Analisis Titrimetri
Analisis yaitu investigasi atau penentuan sesuatu materi dengan teliti. Analisis ini sanggup dibagi menjadi 2 bab yaitu analisis kuantitatif dan analisis kulitatif. Analisis kulitatif yaitu investigasi sesuatu menurut komposisi atau kualitas, sedangkan analisisi kuantitatif yaitu investigasi menurut jumlahnya atau kuantitinya . Pada dikala ini yang dibahas hanyalah analisis kuantitatif. Salah satu cara analisis kuntitatif yaitu titirimetri, yaitu analisis penentuan konsentrasi dengan mengukur volume larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dengan volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti atau analisis yang menurut pada reaksi kimia. Reaksi pada penentuan ini harus berlangsung secara kuantitatif.
Jenis reaksi yang terjadi pada titrimetri ini sanggup dibagi menjadi 2 bab yaitu :
- reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang tidak terjadi transfer/perpindahan elektron;
- reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang terjadi transfer/ perpindahan elektron.
Pada dikala ini yang akan dipelajari yaitu reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi, alasannya yaitu dasar yang dipelajari gres hingga tahap ini. Reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi mencakup (1)reaksi penetralan(asam-basa), reaksi pembentukan endapan, reaksi pembentukan kompleks. Untuk acara ini reaksi yang dibahas hanyalah reaksi asam-basa alasannya yaitu dasar-dasar mengenai teori ini sudah diperoleh yaitu teori asam-basa, sifat-sifat unsur golongan IA(1), IIA(2), IVA(16), IIVA(17), larutan, dan konsentrasi larutan. Reaksi asam basa yaitu reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan larutan basa, hasil reaksi ini sanggup bersifat netral disebut juga reaksi penetralan, asam, dan basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan yang direaksikan ini salah satunya disebut larutan baku.
Larutan Baku Primer dan Sekunder
Larutan baku yaitu larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Larutan baku biasanya ditempatkan pada alat yang namanya buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan memakai pipet seukuran/ gondok(pipet volumetri) dan ditempatkan di Erlenmeyer. Larutan baku ini ada 2 jenis yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Mengapa larutan baku ada 2 jenis? Apa perbedaan antara larutan baku primer dan sekunder ini? Zat menyerupai apakah yang sanggup digolongkan sebagai larutan baku primer dan sekunder.
Larutan baku sanggup dibentuk dengan cara penimbangan zatnya kemudian dilarutkan dalam sejumlah pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat. Larutan yang dibentuk dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu disebut larutan baku primer. Syarat biar suatu zat menjadi zat baku primer adalah:
1. mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi;
2. kering, tidak terpengaruh oleh udara/lingkungan(zat tersebut stabil);
3. gampang larut dalam air;
2. kering, tidak terpengaruh oleh udara/lingkungan(zat tersebut stabil);
3. gampang larut dalam air;
4. mempunyai massa ekivalen yang tinggi.
Larutan baku primer biasanya dibentuk hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang sanggup dibentuk sebagai larutan baku primer yaitu asam oksalat{C2H2O4 2H2O), Boraks(Na2B4O710 H2O), asam benzoat(C6H5COOH). Larutan baku sekunder yaitu larutan baku yang zat terlarutnya tidak harus zat yang tingkat kemurniannya tinggi. Larutan baku sekunder ini konsentrasinya ditentukan menurut standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Sebagai larutan baku sekunder sanggup digunakan larutan basa atau asam dari senyawa anorganik contohnya NaOH, HCl. Larutan baku sekunder ini umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang setiap minggu.
Konsentrasi larutan baku yang digunakan sanggup berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis alasannya yaitu sanggup memudahkan perhitungan. Di atas telah dikatakan bahwa yang akan dibahas hanyalah reaksi asam-basa, jadi harus diingat, bahwa ekivalen asam atau basa berafiliasi dengan jumlah ion hidrogen atau ion hidroksil. Sebagai catatan kembali pernyataan satu ekivalen asam yaitu sejumlah ) dan satu+asam yang sanggup menghasilkan satu mol ion hidrogen(H+ atau H3O ekivalen basa yaitu sejumlah basa yang sanggup menghasilkan satu mol ion hidroksil( OH-) atau sejumlah basa yang sanggup menetralkan satu mol ion ).+hidrogen(H+ atau H3O
Titik Ekivalensi dan Titik Akhir
Proses titrimetri atau titrasi terjadi jikalau larutan baku ditambahkan pada larutan yang akan dianalisis hingga reaksi selesai dengan tepat secara kuantitatif. Larutan yang akan dianalisis disebut sebagai larutan titrasi sedangkan larutan baku disebut juga larutan penitrasi. Reaksi pada penentuan ini harus sederhana yang berarti sanggup dinyatakan sebagai persamaan reaksi, reaksi berjalan cepat, dan reaksi harus tercapai secara kuantitatif yang berarti reaksi tepat kalau titik ekivalensi tercapai. Titik ekivalien yaitu titik kesetaraan yaitu suatu simpulan reaksi secara teoritis di mana reaksi berjalan secara stoikiometri.
Penentuan titik ekivalen biasanya sukar untuk ditentukan oleh mata terutama untuk larutan yang tidak berwarna, padahal kesempurnaan reaksi harus sanggup diamati dan dideteksi setiap perubahannya. Untuk memilih perubahan ini maka kita sanggup memakai materi penolong yang sanggup membantu untuk mengamati perubahan tersebut. Bahan yang membantu pengamatan ini disebut sebagai indikator.
Indikator harus sanggup mengatakan perubahan yang nyata, pada dikala reaksi antara larutan yang dititrasi dan larutan penitrasi sudah sempurna. Perubahan konkret yang ditunjukkan indikator disebut sebagai titik simpulan titrasi. Perubahan konkret dari indikator sanggup ditunjukkan dengan perubahan warna yang terang dari indikator. Secara ideal titik simpulan titrasi harus sama dengan titik ekivalen, pada kenyataannya keadaan ini sulit untuk dicapai balasannya niscaya ada perbedaan antara kedua titik tersebut. Perbedaan titik akhir
titrasi dan titik ekivalen disebut kesalahan tittrasi. Kesalahan titrasi harus dibentuk sekecil mungkin biar kesalahan perhitungan tidak terlalu besar. Untuk reaksi asam basa maka indikatornya disebut indikator asam-basa.
Penentuan titik ekivalen biasanya sukar untuk ditentukan oleh mata terutama untuk larutan yang tidak berwarna, padahal kesempurnaan reaksi harus sanggup diamati dan dideteksi setiap perubahannya. Untuk memilih perubahan ini maka kita sanggup memakai materi penolong yang sanggup membantu untuk mengamati perubahan tersebut. Bahan yang membantu pengamatan ini disebut sebagai indikator.
Indikator harus sanggup mengatakan perubahan yang nyata, pada dikala reaksi antara larutan yang dititrasi dan larutan penitrasi sudah sempurna. Perubahan konkret yang ditunjukkan indikator disebut sebagai titik simpulan titrasi. Perubahan konkret dari indikator sanggup ditunjukkan dengan perubahan warna yang terang dari indikator. Secara ideal titik simpulan titrasi harus sama dengan titik ekivalen, pada kenyataannya keadaan ini sulit untuk dicapai balasannya niscaya ada perbedaan antara kedua titik tersebut. Perbedaan titik akhir
titrasi dan titik ekivalen disebut kesalahan tittrasi. Kesalahan titrasi harus dibentuk sekecil mungkin biar kesalahan perhitungan tidak terlalu besar. Untuk reaksi asam basa maka indikatornya disebut indikator asam-basa.
Indikator Asam -Basa
Indikator asam basa yaitu suatu zat elektrolit yang sangat lemah, sanggup merupakan senyawa asam, basa, dan atau garam organik yang mempunyai warna berbeda pada larutan asam dan basa. Perbedaan warna pada larutan asam dan larutan basa merupakan karakteristik dari indikator, yang perubahannya tiba-tiba tetapi menempati interval(range) pH kecil. Di bawah ini diberikan tebel beberapa indikator asam basa yang umum digunakan dalam titrasi beserta perubahan warna yang terjadi. Contoh ini pernah diberikan pada modul menyiapkan materi dan alat sesuai keperluan dengan judul nama dan sifat bahan.
PERUBAHAN WARNA DAN RANGE PH DARI BEBERAPA INDIKATOR ASAM-BASA
No. Nama indikator Range pH Warna dalam Asam Basa
1. Timol biru(asam) 1,2 – 2,8 Merah Kuning
2. Metil jingga 3,1 – 4,4 Merah Jingga
3. Brom kresol hijau 3,8 – 5,4 Kuning Biru
4. Metil merah 4,2 – 6,3 Merah Kuning
5. Brom timol biru 6,0 – 7,6 Kuning Biru
6. Timol biru(basa) 8,0 – 9,6 Kuning Biru
7. Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna Merah
No. Nama indikator Range pH Warna dalam Asam Basa
1. Timol biru(asam) 1,2 – 2,8 Merah Kuning
2. Metil jingga 3,1 – 4,4 Merah Jingga
3. Brom kresol hijau 3,8 – 5,4 Kuning Biru
4. Metil merah 4,2 – 6,3 Merah Kuning
5. Brom timol biru 6,0 – 7,6 Kuning Biru
6. Timol biru(basa) 8,0 – 9,6 Kuning Biru
7. Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna Merah
Membuat Larutan Indikator
Larutan indikator asam basa sebagai larutan stok biasanya mengandung 0,5 – 1 gram zat indikator dalam 1 L pelarut, jikalau zat indikator ini larut dalam air maka pelarut digunakan air. Contoh zat indikator yang larut dalam air yaitu garam-garam natrium dari senyawa organik. Umumnya pelarut untuk zat indikator ini digunakan alkohol 50 %, 70 %, 90 %. Cara menciptakan larutan indikator stok yaitu sebagai berikut. Siapkan alat dan bahan( gelas kimia kecil, gelas ukur, batang pengaduk, dan botol tetes)
Larutan indikator asam basa sebagai larutan stok biasanya mengandung 0,5 – 1 gram zat indikator dalam 1 L pelarut, jikalau zat indikator ini larut dalam air maka pelarut digunakan air. Contoh zat indikator yang larut dalam air yaitu garam-garam natrium dari senyawa organik. Umumnya pelarut untuk zat indikator ini digunakan alkohol 50 %, 70 %, 90 %. Cara menciptakan larutan indikator stok yaitu sebagai berikut. Siapkan alat dan bahan( gelas kimia kecil, gelas ukur, batang pengaduk, dan botol tetes)
1. Larutan indikator metil jingga
Timbang 0,5 gram metil jingga dan larutkan dalam 100 cm3 alkohol 50 %, sambil diaduk-aduk, sehabis larut masukkan dalam botol tetes(dapat dilakukan menyerupai menciptakan larutan kerja).
Timbang 0,5 gram metil jingga dan larutkan dalam 100 cm3 alkohol 50 %, sambil diaduk-aduk, sehabis larut masukkan dalam botol tetes(dapat dilakukan menyerupai menciptakan larutan kerja).
2. Larutan indikator metil merah
Timbang 0,5 gram metil merah dan larutkan dalam 100 cm3 alkohol 70 %, sambil diaduk-aduk, sehabis larut masukkan dalam botol tetes.
Timbang 0,5 gram metil merah dan larutkan dalam 100 cm3 alkohol 70 %, sambil diaduk-aduk, sehabis larut masukkan dalam botol tetes.
3. Larutan indikator fenolftalein
Timbang 0,5 gram fenolftalein dan larutkan dalam 100 cm3 alkohol 90 %, sambil diaduk-aduk, sehabis larut masukkan dalam botol tetes.
Timbang 0,5 gram fenolftalein dan larutkan dalam 100 cm3 alkohol 90 %, sambil diaduk-aduk, sehabis larut masukkan dalam botol tetes.
Membuat Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder untuk reaksi netralisasi pada umumnya berupa larutan basa atau larutan asam dari senyawa anorganik. Larutan ini sanggup dibentuk dengan cara menimbang basa atau mengencerkan larutan asam yang pekat, kemudian larutan ini distandarkan dengan larutan baku primer. Larutan basa yang umum digunakan sebagai larutan baku sekunder yaitu larutan NaOH 0,1 M, sedangkan larutan asamnya yaitu larutan asam klorida HCl atau asam sulfat(H2SO4) 0,1 M. Konsentrasi larutan asam pekat dari HCl yaitu 10,5 – 12 M, sedangkan untuk asam sulfat(H2SO4) yaitu 18 M. HCl yaitu suatu gas yang kelarutannya dalam air sangat dipengaruhi oleh suhu. Larutan basa yang digunakan sebagai larutan baku sekunder harus larutan basa yang bebas karbonat. Cara menciptakan larutan ini sama menyerupai menciptakan larutan kerja hanya konsentrasi yang digunakan antara 0,1 – 0,25 M(molar) atau N(normal). Cara menciptakan larutan baku sekunder yaitu sebagai berikut.
Larutan baku sekunder untuk reaksi netralisasi pada umumnya berupa larutan basa atau larutan asam dari senyawa anorganik. Larutan ini sanggup dibentuk dengan cara menimbang basa atau mengencerkan larutan asam yang pekat, kemudian larutan ini distandarkan dengan larutan baku primer. Larutan basa yang umum digunakan sebagai larutan baku sekunder yaitu larutan NaOH 0,1 M, sedangkan larutan asamnya yaitu larutan asam klorida HCl atau asam sulfat(H2SO4) 0,1 M. Konsentrasi larutan asam pekat dari HCl yaitu 10,5 – 12 M, sedangkan untuk asam sulfat(H2SO4) yaitu 18 M. HCl yaitu suatu gas yang kelarutannya dalam air sangat dipengaruhi oleh suhu. Larutan basa yang digunakan sebagai larutan baku sekunder harus larutan basa yang bebas karbonat. Cara menciptakan larutan ini sama menyerupai menciptakan larutan kerja hanya konsentrasi yang digunakan antara 0,1 – 0,25 M(molar) atau N(normal). Cara menciptakan larutan baku sekunder yaitu sebagai berikut.
1. Pembuatan larutan baku asam
Larutan baku asam yang dibentuk yaitu larutan asam klorida 0,1 M. Larutan ini dibentuk dengan cara pengenceran larutan asam klorida pekat. Dari perhitungan pengenceran sanggup dihitung banyaknya HCL 36 % dengan massa jenisnya (ρ)nya 1,09 gram/cm3 yang digunakan untuk menciptakan 1 L larutan baku sekunder HCl 0,1 M yaitu sebanyak: 9,3 cm3 .
• Siapkan alat dan bahan( gelasukur besar, gelas ukur kecil, batang pengaduk, dan botol reagen, botol semprot).
• Sembilan koma tiga cm3 HCl pekat ini dituangkan dan diukur dalam gelas ukur kecil(10 cm3), kemudiandituangkan dalam gelas ukur yang lebih besar (1 L) yang telah berisi sedikit air(± 200 cm3+).
• Bilas gelas ukur kecil bekas HCl pekat tadi, kemudian tuangkan air bilasan ini ke dalam gelas ukur besar dan isi kembali gelas ukur besar ini hingga batas 1 L.
• Lalu tuangkan larutan dalam gelas ukur ini ke dalam botol reagen 1 L. Aduk-aduk larutan dalam botol biar tercampur sempurna.
• Lakukan juga pembuatan larutan bakyu sekunder untuk larutan asam sulfat.
Larutan baku asam yang dibentuk yaitu larutan asam klorida 0,1 M. Larutan ini dibentuk dengan cara pengenceran larutan asam klorida pekat. Dari perhitungan pengenceran sanggup dihitung banyaknya HCL 36 % dengan massa jenisnya (ρ)nya 1,09 gram/cm3 yang digunakan untuk menciptakan 1 L larutan baku sekunder HCl 0,1 M yaitu sebanyak: 9,3 cm3 .
• Siapkan alat dan bahan( gelasukur besar, gelas ukur kecil, batang pengaduk, dan botol reagen, botol semprot).
• Sembilan koma tiga cm3 HCl pekat ini dituangkan dan diukur dalam gelas ukur kecil(10 cm3), kemudiandituangkan dalam gelas ukur yang lebih besar (1 L) yang telah berisi sedikit air(± 200 cm3+).
• Bilas gelas ukur kecil bekas HCl pekat tadi, kemudian tuangkan air bilasan ini ke dalam gelas ukur besar dan isi kembali gelas ukur besar ini hingga batas 1 L.
• Lalu tuangkan larutan dalam gelas ukur ini ke dalam botol reagen 1 L. Aduk-aduk larutan dalam botol biar tercampur sempurna.
• Lakukan juga pembuatan larutan bakyu sekunder untuk larutan asam sulfat.
2. Permbuatan larutan baku basa
Larutan baku basa yang dibentuk yaitu larutan NaOH 0,1 M. Larutan ini dibentuk dengan cara penimbangan padatan NaOH kemudian dilarutkan dalam air. Dari per-hitungan konsentrasi sanggup dihitung banyaknya NaOH padat yang dibutuhkan untuk menciptakan 1 L larutan baku sekunder NaOH 0,1 M yaitu sebanyak empat gram .
• Siapkan alat dan bahan( gelas ukur besar, gelas kimia kecil, batang pengaduk, dan botol reagen, botol semprot, corong pendek).
• Empat gram NaOH ini ditimbang dengan neraca biasa(Tehnis) dan air sebagai pelarut diukur dalam gelas ukur (1 L). Air yang digunakan sebagai pelarut yaitu air yang bebas CO2. Air ini dibentuk dengan cara memanaskan aquades dalam Erlenmeyer besar hingga mendidih, kemudian dibiarkan terus mendidih selama ± 10 menit. Setelah itu air yang sudah mendidih ini didinginkan dengan cara ditutup.
• NaOH yang telah ditimbang ini dilarutkan dengan sedikit air, sambil diaduk hingga padatan terlarut, jikalau padatan sudah tidak sanggup larut lagi, tuangkan larutan NaOH dari gelas kimia ke dalam botol reagen dan lanjutkan pelarutan dengan cara yang sama menyerupai di atas.
• Setelah semua padatan larut bilas gelas kimia ini dengan sedikit air, kemudian tuangkan air bilasan ini ke dalam botol reagen. Setelah itu jikalau air dalam gelas ukur masih tersisa tuangkan air ini eksklusif ke dalam botol reagen. Aduk-aduk larutan dalam botol biar tercampur sempurna.
Larutan baku basa yang dibentuk yaitu larutan NaOH 0,1 M. Larutan ini dibentuk dengan cara penimbangan padatan NaOH kemudian dilarutkan dalam air. Dari per-hitungan konsentrasi sanggup dihitung banyaknya NaOH padat yang dibutuhkan untuk menciptakan 1 L larutan baku sekunder NaOH 0,1 M yaitu sebanyak empat gram .
• Siapkan alat dan bahan( gelas ukur besar, gelas kimia kecil, batang pengaduk, dan botol reagen, botol semprot, corong pendek).
• Empat gram NaOH ini ditimbang dengan neraca biasa(Tehnis) dan air sebagai pelarut diukur dalam gelas ukur (1 L). Air yang digunakan sebagai pelarut yaitu air yang bebas CO2. Air ini dibentuk dengan cara memanaskan aquades dalam Erlenmeyer besar hingga mendidih, kemudian dibiarkan terus mendidih selama ± 10 menit. Setelah itu air yang sudah mendidih ini didinginkan dengan cara ditutup.
• NaOH yang telah ditimbang ini dilarutkan dengan sedikit air, sambil diaduk hingga padatan terlarut, jikalau padatan sudah tidak sanggup larut lagi, tuangkan larutan NaOH dari gelas kimia ke dalam botol reagen dan lanjutkan pelarutan dengan cara yang sama menyerupai di atas.
• Setelah semua padatan larut bilas gelas kimia ini dengan sedikit air, kemudian tuangkan air bilasan ini ke dalam botol reagen. Setelah itu jikalau air dalam gelas ukur masih tersisa tuangkan air ini eksklusif ke dalam botol reagen. Aduk-aduk larutan dalam botol biar tercampur sempurna.
Membuat Larutan Baku Primer
Larutan baku Primer untuk reaksi netralisasi pada umumnya berupa larutan basa atau larutan asam baik senyawa organik maupun senyawa anorganik. Larutan ini sanggup dibentuk dengan cara menimbang basa/asam dengan akurat(teliti) kemudian dilarutkan dalam wadah yang ukurannya akurat juga. Wadah untuk melarutkan larutan baku primer ini yaitu labu ukur. Zat yang digunakan untuk larutan baku primer haruslah zat yang stabil terhadap lingkungan(udara, cahaya), zatnya murni. Zat yang sanggup digunakan untuk larutan baku primer asam yaitu asam oksalat pro analisa(pa), asam benzoat pa, kalium hidrogrn petalat(KH(C8H4O4)) pa, sedangkan untuk larutan baku primer basa yaitu Na2CO3 anhidrat pa, Na2B4O7 pa. Biasanya konsentrasi larutan baku primer ini yaitu 0,1 M atau N. Cara menciptakan larutan baku primer yaitu sebagai berikut.
• Tentukan dahulu berapa banyak larutan yang akan dibuat, zat apa yang akan dibentuk menjadi larutan baku primer, dan berapa besar konsentrasinya. Misalnya 100 cm3 larutan asam oksalat 0,1 M.
• Setelah itu hitung berapa massa yang harus ditimbang dan siapkan peralatan sesuai yang diperlukan( gelas kimia kecil atau botol timbang, corong pendek, batang pengaduk , botol semprot, labu ukur sesuai dengan volume yang akan dibuat). Keadaan alat harus higienis dan siap untuk segera dipakai.
• Timbang zat sesuai dengan perhitungan dan timbang dengan teliti(sampai 4 desimal) dalam gelas kimia kecil atau botol timbang, kemudian catat hasil penimbangan tersebut dengan baik untuk memilih konsentrasi secara akurat.
• Siapkan wadah(labu ukur) untuk melarutkan dan pada ujung (mulut labu ukur) diletakkan corong pendek.
• Larutkan zat dengan sedikit air dan aduk hingga sebanyak mungkin zat padat tersebut larut, jikalau sudah tidak sanggup larut lagi tuangkan larutan ini ke dalam labu ukur yang sudah siap(di atas) dan lanjutkan pelarutan hingga semua zat padat terlarut.
• Setelah semua zat padat terlarut bilas gelas kimia kecil atau botol timbang tersebut dan air dan air bilasannya dimasukan dalam labu ukur. Setelah itu lakukan pembilasan dengan cara gelas kimia kecil atau botol timbang dan batang pengaduk dipegang dengan tangan kiri dan letakkan di atas corong pendek yang di bawahnya terdapat labu ukur, kemudian semprotkan air dari botol semprot pada gelas kimia tersebut. Hati-hati penyemprotan air ini jangan hingga airnya terpercik ke luar. Lakukan ini minimal 3 kali, kemudian letakkan gelas kimia kecil dan semprot batang pengaduknya kemudian angkat batang pengaduk dan simpan. Bilas juga corongnya 3 kali gres corong diangkat perlahan-lahan sambil tangkainya dibilas.
• Isikan air hingga mendekati tanda batas kemudian keringkan bab dalam di atas larutan dengan kertas isap(hati-hati jangan hingga kertas isap masuk dalam larutan).
• Tanda bataskan labu dengan cara meneteskan air dari pipet tetes yang bab luarnya kering ke atas larutan. Tutup labu dan aduk-aduk adonan dengan cara pegang tutup labu dengan jari tangan dan ujung labu yang lain diletakan pada tangan. Gerak-gerakkan tangan turun naik sebanyak 10 kali maka larutahn baku primer siap untuk digunakan.
• Lakukan juga pembuatan larutan baku primer untuk larutan boraks. Setelah ditimbang, boraks ini ditambahkan air kemudian dipanaskan dengan sedikit air hingga boraks larut , kemudian tambahkan lagi sedikit air dan biarkan mendingin gres dilarutkan menyerupai di atas.
Larutan baku Primer untuk reaksi netralisasi pada umumnya berupa larutan basa atau larutan asam baik senyawa organik maupun senyawa anorganik. Larutan ini sanggup dibentuk dengan cara menimbang basa/asam dengan akurat(teliti) kemudian dilarutkan dalam wadah yang ukurannya akurat juga. Wadah untuk melarutkan larutan baku primer ini yaitu labu ukur. Zat yang digunakan untuk larutan baku primer haruslah zat yang stabil terhadap lingkungan(udara, cahaya), zatnya murni. Zat yang sanggup digunakan untuk larutan baku primer asam yaitu asam oksalat pro analisa(pa), asam benzoat pa, kalium hidrogrn petalat(KH(C8H4O4)) pa, sedangkan untuk larutan baku primer basa yaitu Na2CO3 anhidrat pa, Na2B4O7 pa. Biasanya konsentrasi larutan baku primer ini yaitu 0,1 M atau N. Cara menciptakan larutan baku primer yaitu sebagai berikut.
• Tentukan dahulu berapa banyak larutan yang akan dibuat, zat apa yang akan dibentuk menjadi larutan baku primer, dan berapa besar konsentrasinya. Misalnya 100 cm3 larutan asam oksalat 0,1 M.
• Setelah itu hitung berapa massa yang harus ditimbang dan siapkan peralatan sesuai yang diperlukan( gelas kimia kecil atau botol timbang, corong pendek, batang pengaduk , botol semprot, labu ukur sesuai dengan volume yang akan dibuat). Keadaan alat harus higienis dan siap untuk segera dipakai.
• Timbang zat sesuai dengan perhitungan dan timbang dengan teliti(sampai 4 desimal) dalam gelas kimia kecil atau botol timbang, kemudian catat hasil penimbangan tersebut dengan baik untuk memilih konsentrasi secara akurat.
• Siapkan wadah(labu ukur) untuk melarutkan dan pada ujung (mulut labu ukur) diletakkan corong pendek.
• Larutkan zat dengan sedikit air dan aduk hingga sebanyak mungkin zat padat tersebut larut, jikalau sudah tidak sanggup larut lagi tuangkan larutan ini ke dalam labu ukur yang sudah siap(di atas) dan lanjutkan pelarutan hingga semua zat padat terlarut.
• Setelah semua zat padat terlarut bilas gelas kimia kecil atau botol timbang tersebut dan air dan air bilasannya dimasukan dalam labu ukur. Setelah itu lakukan pembilasan dengan cara gelas kimia kecil atau botol timbang dan batang pengaduk dipegang dengan tangan kiri dan letakkan di atas corong pendek yang di bawahnya terdapat labu ukur, kemudian semprotkan air dari botol semprot pada gelas kimia tersebut. Hati-hati penyemprotan air ini jangan hingga airnya terpercik ke luar. Lakukan ini minimal 3 kali, kemudian letakkan gelas kimia kecil dan semprot batang pengaduknya kemudian angkat batang pengaduk dan simpan. Bilas juga corongnya 3 kali gres corong diangkat perlahan-lahan sambil tangkainya dibilas.
• Isikan air hingga mendekati tanda batas kemudian keringkan bab dalam di atas larutan dengan kertas isap(hati-hati jangan hingga kertas isap masuk dalam larutan).
• Tanda bataskan labu dengan cara meneteskan air dari pipet tetes yang bab luarnya kering ke atas larutan. Tutup labu dan aduk-aduk adonan dengan cara pegang tutup labu dengan jari tangan dan ujung labu yang lain diletakan pada tangan. Gerak-gerakkan tangan turun naik sebanyak 10 kali maka larutahn baku primer siap untuk digunakan.
• Lakukan juga pembuatan larutan baku primer untuk larutan boraks. Setelah ditimbang, boraks ini ditambahkan air kemudian dipanaskan dengan sedikit air hingga boraks larut , kemudian tambahkan lagi sedikit air dan biarkan mendingin gres dilarutkan menyerupai di atas.
Standarisasi Larutan Baku Sekunder
Cara menstandarkan larutan baku sekunder yaitu sebagai berikut.
• Siapkan alat-alat untuk melaksanakan titrasi( Erlenmeyer, gelas kimia kecil, beling arloji, corong pendek, pipet gondok, buret, statip, klem buret, bantalan yang berwarna putih, tabung reaksi, kertas isap, larutan indikator, larutan baku primer, dan larutan baku sekunder).
• Bilas alat-alat ukur (alat untuk mengukur volume larutan)dengan larutan yang akan digunakan. Misalnya Buret dibilas dengan larutan baku sekunder, pipet gondok dengan larutan baku primer. Selain itu lakukan juga pembilasan ini untuk alat-alat bantu yang berafiliasi dengan alat ukur tersebut, contohnya corong pendek dan gelas kimia kecil berafiliasi dengan buret jadi harus dibilas dengan larutan sekunder, sedangkan tabung reaksi berafiliasi dengan pipet gondok jadi harus dibilas dengan larutan baku primer.
• Isi buret dengan larutan baku sekunder(NaOH) yang akan ditentukan konsentrasinya. (perhatikan buret dicapit dengan klem buret dan disimpan tegak pada statif harus benar-benar tegak). Cara mengisi buret yaitu tuangkan larutan baku sekunder dari gelas kimia ke dalam buret melalui corong pendek hingga sedikit di atas batas tertentu. Buka kran buret dan biarkan cairan mengalir beberapa dikala hingga bab bawah buret(bagian kran) terisi penuh. (perhatikan bahwa semua bab bawah dari ukuran buret harus terisi penuh). Keringkan bab atas buret kemudian tanda bataskan buret pada volume tertentu contohnya 0 cm3
• Pipet sejumlah volume tertentu dari larutan baku primer contohnya 25 cm3 asam oksalat 0,1 M dengan cara menyedot larutan baku ini memakai pipet gondok. Perhatikan cara memipet larutan ini yaitu ibu jari dan jari tengah memegang pipet, sedangkan jari telunjuk sanggup bergerak bebas. Masukkan pipet pada larutan baku primer dan sedot larutan ini hingga melewati tanda batas. Angkat pipet dengan cara ujung pipet ditutup oleh jari telunjuk dan keringkan bab luar pipet dengan kertas isap. Tanda bataskan larutan dalam pipet dengan cara membuka ujung pipet yang ditutup telunjuk secara perlahan-lahan. Setelah larutan berada pada tanda batas, ujung pipet ditutup kembali dengan telunjuk dan pipet diangkat, kemudian dipindahkan ke Erlenmeyer.Tuangkan isi dari pipet tadi ke Erlenmeyer dengan cara pipet bangkit tegak lurus dan erlenmeyer pada posisi miring dengan sudut kemiringan 45 º. Tunggu hingga cairan semua berpindah dan biarkan pipet berada pada posisi menyerupai semula selama 30 detik(perhatikan jangan sekali-kali meniup pipet). Angkat pipet dan disimpan dalam tabung reaksi. Bilas pinggiran Erlenmeyer dengan memakai botol semprot, kemudian teteskan 3 tetes larutan indikator(larutan fenolftalein).
Cara menstandarkan larutan baku sekunder yaitu sebagai berikut.
• Siapkan alat-alat untuk melaksanakan titrasi( Erlenmeyer, gelas kimia kecil, beling arloji, corong pendek, pipet gondok, buret, statip, klem buret, bantalan yang berwarna putih, tabung reaksi, kertas isap, larutan indikator, larutan baku primer, dan larutan baku sekunder).
• Bilas alat-alat ukur (alat untuk mengukur volume larutan)dengan larutan yang akan digunakan. Misalnya Buret dibilas dengan larutan baku sekunder, pipet gondok dengan larutan baku primer. Selain itu lakukan juga pembilasan ini untuk alat-alat bantu yang berafiliasi dengan alat ukur tersebut, contohnya corong pendek dan gelas kimia kecil berafiliasi dengan buret jadi harus dibilas dengan larutan sekunder, sedangkan tabung reaksi berafiliasi dengan pipet gondok jadi harus dibilas dengan larutan baku primer.
• Isi buret dengan larutan baku sekunder(NaOH) yang akan ditentukan konsentrasinya. (perhatikan buret dicapit dengan klem buret dan disimpan tegak pada statif harus benar-benar tegak). Cara mengisi buret yaitu tuangkan larutan baku sekunder dari gelas kimia ke dalam buret melalui corong pendek hingga sedikit di atas batas tertentu. Buka kran buret dan biarkan cairan mengalir beberapa dikala hingga bab bawah buret(bagian kran) terisi penuh. (perhatikan bahwa semua bab bawah dari ukuran buret harus terisi penuh). Keringkan bab atas buret kemudian tanda bataskan buret pada volume tertentu contohnya 0 cm3
• Pipet sejumlah volume tertentu dari larutan baku primer contohnya 25 cm3 asam oksalat 0,1 M dengan cara menyedot larutan baku ini memakai pipet gondok. Perhatikan cara memipet larutan ini yaitu ibu jari dan jari tengah memegang pipet, sedangkan jari telunjuk sanggup bergerak bebas. Masukkan pipet pada larutan baku primer dan sedot larutan ini hingga melewati tanda batas. Angkat pipet dengan cara ujung pipet ditutup oleh jari telunjuk dan keringkan bab luar pipet dengan kertas isap. Tanda bataskan larutan dalam pipet dengan cara membuka ujung pipet yang ditutup telunjuk secara perlahan-lahan. Setelah larutan berada pada tanda batas, ujung pipet ditutup kembali dengan telunjuk dan pipet diangkat, kemudian dipindahkan ke Erlenmeyer.Tuangkan isi dari pipet tadi ke Erlenmeyer dengan cara pipet bangkit tegak lurus dan erlenmeyer pada posisi miring dengan sudut kemiringan 45 º. Tunggu hingga cairan semua berpindah dan biarkan pipet berada pada posisi menyerupai semula selama 30 detik(perhatikan jangan sekali-kali meniup pipet). Angkat pipet dan disimpan dalam tabung reaksi. Bilas pinggiran Erlenmeyer dengan memakai botol semprot, kemudian teteskan 3 tetes larutan indikator(larutan fenolftalein).
• Lakukan titrasi dengan cara meletakkan Erlenmeyer di bawah buret, jangan lupa bantalan untuk titrasi harus putih. Kran buret dipegang dengan tangan kiri dan Erlenmeyer dipegang tangan kanan. Buka kran buret dan teteskan larutan baku sekunder, ke dalam Erlenmeyer yang berisi larutan baku primer, sambil Erlenmeyer ini digoyangkan berlawanan arah jarum jam. Amati terus penambahan larutan ini(jangan palingkan mata Anda dari paduan alat yang sedang Anda pegang dan jangan hentikan goyangan pada Erlenmeyer), hingga terjadi perubahan warna dari indikator dan tutup kran dengan segera. Baca volume larutan baku sekunder pada buret. Dan catat pada bukuMisalnya 24,5cm3
• Tuliskan data-data ini dalam tabel pengamatan dan menurut data-data yang telah dilakukan tentukan konsentrasi larutan baku sekunder.
Penentuan Kadar Suatu Zat
Di atas telah dijelaskan bagaimana melaksanakan standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat melalui cara titrimetri. Titrasi akan akurat jikalau dilakukan minimal 2 kali (duplo). Untuk mensatandarkan larutan HCl sanggup dilakukan dengan cara yang sama dengan memakai larutan baku sekunder yang sudah distandarkan(NaOH). Setelah Anda melaksanakan hal ini diharapkan Anda sanggup memilih konsentrasi larutan asam atau basa yang lainnya dengan cara yang sama. Misalnya untuk memilih kadar asam / basa yang digunakan sehari-hari. Contoh memilih kadar asam cuka.
Biasanya materi yang ingin ditentukan kadarnya ini mempunyai kadar/konsentrasinya jauh lebih besar dari konsentrasi larutan baku sekunder yang dibentuk balasannya perlu penurunan konsentrasi lebih dahulu. Cara penurunan konsentrasi sanggup dilakukan dengan cara menimbang materi dan melarutkannya atau mengencerkannya. Cara penimbangan dan pelarutan dilakukan untuk materi yang padat atau cair, sedangkan cara pengenceran dilakukan hanya untuk materi yang cair. Cara yang dilakukan sanggup sebagai berikut.
1. Tahap pertama melaksanakan pembuatan larutan yang akan di titrasi
• Jika materi berbentuk cair dilakukan sebagai berikut.
Bilas pipet gondok dengan asam asetat/cuka yang akan diperiksa sehabis itu pipet 10 cm3 asam asetat tersebut dan diencerkan dalam labu ukur 100 atau 250 cm3. Cara mengencerkan larutan ini yaitu sebagai berikut.
Di atas telah dijelaskan bagaimana melaksanakan standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat melalui cara titrimetri. Titrasi akan akurat jikalau dilakukan minimal 2 kali (duplo). Untuk mensatandarkan larutan HCl sanggup dilakukan dengan cara yang sama dengan memakai larutan baku sekunder yang sudah distandarkan(NaOH). Setelah Anda melaksanakan hal ini diharapkan Anda sanggup memilih konsentrasi larutan asam atau basa yang lainnya dengan cara yang sama. Misalnya untuk memilih kadar asam / basa yang digunakan sehari-hari. Contoh memilih kadar asam cuka.
Biasanya materi yang ingin ditentukan kadarnya ini mempunyai kadar/konsentrasinya jauh lebih besar dari konsentrasi larutan baku sekunder yang dibentuk balasannya perlu penurunan konsentrasi lebih dahulu. Cara penurunan konsentrasi sanggup dilakukan dengan cara menimbang materi dan melarutkannya atau mengencerkannya. Cara penimbangan dan pelarutan dilakukan untuk materi yang padat atau cair, sedangkan cara pengenceran dilakukan hanya untuk materi yang cair. Cara yang dilakukan sanggup sebagai berikut.
1. Tahap pertama melaksanakan pembuatan larutan yang akan di titrasi
• Jika materi berbentuk cair dilakukan sebagai berikut.
Bilas pipet gondok dengan asam asetat/cuka yang akan diperiksa sehabis itu pipet 10 cm3 asam asetat tersebut dan diencerkan dalam labu ukur 100 atau 250 cm3. Cara mengencerkan larutan ini yaitu sebagai berikut.
Larutan materi dipipet dengan hati-hati menyerupai memipet larutan baku hingga melewati tanda batas, ditutup, dikeringkan bab luarnya, kemudian ditandabataskan. Cairan dalam pipet dipindahkan ke dalam labu ukur dengan cara pipet dipegang tegak lurus dan labu dimiringkan pada kedudukan 45 º. Biarkan cairan mengalir hingga semua turun dan biarkan pipet pada posisi semula selama 30 detik. Bilas bab pinggir labu yang terkena pedoman cairan materi tadi kemudian isi labu hingga hampir tanda batas. Keringkan labu bab dalam atas dari labu. Tanda bataskan labu dengan cara meneteskan air dari pipet tetes yang bab luarnya kering ke atas larutan. Tutup labu dan aduk-aduk adonan dengan cara pegang tutup labu dengan jari tangan dan ujung labu yang lain diletakan pada tangan. Gerak-gerakkan tangan turun naik sebanyak 10 kali maka larutahn baku primer siap untuk digunakan.
• Jika materi berbentuk padat
Timbang gelas kimia kecil yang kering kemudian tambahkan zat yang akan ditentukan sebanyak ± 5 gram (misalnya soda kue)lalu dilarutkan dalam labu ukur 100 atau 250 cm3 dan dilakukan menyerupai menciptakan larutan baku primer.
Timbang gelas kimia kecil yang kering kemudian tambahkan zat yang akan ditentukan sebanyak ± 5 gram (misalnya soda kue)lalu dilarutkan dalam labu ukur 100 atau 250 cm3 dan dilakukan menyerupai menciptakan larutan baku primer.
2. Tahap kedua melaksanakan titrasi untuk penentuan konsentrasi dari larutan yang telah dibuat
• Siapkan alat-alat untuk titrasi dan bilas alat ukurnya dengan larutan yang sesuai. (buret dengan larutan baku sekunder dan pipet dengan larutan materi yang telah disiapkan di atas)
• Isi buret dengan larutan baku sekunder ingat semua bab buret harus terisi penuh.
• Pipet 25 cm3 larutan materi yang telah disiapkan di atas, teteskan larutan indikator, kemudian titrasi dengan larutan baku sekunder NaOH hingga terjadi perubahan warna.
• Siapkan alat-alat untuk titrasi dan bilas alat ukurnya dengan larutan yang sesuai. (buret dengan larutan baku sekunder dan pipet dengan larutan materi yang telah disiapkan di atas)
• Isi buret dengan larutan baku sekunder ingat semua bab buret harus terisi penuh.
• Pipet 25 cm3 larutan materi yang telah disiapkan di atas, teteskan larutan indikator, kemudian titrasi dengan larutan baku sekunder NaOH hingga terjadi perubahan warna.
Sumber http://koleksiperpustakaan.blogspot.com