Friday, July 20, 2018

√ Hormon Sitokinin : Sejarah, Cara Kerja, Dan Fungsinya

Hormon sitokinin merupakan hormon yang juga diproduksi oleh tumbuhan. Sama ibarat auksin dan giberelin, hormon ini pun memiliki efek besar terhadap proses dan laju pertumbuhan tanaman. Pengaruh apa yang diberikan sitokinin tersebut? Bagaimana cara kerja sitokinin dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman? Berikut merupakan klarifikasi mengenai hormon sitokinin pada flora mulai dari sejarah penemuannya sampai fungsi-fungsinya dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Silakan disimak!

Sejarah Penemuan Hormon Sitokinin

Sitokinin pertama kali ditemukan pada tahun 1940-an. Sitokinin ditemukan pada buah kelapa yang belum matang. Penelitian yang dilakukan oleh Johannes van Overbeek ini mendapat gosip bahwa embrio flora tumbuh lebih cepat jikalau ditambahkan air kelapa serta gosip bahwa sitokinin ini berperan dalam memicu pembelahan sitoplasma (sitokinensis). [Baca juga: Hormon Giberilin : Sejarah, Fungsi, dan Cara Kerjanya]


Tahun 1950-an dilakukan pengamatan terhadap empulur tembakau atau floem akar wortel yang mencakup pengamatan pembelahan sel kalus. Dari pengamatan tersebut diperoleh suatu zat yang diidentifikasi sebagai 6-furfurilamino purin dan dikenal sebagai kinetin. Pada flora tingkat tinggi, sitokinin dipisahkan pada endosperm yang ibarat susu pada biji jagung muda di tahun 1964 dan diberi nama zeatin. Secara alami, terdapat kinin sebagai konjugasi gula dan ion fosfat.

Jenis-jenis Hormon Sitokinin

Sitokinin alami dihasilkan oleh jaringan yang masih tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang dihasilkan di akar diangkut ke bab atas flora yang masih muda melalui xilem. Sitokinin terbagi dua yaitu:

  1. Tipe adenin. Tipe adenin ini diproduksi pada bab perakaran, jaringan kambium dan bab flora yang sel-selnya masih aktif membelah. Misalnya kinetin, zeatin dan BAP (Benzyl Amino Purin)
  2. Tipe fenilurea. Tipe ini biasanya tidak dibuat oleh tumbuhan. Misalnya difeniluera, tidiazuron (TDZ)

Mekanisme Kerja Hormon Sitokinin

Sitokinin alami yang terdapat pada biji jagung disebut dengan zeatin. Selain sitokinin alami, terdapat pula sitokinin sintesis, ibarat kinetin dan benziladenin. Sama halnya dengan giberelin, sitokinin juga berkeja sama dengan auksin dalam banyak sekali proses fisiologis pada tumbuhan. Diproduksi di ujung akar dan ditranslokasikan melalui pembuluh xilem. Jumlah sitokinin terbesar terdapat pada tempat meristematik dan jaringan yang berkembang secara berkelanjutan, ibarat akar, daun muda, pengembangan buah dan biji. [Baca juga: Jenis Hormon pada Tumbuhan]

Sitokinin bekerja berlawanan dengan auksin pada proses fisiologis tumbuhan. Variasi konsentrasi sitokinin dan auksin akan menjadikan perbedaan pada pertumbuhan. Contohnya:
  1. Jika konsentrasi sitokinin lebih besar dari  auksin, yang terjadi yaitu pertumbuhan tunas dan daun
  2. Jika konsentrasi sitokinin relatif sama dengan konsentrasi auksin, maka tunas, akar dan batang tumbuh seimbang
  3. Jika konsentrasi sitokinin lebih kecil dari auksin, yang terjadi yaitu pembentukan akar akan lebih aktif.

Mengapa demikian? Hal ini terjadi alasannya yaitu intinya sitokinin bisa menghentikan dominasi pertumbuhan apikal dan merangsang pertumbuhan lateral.

Fungsi Hormon Sitokinin

Kinerja sitokinin selalu dibantu dengan auksin. Jika hanya ada sitokinin tanpa auksin maka tidak sanggup terjadi perangsangan terhadap proses pembelahan sel. Namun jikalau sitokinin bekerja bersama auksin maka akan merangsang terjadinya pembelahan dan diferensiasi sel. Selain itu, fungsi hormon sitokinin juga kuat terhadap:
  1. Pembelahan sel. Hormon sitokinin terdapat pada sel-sel yang sedang aktif membelah dalam jumlah yang besar
  2. Pada beberapa tumbuhan, sitokinin sanggup meningkatkan pembukaan stomata.
  3. Menghambat proses penuaan pada daun
  4. Pertumbuhan kuncup lateral sehingga menurunkan dominasi pucuk apikal
  5. Memacu membukanya stomata pada beberapa jenis tumbuhan
  6. Mempengaruhi morfogenesis pada teknik kultur jaringan
  7. Mempengaruhi perkembangan kloroplas. Pemberian sitokinin sanggup memicu peningkatan kadar klorofil, bisa meningkatkan konversi etioplast ke kloroplas melalui stimulasi sintesis klorofil.

Demikian klarifikasi mengenai hormon sitokinin. Dari pemaparan di atas, sanggup kita simpulkan bahwa setiap hormon yang dihasilkan oleh flora secara alami mempengaruhi proses-proses fisiologis pada flora itu sendiri. Semoga bermanfaat.
Sumber http://www.ebiologi.net