungsional di tengah-tengah lingkungan sekolah dan masyarakat akan dapat
dilakukan. Yang terpenting yaitu marilah kita kini menyelami tujuan
pendidikan agama islam dan sebagai dasar dalam menunaikan kiprah dimasa
mendatang.
Metode Penelitian
Metode
penelitian merupakan suatu cara ilmiah yang di lakukan seseorang untuk
mendapatkan informasi dan data yang mempunyai tujuan dan kegunaan yang di
butuhkan oleh penelti untuk memperkuat karyanya. Metode Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan jenis
penelitian lapangan, yakni penelitian yang dituntut memakai angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya, selain data yang berupa angka, dalam penelitian kuantitatif juga ada
data berupa informasi kualitatif (Iii & Penelitian, 2004). Metode penelitian kuantitatif adalah
salah satu metode yang berfungsi untuk menjawab semua duduk kasus yang mencakup
penelitian yang bekerjasama dengan data ibarat angka dan acara statistik.
Metode ini biasanya dipakai untuk menjelaskan perihal pendekatan dan jenis
penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
dan analisis data dalam suatu laporan penelitian diperlukan. (Wahidmurni, 2017)
Metode
penelitian kualitatif yaitu Jenis metode penelitian yan temuan-temuannya tidak
diperoleh dari melalui mekanisme statistic atau bentuk hitungan lainnya dan
bertujuan untuk mengungkapkan tanda-tanda secara holistk-kontekstual melalui
pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peniliti sebagai
instrumen kunci (Sugiarto, 2015). Metode
kualitatif juga merupakan suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas, sosial, sikap, kepercayaan dan
perspesi, pemikiran orang secara maupun kelompok. Menurut Sukmadinata (2007:60)
peneitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk
interpretasi. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama yaitu: 1.)
menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore) dan 2.) menggambarkan
dan menjelaskan (to describe and explain). Berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai maka penelitian kualitatif memakai instrument yang pengumpulan data
yang sesuai dengan tujuannya (Bachri, Pendidikan, & Pendidikan, 1986).
Dalam
penelitian ini terdapat dua cara dalam pengumpulan data yakni observasi dan
penyebaran sample (angket). Observasi ini dilakukan pada hari Rabu, 22 Mei 2019
di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono
Sidoarjo pada Kelas XII IPS. penelitian juga dilakukan melalui pengisian angket
yang di tujukan pada siswa-siwi dan mengamati sikap setiap individu di dalam
kelas.
Hasil dan
Pembahasan
- Metode Dalam
Pendidikan Moral Dan Akhlak
Dalam
pendidikan moral dan moral dalam Islam ada beberapa metode, ibarat yang
diungkapkan oleh M. Athiyah al-Abrasyi, antara lain sebagai berikut :
- Pendidikan secara langsung, adalah
suatu pendidikan yang memakai cara-cara tertentu dalam mendidik peserta
didik semoga mereka mempunyai sikap yang tepuji. Pendidikan ini biasanya
menggunakan cara seperti; menawarkan petunjuk, tuntunan, nasehat, serta
menjelaskan manfaat dan bahayanya sesuatu, yang mana para penerima didik akan di
jelaskan secara rinci perihal segala sesuatu tersebut mulai dari ancaman dan
akibatnya, selain itu perserta didik jugaakan dijelaskan secara rinci hal-hal yang
bermanfaat dari sesuatu tersebut dan pahala maupun manfaatnya, serta mendorong
mereka untuk berbudi pekerti yang luhur dan menghindari hal-hal yang buruk. - Pendidikan moral secara tidak
langsung, yaitu suatu pendidikan yang mana memakai jalan memberi penjelasan
pada point-point atau sajak-sajak yang mengandung manfaat dan hikmat kepada
peserta didik supaya mereka bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. - Nasehat-nasehat dan berita
berharga, serta mencegah mereka daripada melaksanakan hal-hal yang tercela.
memberikan nasehat kepada sang anak sekiranya perbuatan yang dilakukannya tidak
benar dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang semoga sang anak bisa mengerti
dan sanggup menerimanya dengan lapang dada, tidak memberontak bahkan menentang
kita. - Mengambil manfaat dari
kecenderungan dan pembawaan belum dewasa dalam rangka pendidikan akhlak. Seperti
contoh mereka bahagia memalsukan ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, gerak-gerik
orang-orang yang bekerjasama erat dengan mereka. Oleh lantaran itu
filosof-filosof Islam mengharapkan kepada setiap guru semoga supaya mereka
berhias dengan moral yang baik, mulia dan menghindari setiap yang tercela (Suhada, n.d, 2018.).
Selaiin itu, Adapun
metode sanggup dilakukan kepada anak dengan memakai hal-hal yang ibarat ini
:
- Ajarilah anak untuk biasa
mengucapkan salam ketika bertemu dg orang yang ia kenal - Sebelum memulai berguru dikelas
biasakan berdoa bersama. - Sebelum masuk kelas biasakan mencium
tangan guru. - Sebelum memulai berguru biasakan
membaca basmallah - Ajari anak untuk berteman dg baik
- Ajarkan anak untuk membuang sampah
pada tmpatnya - Biasakan anak untuk mengucapkan
salam ketika masuk dalam kelas - Mengucapkan salam ketika krluar
kelas. - Mengajarkan anak untuk berbicara
sopan kepada orang yang lebih renta dari nya (Sa’idah & Mujtaba, 2007).
2. Adab Atau Sopan Santun Belajar
Agar anak
didik itu bisa memperoleh ilmu yang bermanfaat di perlukan menerapkan budbahasa atau
tata krama untuk mengikuti pendidikan islam. Adab sanggup diartikan sebagai budi
pekerti yang luhur, tata krama, etika dan sopan santun yang menempel pada diri
seseorang (Maya, Tetap, Studi, & Agama, 2017). Menurut imam Al-Ghazali
menerapkan budbahasa seorang pelajar dalam mengikuti pelajaran itu ada beberapa
macam antara lain :
- Hendaklah seorang pelajar
mengemukakan impian yang suci murni dan dipenuhi oleh semangat suci,
terhindar dari sifat yang tidak baik dan sebagai pelajar hendaklah ia mempunyai
budi pekerti. Pelajar yang jelek perangai akan terjatuh dari ilmu sejati. - Hendaklah tidak bekerjasama dengan urusan lain. Hendaklah pula
meninggalkan tanah air tumpah darahnya dan keluarganya, apalagi di tempat
lahirnya pula, pasti akan bimbang pikirannya, antara berguru dengan mengingat
keadaan keluarga di kampung. Allah tidak akan menimbulkan dua buah hati dalam
badan seseorang. - Jangan menyombongkan diri, lantaran ilmu pengetahuan yang di pelajari.
Jangan menaruh dendam dan berburuk sangka pada guru yang mengajar. Hendaklah
hati-hati mendengar hikmah guru. Di kepingan ini Al-Ghazali amat memperkeraskan
fatwanya di terangkannya supaya pelajar itu harus mempunyai di siplin kepada
dirinya, patuh mengikuti perintah guru. Biasanya kebanyakan perintah itu tidak
salah dan bagaimana mengikutinya ada yang aktif, ada yang menanti tuntunan dan
jika ada yang salah, tentu saja tiadak di ikuti perintahnya. - Hendaklah seorang pelajar itu tetap dan damai berguru dalam menghadapi
seorang guru. Janganlah ia bimbang berguru pada beberapa orang guru untuk
mempelajari satu mata pelajaran. Keadaan ini akan memutarkan pikirannya dan
memusingkan otaknya, akhirnya ia tiada menadapat sesuatu hasil yang harus di
petiknya. - Janganlah ia meninggalkan satu mata pelajaran yang hendak di
pelajarinnya, sebelum di milikinya pelajaran itu. Sebelum ia sanggup membahas
pelajaran itu sedalam-dalamnya kalau masa tidak membolehkan umpamanya. Hendaklah
ia memperdalam satu pelajaran yang lebih penting dan lebih utama. Ilmu yang
lain hendaklah di pelajarinya pula dengan biasa saja, lantaran ilmu pengetahuan
itu saling bekerjasama yang satu dengan yang lainnya. - Janganlah hendaknya mempelajari
sekalian ilmu-ilmu pengetahuan itu, lantaran umur insan tidak akan cukup untuk
mempelajari semua itu. Karena
sebab itu ambillah man yang lebih penting dahulu. Orang yang ekonomis , cermat
ialah orang yang mengambil tiap-tiap sesuatu yang lebih utama saja. - Jangan mengambil aksesori pelajaran sebelum mengerti pelajaran yang
lama, lantaran susunan ilmu itu teratur baik dan sanggup membantu pelajaran
lanjutannya. Orang yang ekonomis ialah sangat menjaga hukum susunan ilmu
pengetahuan itu. - Hendaklah tujuan pendidikan itu di hadapkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah, yaitu dengan jalan berbakti kepada-Nya. Janganlah di maksud
dengan pendidikan dan pengajaran itu akan menjadi kepala, berpangkat tinggi
maupun akan di puji orang ataupun akan bermegah-megah dengan kawan-kawan. - hendaklah pelajar tidak sombong
akan ilmu yang dimilikinya, tidak menentang kepada guru, bersikap sopan, santun
dan lebih memprioritaskan niat untuk taqarrub ilaallah (Rohayati, 1997).
Hendaklah pelajar mengetahui perbandingan
faedah tiap-tiap mata pelajaran dengan ilmu-ilmu yang lain, supaya sanggup di
perolehnya pengetahuan apa yang lebih patut di utamakannya dari pada yang lain.
Kepentingan pelajaran itu yaitu kesempatan
di dunia dan darul abadi dan menuju kesenangan yang kekal abadi (Zainuddin Ali, 2008) .
- Problematika
Pendidikan Agama Terhadap Akhlak Siswa - Pendidikan agama sebagai formalitas
Pendidikan agama pada usia 7-12 tahun (anak
SD) pendidikan agama menjadi formalitas lantaran mereka menganggap bahwa hanya
sebatas sholat,berdo’a, mengaji dan mereka masih perlu bimbingan dari
masing-masing orang renta bahwa setiap anak harus di bekali rukun islam dan rukun
iman semoga nantinya mereka mengetahui secara tepat maksud dari beragama yang
baik tidak hanya sebagai formalitas saja.
Pada siswa
usia 13-15 tahun (anak SMP) sudah mulai berguru untuk lebih mengenal agama
mereka masing-masing, lebih mendalami rukun islam dan rukun dogma dibawah
bimbingan orang renta dan lingkungan sekitar lantaran pada masa ini siswa masih
rentan terpengaruh oleh sobat sebaya. Terkadang mereka menganggap bahwa agama
hanya sebatas identitas tetapi, sebagian dari mereka juga sudah mulai mencari-
cari bagaimana cara beragama yang baik, ini tergantung individu masing-masing.
Pada siswa
usia 16-18 tahun (anak SMA) pada masa inilah setiap anak mulai di goyahkan
dengan mereka beragama lantaran pada ini mereka sudah mulai menetukan sendiri apa
yang akan mereka lakukan, alasannya lantaran sudah mulai tumbuh dewasa, apabila
sejak kecil orang renta mengajarkan atau dibimbing secara tegas mungkin mereka
juga sanggup memhami cara beragama yang baik, tetapi apabila orang renta tidak
hanya membimbing dengan pengetahuan seadanya dan tidak di pasrahkan ke lembaga
pendidikan maka merekadi masa yang akan tiba juga tidak mengerti bagaimana
cara beragama yang baik atau agama hanya dijadikan sebagai formalitas identitas
mereka saja.
- Lemahnya kualitas pendidik
Pendidik merupakan komponen yang paling utama
dalam pendidikan lantaran ia yang mengantarkan dari pintugerbang menuju ke tempat
tujuan yang sudah ditentuka (Sada, 2015). Kualitas pendidik sangat diperlukan
karena faktor pendidiklah yang memilih kualitas penerima didik, sanggup kita
ambil pola bahwa pendidik yang baik yaitu Rasulullah SAW ia yaitu suri
tauladan yang baik, dan kita sebagai pendidik harus semestinya memalsukan apa yang
beliau kerjakan. Ada 4 faktor yang mensugesti terbentuknya moral seorang
anak: Pertama, Ayah sebagai kiprah utama dalam keluarga lantaran ayah sebagai
kepala keluarga (pemimpin), seorang pemimpinlah yang menentukan, mengatur
sekaligus mengurus segala sesuatunya dalam lingkup keluarga. Kedua, Ibu adalah
pendidikan pertama bagi seorang anak, selain tugasnya merawat dan menjaganya. Ibu
adalah guru pertama bagi anak sebelum mereka mengenyam pendidikan di sekolah. Ketiga,
ilmu lantaran ilmu pengetahuan sangat besar lengan berkuasa terhadap moral siswa, semakin
banyaknya ilmu yang digali semakin banyak pula pengetahuan-pengetahuan tentang
akhlaknya, dan akan memilih kualitas moral terpujinya kalau sebaliknya maka
hal yang akan terjadi juga sebaliknya. Keempat, lingkungan lantaran lingkungan
juga sangat besar lengan berkuasa terhadap moral siswa kalau lingkungan baik maka ia akan
menghasilkan moral yang baik untuk siswa, kalau lingkungannya saja kurang baik
maka tidak mendukung akan moral baiknya (FIP-UPI, 2007).
4. Implementasi Peningkatan Akhlak Di Sekolah
- Perencanaan
Rencana yaitu suatu rancangan atau persiapan sebelum melaksanakan
suatu kegiatan yang akan dilakukan. Perencanaan
disini harus disusun secara matang dan sesuai semoga mencapai tujuan yang efektif
dan efisien, sehingga nantinya apa yang
akan dituju tersusun dengan baik, terstruktur dan terealisasi sesuai rencana,
dan biasanya pendidik yang melaksanakan perencanaan terlebih dahulu menginginkan
perubahan yang lebih baik lagi.
- Pengorganisasian
Yang dimaksud pengorganisasian disini yakni
dapat mengatur peningkatan suatu moral dengan baik secara terstruktur agar
menjadikan pendidikan moral efektif dan efisien. jadi siswa sanggup memantau,
memperbanyak serta lebih ulet lagi dalam
belajar agama islam sehingga moral yang dimilikinya semakin baik dan
memperkaya wawasan agamanya.
- Penggerakkan
Dalam penggerakkan merupakan suatu dari wujud kasatmata tindakan yang di lakuakan oleh
pendidik dalam melaksanakan peningkatan pendidikan moral siswa sehingga pendidik
mau bekerja dan mendukung apa yang sudah di rencanakan dan di organisasikan.
Dan yang paling berperan dalam penggerakkan ini yaitu kepala sekolah karena
kepala sekolah lah yang paling berperan penting dalam mensupport pendidik yang
lain semoga selalu mendidik anak didik dengan baik sesuai dengan syariat islam.
Lalu untuk masing masing penerima didik diserahkan kepada wali kelas untuk
selalu mengawasi bagaimana perkembangan dari setiap siswa.
- Pengawasan
Pengawasan disini saatnya pendidik
menyesuaikan planning awal dengan hasil yang telah di capai, yang nantinya dapat
di ketahui letak salah dan kurangnya dari peningkatan pendidikan moral yang di
lakukan atau bisa menjadi penilaian bagi penerima didik dan pendidik. peran
pendidik disini yaitu mengawasi para siswa dalam (Ririn Nursanti, 2014).
- Pengaruh Akhlak Dalam
Meningkatkan Semangat Belajar
Menurut hasil penelitian penulis
lakukan, sanggup di ketahui bahwa di kelas XII IPS MA Hasyim Asy’ari begitu
banyak yang menyukai pelajaran pendidikan agama islam perihal moral terdapat
24 siswa di karenakan pelajaran tersebut bisa menambah pengetahuan tentang
agama islam dan bisa menerapkan moral yang baik dalam kehidupan sehari-hari sedangkan
yang tidak menyukai pelajaran pendidikan agama islam terdapat 5 siswa di
karenakan siswa-siswi menganggap pelajaran pendidikan agama islam itu biasa
saja tidak ada pengaruhnya dalam kehidupan di dunia.
Menurut penelitian penulis yang ada pada angket kita
perlu menerapkan pendidikan semenjak dini di karenakan bisa mengajarkan suatu
akhlak yang baik kepada moral anak. Adapun yang
beranggapan bahwa moral sanggup memotivasi semangat berguru siswa siswi MA
Hasyim Asyari sehingga siswa-siswi memperhatikan bapak-ibu guru yang sedang
menyampaikan materi dan semoga pembelajaran di dalam kelas dengan damai dan
serius lantaran siswa-siswinya ingin bersaing dalam belajarnya, mendapatkan prestasi
dan mengapai cita-citanya.
Kesimpulan dan
Saran
- Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapatkan kami simpulkan bahwa:
- Metode dalam pendidikan moral dan
akhlak
Dalam metode ini pendidik diutamakan harus mengarkan anak agama
tidak hanya dengan cara kita mengarahkan,memberi nasehat tetapi kita juga harus
mempraktikkan dengan cara menawarkan pola langsung.
- Adab atau sopan santun
Dalam hal ini pendidik mengarahkan anak untuk berperilaku sopan dan
berbicara satun kepada sobat atau orang yang lebih renta darinya. Jangan sampai
ia berbicara dengan orang renta sama halnya ia berbicara dengan guru atau
orangtuanya.
- Problematika pendidikan agama
terhadap moral siswa
Orang renta atau penerima didik sebaiknya mendidik anak dari usia
dini,dan seiring bertambahnya usia mereka tetap saja mereka harus diawasi. Jika
sekiranya mereka keluar dari apa yang kita ajarkan maka disitulah kita wajib
memberitahu dan memperingakan mereka. Yang terpenting disini yaitu pendidik
harus mempunyai kualitas moral yang baik. Karena kualitas pendidik juga menentukan
kualitas penerima didik.
- Implementasi peningkatan moral di
sekolah
Dalam kepingan ini guru tidak hanya memberi tahu,merencanakan anak
itu harus bagaimana. Tetapi guru atau orangtua juga harus mengarahkan untuk
bertindak secara nyata. Dan tidak lupa anak juga harus tetap diawasi.
- Pengaruh moral dalam meningkatkan
semangat belajar
Dari hasil penyebaran sample (angket) dapat
diketahui bahwa pengaruh pendidikan
agama islam terhadap moral siswa-siswi kela XII MA Hasyim Asy’ari banyak yang
menyukai pelajaran pendidikan agama islam perihal akhlak. Salah satu pengaruh
pelajaran pendidikan agama islam terhadap moral itu sendiri yaitu lemahnya kualitas
pendidik, lantaran pendidik lah yang memilih kualitas penerima didik. Pelajaran
pendidikan agama islam sangatlah besar lengan berkuasa tehadap pembentukan moral siswa.
Oleh lantaran itu, kita perlu menerapkan pendidikan semenjak dini semoga kita bisa
mengajarkan suatu moral yang baik kepada anak. Selain itu, moral juga dapat
memotivasi semangat berguru siswa.
- Saran
Oleh lantaran itu Pendidikan agama islam adalah
sebuah perjuangan untuk mengupayakan terbentuknya kepribadian atau abjad anak
yang sesuai dengan aliran agama islam, seharusnya sebagaimana mestinya sosok seorang pelajar, tidak berbicara kotor,
memiliki sopan santun, tidak bolos
sekolah tanpa ada alasan dan sebagainya.
Referensi
Ali, Z. (2008). Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Aryanti, S. S. (1907). PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA (Penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3
Karangpawitan Garut). 44–54. Diambil dari www.journal.uniga.ac.id
Bachri, B. S., Pendidikan, T., & Pendidikan, F. I.
(1986). MEYAKINKAN VALIDITAS DATA MELALUI TRIANGULASI PADA PENELITIAN
KUALITATIF.
FIP-UPI, T. P. ilmu pendidikan. (2007). Ilmu Dan Aplikasi
PEndidikan. PT. Imperial Bhakti Utama.
Ii, B. A. B. (2003). Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan
Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 12 22. Book, 22–56.
Iii, B. A. B., & Penelitian, M. (2004). digilib.uinsby.ac.id.
63–81.
Maya, R., Tetap, D., Studi, P., & Agama, P. (2017). Jurnal
Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol . 0 6 No . 12 , Januari 2017
KARAKTER ( ADAB ) GURU DAN MURID PE RSPEKTIF IBN JAMÂ ’ AH AL – SYÂFI ’ Î
Karakter ( Adab ) Guru … Karakter ( Adab ) Guru …. 0(12).
Nursanti, R. (2014). MANAJEMEN PENINGKATAN AKHLAK MULIA DI
SEKOLAH BERBASIS ISLAM. Kependididkan, II(2), 47–65.
Rohayati, E. (1997). Pemikiran A-Ghazali Tentang
Pendidikan Akhlak. (1).
Sa’idah, K. A. dan I., & Mujtaba, A. (2007). Studi
Analisis Upaya Guru Akidah Dalam Mengembangkan Potensi Nilai Moral Peserta
Didik Di MI Kabupaten Demak. Al-Ta’dib, 67(6), 14–21.
Sada, H. J. (2015). Konsep Pembentukan Kepribadian Anak Dalam
Perspektif Al-Qur’an (Surat Luqman Ayat 12-19). Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, 6(2), 253–272.
Sugiarto, E. (2015). Menyusun Proposal Penelitian
Kualitatif Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Suaka Media.
Suhada, H. (n.d.). PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TERHADAP PERILAKU AKHLAK SISWA ( KARAKTER ). 4(2), 228–244.
Uhbiyat, N. (2005). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Wahidmurni. (2017). PEMAPARAN METODE PENELITIAN
KUANTITATIF. 1–16.
Wayuddin. (2009). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo.
by : Khoiru Ummah, Nur Ifa Datus Sa’adah, Rahma Dluha Dwiyana
Sumber aciknadzirah.blogspot.com