Sragen yaitu sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, terletak sekitar 30 km sebelah timur Kota Surakarta. Sragen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berbatasan pribadi dengan Provinsi Jawa Timur. Sragen berbatasan dengan Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di sebelah timur, dengan Kabupaten Grobogan di sebelah utara, Kabupaten Boyolali di sebelah barat, serta Kabupaten Karanganyar di Selatan. Meskipun berbatasan pribadi dengan Provinsi Jawa Timur, bahasa sehari-hari yang dipakai merupakan gabungan antara Bahasa Jawa halus (bahasa dari Keraton Surakarta) dan Bahasa Jawa garang yang berasal dari Provinsi Jawa Timur itu sendiri.
Sumber : |
Moto Kabupaten Sragen yaitu “ASRI” yakni menrupakan kependekan dari Aman, Sehat, Rapi, Indah. Selogan tersebut yang selalu dikumandangkan baik pada program resmi maupun nonresmi yang diadakan di Sragen. Moto tersebut juga telah ditanamkan kepada belum dewasa semenjak masih duduk di dingklik Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Bahwa sebagai orang Sragen kita harus hidup rukun dengan sesama sehingga sanggup tercipta keamanan serta kenyamanan di lingkungan tempat tinggal kita, terus berusaha untuk hidup sehat sehingga mengurangi datangnya penyakit dan pemerintah mengadakan aktivitas car free day yang diadakan setiap hari Minggu untuk mengurangi asap kendaraan bermotor di wilayah Kota Sragen dalam rangka mengajak masyarakat Sragen untuk hidup sehat, kemudian berusaha untuk menjaga lingkungan tetap bersih, rapi dan indah semoga nyaman dilihat mata.
Sragen mempunyai pusat batik yang telah menghasilkan banyak sekali macam motif batik gres yang berlokasi di Masaran, batik ini beri nama Batik Sukowati. Sragen termasuk salah satu tempat di Jawa Tengah yang mempunyai motif batik tersendiri, yaitu di Sragen seluruh pelajar mulai dari SD (SD), SMP (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai Guru (Pegawai Negeri Sipil) mempunyai seragam batik sukowati yang bercorak sama yaitu bercorak insan purba. Meskipun motif seragam ini sama namun terdapat perbedaan yang mencolok diantara keempatnya yaitu warna dari seragam itu sendiri. Untuk SD-SMP berwarna hampir sama yaitu warna oranye kecokelatan, SD memakai bawahan berwarna oranye dan SMP memakai bawahan berwarna putih. Untuk Sekolah Menengan Atas memakai atasan berwarna keunguan dengan bawahan berwarna putih. Dan untuk Guru mengenakan atasan berwarna kehijauan dengan bawahan berwarna gelap. Kebanyakan orang Sragen sering menyebutnya “Seragam Kethek” sebab coraknya yang berbentuk ceperti monyet yang merupakan tahapan evolusi manusia. Selain itu ada juga yang menyebutnya “Batik Sangiran”, disebut demikian sebab motif gambar yang terdapat pada batik tersebut menggambarkan kehidupan insan purba. Dengan dimilikinya suatu motif batik yang menjadi identitas Sragen, sebagai bukti kasatmata saat seorang pelajar yang bersekolah di Kota Sragen yang mengikuti pertukaran pelajar di luar kota akan dengan gampang dikenali lewat seragam yang dikenakannya yaitu batik sukowati yang memang hanya orang Sragen yang memilikinya. Dengan dikembangkannya batik, perekonomian Kota Sragen akan sanggup berkembang, perekrutan pekerja dalam proses produksi batik akan sangat besar lengan berkuasa dalam upaya pengurangan tingkat pengangguran di Kota Sragen.
Sesuai dengan corak monyet pada batik sukowati ini berkaitan dengan situs purbakala yang telah diakui oleh dunia sebagai warisan budaya dunia, yaitu Museum Sangiran. Area Museum Sangiran ini sangat luas yaitu ± 56 km2 sehingga masuk akal apabila areanya berlokasi di Kecamatan Gemolong, Kecamatan Kalijambe, Kecamatam Plupuh, dan Kecamatan Gondangrejo (Kabupaten Karanganyar). Sebagai pusat ilmu arkeologi dunia, Museum Sangiran selalu ramai pengunjung baik dari kalangan pelajar maupun masyarakat umum. Bagi kalangan pelajar, Museum Sangiran merupakan pusat pembelajaran yang lengkap mengenai sejarah evolusi manusia, dan bagi masyarakat umum Museum Sangiran merupakan tempat untuk berekreasi sekaligus tempat untuk menambah pengetahuan. Dengan banyaknya pengunjung, Museum Sangiran berperan penting dalam kemajuan ekonomi di Daerah Sragen khususnya ketiga kecamatan tersebut (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh). Masyarakat disekitar museum sanggup berjualan makanan kecil atau sekedar minuman kepada pengunjung museum, selain itu mereka juga sanggup berjualan souvenir menyerupai gantungan kunci atau sebagainya.
Dari segi seni Sragen mempunyai tarian tradisional yang sebetulnya sudah dipentaskan di banyak tempat di Jawa Tengah, namum di Sragen tarian ini selalu menjadi program inti pada program komitmen nikah pada malam akhir, Tari Tayub namanya. Meskipun, Tari Tayub ini sering dianggap membawa kebiasaan jelek orang-orang terutama kaum laki-laki yang seringnya ikut begadang di tempat orang yang punya kerja. Namun, sebetulnya Tari Tayub ini sangat baik dan termasuk kesenian tradisional yang harus dijaga dan dilestarikan semoga tidak hilang. Dan sanggup dicoba untuk mempopulerkan Tari Tayub menyerupai Tari Jawa lainnya sebagai ciri Sragen.
Ada begitu banyak potensi kekayaan budaya yang dimiliki oleh Sragen. Namun, masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Akan sangat gampang bagi Sragen untuk memajukkan wilayahnya ini dengan berbagi segala potensi yang sudah dimiliki dan menumbuhkan potensi yang mungkin belum ada atau potensi yang belum dimiliki serta memanfaatkannya semaksimal mungkin demi kemakmuran Masyarakat Sragen.