Monday, November 5, 2018

√ Benarkah, Orang Indonesia Itu Ramah-Ramah? Inilah Faktanya!

Indonesia merupakan sebuah negara yang besar. Bahkan jikalau dibandingkan dengan negara Ingris, Spanyol, Italia, dan negara maju lainnya terperinci lebih luas wilayahnya. Sumber daya alamnya pun menjadi pujaan banyak negara dan turis mancanegara. Begitupun dengan penduduk lokalnya, sangat hangat dan ramah dalam prilaku dan tutur katanya.


Semua fakta diatas mungkin tak sanggup dipungkiri dan tak terbantahkan. Tetapi untuk fakta terakhir, benarkah Benarkah, Orang Indonesia Ramah-Ramah?


Indonesia merupakan sebuah negara yang besar √ Benarkah, Orang Indonesia Itu Ramah-Ramah? Inilah Faktanya!


Dalam kenyataannya tawuran antar suku masih terjadi, loyalitas ekstrim suatu kelompok, bahkan menembak kepala hanya alasannya mobilnya keserempet sedikit merupakan contoh-contoh paling kongkrit dari pertanyaan saya diatas. Justru sebaliknya, orang Indonesia cernderung lebih tempramental dan gampang tersulut emosinya. Banyak faktor yang mengakibatkan perubahan sikap orang Indonesia. Salah satu faktor fundamental ialah pendidikan masa kecil yang salah mencakup lingkungan, tontonan, kasih sayang orang tua.


1. Lingkungan


Pernahkah anda di masa kecil Anda saat di sekolah mengenal yang namanya istilah penguasa kelas? Sekelompok badboy di kelas, dan biasanya membully siswa yang lemah di kelas itu, anarkis dan berantem untuk menuntaskan duduk kasus dan pemenangya ialah penguasa.


Tapi justru prilaku inilah yang seolah mecekoki bawah umur bahwa kekuatan ialah segalanya. Munkin hal inilah yang mengakibatkan orang-orang yang memiliki intelejensi tinggi, lebih menentukan untuk tinggal di luar negeri daripada di tanah air sendiri. Padahal bila dibandingkan orang yang memiliki intelejensi tinggi di Indonesia tak kalah banyak dibandingkan negara lain. Sebagai teladan saja, orang yang menemukan 4g lte ialah orang Indonesia. Tetapi sangat dasayangkan, licensi yang dipegang ialah hak paten perusahaan Jepang.


Bila pemerintah Indonesia lebih peka dan sanggup memfasilitasi orang yang memiliki intelejensi tinggi ini, bukan tak mungkin, negara Indonesia menjadi negara penemu dan maju.


2. Tontonan


Tak ibarat dulu tontonan di zaman globalisasi ini justru mengubah kepribadian bawah umur Indonesia. Tak pekanya orang bau tanah pada perkembangan anak dengan cara mempertahankan egonya sendiri untuk menonton sinetron justru dalam segi ceritanya sangat tak berguna. Alhasil sikap anak yang menjiplak adegan anarkis, bullying dan sebagainya dalam tontonannya, serta adegan berbahaya lainnya gampang untuk ditiru oleh bawah umur dan terbawa sampai dewasanya.


Jika melihat sejarah dahulu di tahun 90an aneka macam film-film bawah umur yang sangat mendidik dalam hal persahabatan, cita-cita, sikap pantang mengalah dan lain-lain. Tetapi, sekarang yang ada hanyalah sinetron sekelas GGS yang tak mendidik apapun.


Dalam hal ini KPI lah yang bertanggung jawab dalam hal tontonan. Justru yang menjadi asing ialah kenapa tontonan bawah umur yang lebih baik dari sinetron itu banyak menuai pencekalan dari KPI. Tetapi justru sinetron yang lebih banyak tak mendidiknya justru ditayangkan. Striping sampai beratus-ratus episode.


3. Kasih Sayang Orang tua


Faktor penting lainnya justru pada sektor keluarga. Hubungan antara ibu dan ayahnya yang tak aman sangat mensugesti kepribadian anak. Selain itu banyaknya orang bau tanah khusunya ibu rumah tangga yang menjadi perempuan karir. Tetapi banyak dari perempuan karir tak mengetahui perkembangan anaknya. Sehingga sang anak seakan asing pada ibunya sendiri.


Baca Juga : 5 Pertanda Buruk Pernikahan Menimbulkan Perceraian


Alhasil sang anak tak mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup dari ibunya. Sehingga beliau akan cenderung mencari perhatian orang lain dengan melaksanakan hal-hal yang tak biasa dan cenderung anarkis.


Semua ini tak lain dan tak bukan alasannya adanya gagasan emansipasi wanita. Emansipasi perempuan di zaman globalisasi ini kalo berdasarkan saya justru sudah sangat kelewatan batas. Kalau kita membandingkan apa yang terjadi pada negara lain, ibarat Jepang misalnya Jepang merupakan negara maju dan modern dan merupakan salah satu negara industri terbesar di Asia. Tetapi dalam hal budaya Jepang sangat menjunjung tinggi budaya nenek moyangnya. Tak terkecuali dalam hal budaya yang diterapakan pada wanita-wanita Jepang. Wanita Jepang pada umumnya akan berhenti kerja saat ia sudah menikah. Walaupun ia tak mau keluar dari pekerjaannya. Dia akan otomatis di berhentikan oleh perusahaan. Sehingga kebanyakan ibu-ibu Jepang sanggup fokus pada keluarganya.


Sekian dulu artikel dari saya wacana Benarkah, Orang Indonesia Ramah-Ramah? Semoga bermanfaat.



Artikel ini karya penulis tamu KGS Eka Nugraha seorang blogger pemilik blog www.iiware.blogspot.com. Ingin menulis artikel di InfoMenarik? Silakan simak pedomannya disini.


Sumber http://info-menarik.nett