Friday, July 13, 2018

√ Rujukan Cerpen Beserta Unsur Intrinsiknya

Dalam uraian ini, kami akan memperlihatkan rujukan cerpen berserta unsur intrinsiknya. Di sini, kau akan diajarkan bagaimana cara memilih unsur intrinsik sebuah cerpen. Unsur intrinsik sendiri, telah kami bahas pada uraian terdahulu, kau sanggup membacanya di dalam postingan yang berjudul 6 Unsur Intrinsik dalam Cerpen. Poin-poin penting dalam uraian itulah yang akan kita terapkan pada rujukan kali ini untuk melaksanakan analisis unsur intrinsik cerpen.

 kami akan memperlihatkan rujukan cerpen berserta unsur intrinsiknya √ Contoh Cerpen Beserta Unsur Intrinsiknya

Sebagaimana yang umum diketahui, unsur intrinsik yakni unsur yang membangun sebuah karya sastra. Jadi, unsur intrinsik tidak hanya menempel pada cerpen, tetapi sanggup juga ditemukan di dalam jenis karya sastra lainnya, ibarat hikayat, novel, drama, dan lain-lain. Unsur-unsur intrinsik tersebut meliputi; tema, latar, sudut pandang, alur, penokohan, dan amanat. 

Contoh Cerpen Beserta Unsur Intrinsiknya

Lantas, bagaimana cara memilih unsur intrinsik sebuah cerpen? Tidak terlalu sulit untuk menemukan unsur-unsur intrinsik suatu cerpen. Kamu hanya perlu untuk membaca keseluruhan isi dari cerpen tersebut untuk mencari poin-poin penting yang berafiliasi dengan unsur intrinsik. Pahami seluruh isi cerpen untuk menemukan tema, latar, sudut pandang, alur, penokohan, dan amanat dari cerpen yang kau baca.

Contoh Cerpen Lainnya:

Contoh Cerpen

Sekarang, coba kau baca dan pahami cerpen berikut ini yang berjudul "Wanita Berwajah Penyok" karya Ratih Kumala. Kemudian, tentukan unsur intrinsiknya:

Wanita Berwajah Penyok

Karya Ratih Kumala 

Seperti apakah rasanya hidup menjadi orang yang tak dimaui? Tanyakan pertanyaan ini padanya. Jika beliau sanggup berkata-kata, maka yakinlah beliau akan melancarkan jawabnya. Konon beliau lahir tanpa diminta. Korban gagal gugur kandungan dari seorang perempuan. Hasil sebuah relasi gelap yang dilaknat warga dan Tuhan. Perempuan yang ketika ini disebut "ibunya" bukanlah ibu yang sebenarnya. Dia hanya inang yang berkasihan kemudian bergantian menyusui lapar ekspresi dua orang bayi; bayi berwajah penyok yang dibuang orang di pinggir kampung. Suatu hari yang biasa; siang terang dan perempuan berwajah penyok tengah keliling kampung sendiri ketika bawah umur kecil sepulang sekolah itu mulai mengekori dan menyambiti punggungnya di belakang.

Maka, perempuan berwajah penyok mengambil sebongkah batu. Tangannya yang dekil melemparkan watu itu ke arah anak-anak. Seorang anak bengal berkepala peyang terkena timpukannya. Membuat jidatnya terluka. Darah segar mengocor dari situ, mengubah seragam putihnya menjadi merah. Dia pulang ke rumah mengadu kepada ibunya, sementara bawah umur lain menjadi takut dan bubar satu-satu.

Dengan terpaksa, keluarga perempuan berwajah penyok hasilnya memutuskan untuk memasung dirinya pada sebuah ruangan kecil yang tak sanggup disebut manusiawi bersahabat tanah pekuburan. Sejak itu perempuan berwajah penyok tinggal di dalamnya. Bulan berganti tahun, tanpa tahu itu malam atau siang.

Seperti apakah rasanya hidup dalam sepi? Tanyakan pertanyaan ini kepadanya. Maka, yakinlah jikalau beliau sanggup berkata-kata, beliau akan melancarkan jawabannya. Tak ada yang benar-benar tahu apa yang beliau kerjakan di dalam sana walau kadang terdengar suaranya berteriak untuk berontak. Ini hanya menambah ngeri tanah pekuburan. Orang-orang menduga itu bunyi kuntilanak jejadian penghuni kuburan. Tak pernah ada orang yang benar-benar mendekat. Wanita berwajah penyok telah lupa bahasa tanpa ia pernah benar-benar menguasainya. Andaikata suatu ketika beliau sanggup terbebas dari pasungnya, orang akan bertanya bagaimana ia sanggup bertahan hidup? Sebab ia telah menjadi sendiri.

Pada malam yang biasanya kelam nan pekat, sekarang perempuan berwajah penyok sanggup menerima segaris cahaya dari celah lubang tadi. Kepalanya didongakkan ke atas, beliau sanggup melihat rembulan. Bertahun beliau tidak melihat rembulan sampai ia lupa bahwa yang dilihatnya yakni rembulan. Untuk pertama kalinya dalam periode tahunan pasungnya, ia merasa bahwa dirinya punya teman. Dia mulai berkenalan. Dengan bahasa yang hanya ia mengerti, ia bercakap-cakap dengan bulan. Dia selalu menunggu sahabat barunya untuk berkunjung dan bercakap-cakap dengannya setiap malam.

Namun, semakin hari bentuk wajah rembulan semakin sempit dan cekung. Mengecil dan terus mengecil sampai hanya menjadi sabit. Air muka rembulan juga semakin pasi.

Semakin hari sabit rembulan jadi kembali membulat walaupun wajahnya masih pasi. Saat bulan bundar penuh, perempuan berwajah penyok girang sekali lantaran itu berarti dirinya berhasil menghibur sahabat baiknya. Tapi suatu hari rembulan kembali menyabit dan ibarat yang sudah-sudah, perempuan berwajah penyok tak pernah bosan menghiburnya dengan bahasanya sendiri sampai rembulan bundar penuh. Terus ibarat itu.

Hingga suatu malam, sehari sesudah bulan benar-benar sabit, rembulan tidak tiba mengunjunginya. Ia duka sekali dan menduga rembulan tak mau menemuinya. Malam itu hujan turun deras. Wanita berwajah penyok berpikir bahwa rembulan sedang menangis. Maka beliau ikut menangis pula, kesedihan mendalam sahabatnya, dan sekali lagi, dengan bahasa yang hanya sanggup beliau mengerti, dirinya berusaha membujuk bulan dan menghiburnya. Dia tak pernah bosan. Tetapi, langit tetap hujan, rembulan terus menangis. Tetesan air masuk dari celah atap ruang pasung yang menjadi bocor. Menimpa kepala perempuan berwajah penyok dan menciptakan dirinya kebasahan.

Lelah, perempuan berwajah penyok tertidur. Ia mengigil andal tanpa ada orang yang tahu keadaannya. Paginya ia terbangun oleh segaris sinar yang masuk dari celah atap. Sinar kecil itu jatuh ke kubangan air yang menggenang. Dirasakannya tubuhnya demam. Tetapi, begitu beliau terbangun yang diingatnya hanyalah rembulan. Siang telah menjelang, ini berarti rembulan telah pulang ke rumahnya sesudah semalam bersembunyi di balik awan sambil menangis. Ia menyesal tak sanggup melihat wajah rembulan malam tadi.

Didekatinya genangan air tadi. Genangan yang tak jernih. Ia berwarna coklat lantaran bercampur debu. Sebuah bayangan ada di sana. Ia tersenyum dan menemukan wajah rembulan di sana. Lalu beliau tertidur tanpa merasa perlu bangkit lagi lantaran bersama sahabat di dekatnya.

Unsur Intrinsik Cerpen Wanita Berwajah Penyok

Bagaimana, sudah tuntas bacanya? Sekarang kita akan memilih unsur intrinsik dari cerpen di atas. Ternyata, unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen "Wanita Berwajah Penyok" yakni sebagai berikut:
  • Tema: Kesepian, kesendirian, dan kesedihan
  • Latar: Gubuk kecil dan lingkungan pekuburan
  • Sudut Pandang: Orang ketiga (pengarang tidak terlibat langsung)
  • Alur: Alur maju.
  • Penokohan: Wanita dengan wajah penyok dengan tabiat penyayang.
  • Amanat: Anak hasil relasi gelap, tidak sah, dan terlarang akan selalu menjadi korban.
Demikianlah klarifikasi perihal Contoh Cerpen Beserta Unsur Intrinsiknya. Bagikan bahan ini kepada sahabat yang membutuhkan. Terima kasih, agar bermanfaat.

Sumber http://www.ilmusiana.com