MAKALAH
HUBUNGAN ANTARA PROSES PERKEMBANGAN DENGAN PROSES BELAJAR
Untuk memenuhi kiprah mata kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pembimbing :
Dwi Rosyidatul Kholidah, M. Pd. I
Disusun Oleh :
1. Af’idatus Shofiyah
2. Nur Laila Ika Safitri
3. Zahrotul Luthfiyah
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-FATTAH
SIMAN SEKARAN LAMONGAN
MARET 2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah memperlihatkan kami limpahan rahmat sehingga kami bisa menuntaskan makalah perihal “HUBUNGAN ANTARA PROSES PERKEMBANGAN DENGAN PROSES BELAJAR” ini untuk memenuhi kiprah mata kuliah Psikologi Perkembangan dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang yakni agama islam.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs.H. Malik Zuhri,S.Pd. MMPd. Selaku ketua STIT AL-FATTAH
2. Ibu Dwi Rosyidatul Kholidah, M. Pd. I selaku dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan
3. Orang renta kami yang telah membantu baik secara moril maupun materi
4. Teman-teman satu kelompok yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan pertama memahami dan mendalami perihal Hubungan Antara Proses Perkembangan dengan Proses Belajar. Kedua memenuhi kiprah diskusi dan pembuatan makalah secara kelompok. Adapun manfaat makalah ini yaitu sebagai wahana pembelajaran mata kuliah Psikologi Perkembangan semoga sanggup dipelajari oleh seluruh mahasiswa/mahasiswi khususnya jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna, lantaran itulah kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat kami harapkan.
Siman, 25 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan...................................................................... 3
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan.......................................... 4
2.3 Proses Perkembangan............................................................................. 6
2.4 Tugas dan Fase Perkembangan.............................................................. 7
2.5 Hukum perkembangan .......................................................................... 14
2.6 Hubungan Antara Proses Perkembangan dengan Proses Belajar........... 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 19
3.2 Saran ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung melalui interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan dalam diri seorang anak, baik dalam pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan terbatas.
Perumusan itu berlaku bagi segala macam kegiatan berguru dan tidak terbatas pada salah satu bentuk tertentu. Setiap kegiatan berguru akan menghasilkan suatu perubahan pada anak. Terjadinya perubahan tersebut lantaran adanya pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian kiprah perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Sebab, keberhasilan menuntaskan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu akan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai tanggapan kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang lantaran adanya aspirasi budaya , sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang lantaran nilai-nilali dan aspirasi individu.
Dalam mempelajari perkembangan insan dibutuhkan adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya pematangan fungsi kognitif), proses berguru dan pembawaan atau bakat. Karena ketiga hal berkaitan erat dan saling kuat dalam perkembangan kehidupan insan tak terkecuali para siswa sebagai akseptor didik kita. Dikarenakan apabila fungsi kognitif, talenta dan proses berguru seorang dalam keadaan positif, hampir sanggup dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus.
Akan tetapi, perkiraan yang menjanjikan ini belum tentu terwujud, lantaran banyak faktor yang kuat terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju harapan bahagianya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun perkara yang kami rumuskan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian perkembangan itu?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mensugesti perkembangan itu?
3. Bagaimana proses perkembangan yang terjadi pada diri seseorang?
4. Bagaimana tugas-tugas yang harus dilakukan dalam setiap fase perkembangan?
5. Bagaimana hukum-hukum perkembangan itu?
6. Bagaimana hubugan antara proses perkembangan dengan proses belajar?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mensugesti perkembangan
3. Untuk mengetahui proses perkembangan yang terjadi pada diri seseorang
4. Untuk mengetahui tugas-tugas yang harus dilakukan dalam setiap fase perkembangan
5. Untuk mengetahui hukum-hukum dalam perkembangan
6. Untuk mengetahui kekerabatan antara proses perkembangan dengan proses belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan ( development ) yaitu proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri ( growth) berarti tahapan peningkatan sesuatau dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga sanggup berarti sebuah tahapan perkembangan ( a stage of development ) ( McLeod, 1989 ).[1]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1991 ), “ perkembangan ” yaitu perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti terbuka atau membentang ; menjadi besar , luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata “berkembang” tidak saja mencakup aspek yang bersifat abnormal menyerupai pikiran dan pengetahuan, tetapi juga mencakup aspek yang bersifat konkret.
Dalam Dictionary of Psychology ( 1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology ( 1988 ) arti perkembangan pada prinsipnya yaitu tahapan – tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan insan dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek – aspek yang terdapat dalam diri organisme – organisme tersebut.
Selanjutnya, Dictionary of Psychology di atas secara lebih luas merinci pengertian perkembangan insan sebagai berikut :
1. The progressive and continous change in the organism birth to death, perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan terus – menerus dalam diri organisme semenjak lahir hingga mati.
2. Growth, perkembangan itu berarti perubahan.
3. Change in the shape and integration of bodily parts into functional parts, perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan kepingan – kepingan yang bersifat jasmaniah di dalam kepingan – kepingan yang fungsional.
- Maturation or the appearance of mendasar pattern of unlearned behavior, perkembangan itu yaitu kematangan atau kemunculan pola - pola dasar tingkah laris yang bukan hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, sanggup disimpulkan bahwa perkembangan yaitu rentetan perubahan jasmani dan rohani insan menuju kearah yang lebih maju dan tepat sedangkan Pertumbuhan berarti perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah. Dengan kata lain, pertumbuhan berarti kenaikan dan penambahan ukuran yang berangsur- angsur menyerupai tubuh yang menjadi besar dan tegap, juga kaki dan tangan yang semakin panjang.
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Untuk lebih jelasnya, berikut ini aliran – aliran yang berafiliasi dengan faktor – faktor yang mensugesti perkembangan siswa.
1. Aliran Nativisme
Para andal penganut aliran ini berkenyakinan bahwa perkembangan insan itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak kuat apa – apa.[2] Sebagai contoh, kalau orang tuanya seorang guru, maka anak – anak yang mereka lahirkan akan menjadi guru pula. Singa pun akan melahirkan singa, tak akan pernah melahirkan kambing. Makara pembawaan dan talenta orangtua selalu kuat mutlak terhadap perkembangan anak –anaknya.
Ambil tumpuan lain, kalau sepasang suami istri mempunyai keistimewaan dibidang politik tentu anaknya menjadi politikus pula. Namun, apabila lingkungan khususnya lingkungan pendidikannya tidak menunjang, contohnya ia memasuki sekolah pertanian, sudah tentu ia tak akan pernah menjadi politisi tetapi menjadi petani. Dari tumpuan itulah maka lahir aliran gres yakni aliran Empirisme.
2. Aliran Empirisme
Doktrin aliran empirisime yang amat mahsyur yaitu “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang berarti watu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet).[3] Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan insan itu semata – mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan talenta dan pembawaan semenjak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisime menganggap setiap anak lahir menyerupai tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan talenta apa – apa.
Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memilki pengalaman berguru dibidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan mempunyai imbas yang besar terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu prilaku dan masa depan siswa.
3. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan adonan antara aliran empirisime dengan aliran nativisme.[4] Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkungan sebagai faktor -faktor yang kuat dalam perkembangan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa kalau tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akan bisa membuatkan insan yang sesuai dengan harapan.
Sebagai contoh, Seorang anak yang normal niscaya mempunyai talenta untuk berdiri tegak diatas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup dilingkungan masyarakat manusia, contohnya kalau beliau dibuang ke tengah hutan belantara tinggal bersama hewan, maka talenta yang ia miliki secara bebuyutan dari orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan diatas kedua tangan dan kakinya. Dia akan merangkak menyerupai serigala pula. Jadi, talenta dan pembawaan dalam hal ini terang tidak ada pengaruhnya apabila lingkungan atau pengalaman tidak mengembangkannya.
Faktor yang mensugesti tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa intinya terdiri atas dua macam, yaitu:
1. Faktor Internal, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang mencakup pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut membuatkan dirinya sendiri.
2. Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang tiba atau ada diluar diri siswa yang mencakup lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.
2.3 Proses Perkembangan
Secara umum, proses sanggup diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan siswa ialah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah laris siswa, baik yang terbuka maupun yang tertutup.
Proses bisa juga berarti cara terjadinya perubahan dalam diri siswa atau respons/reaksi yang ditimbulkan oleh siswa tersebut.[5] Proses perkembangan dengan pengertian menyerupai ini berdasarkan Hurlock (1980) merupakan perubahan-perubahan yang berafiliasi dengan perkembangan (development changes). perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam banyak sekali kapasitas (kemampuan), baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis.
Secara global, seluruh proses perkembangan individu hingga menjadi “person” (dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan, yakni:
1. tahapan proses konsepsi (pembukaan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah).
2. tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari rahim ibu ke alam dunia bebas).
3. tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas (development or selfhood).
2.4 Tugas dan Fase Perkembangan
Dalam psikologi perkembangan, kita mengenal fase perkembangan. Walaupun hakikat perkembangan tampak tidak teratur, ada urutannya. Bisa saja perkembangan tidak maju berdasarkan umur bahkan mungkin mundur atau menyimpang, tetapi intinya perkembangan itu tidak meloncat-loncat. Setiap keberhasilan tahap dan kiprah perkembangan dibangun atas dasar penyelesaian tahap perkembangan sebelumnya.[6]
hal yang niscaya bahwa setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan insan senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Kegiatan berguru dalam hal ini tidak berarti merupakan kegiatan berguru yang ilmiah. Tugas berguru yang muncul dalam setiap fase perkembangan merupakan keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, menyerupai kegiatan berguru keterampilan melaksanakan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada insan normal. Di samping itu, hal-hal lain yang juga menjadikan tugas-tugas perkembangan tersebut adalah:
1. Karena adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu.
2. Karena adanya dorongan harapan psikologis insan yang sedang berkembang itu sendiri.
3. Karena adanya tuntutan cultural masyarakat sekitar.
Belajar melaksanakan kebiasaan-kebiasaan tertentu pada ketika atau masa perkembangan yang tepat dipandang berkaitan eksklusif dengan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut seyogianya selalu diperhitungkan secara cermat oleh para orangtua dan guru sebagai sesuatu yang harus terjadi secara alamiah dan tepat pada waktunya.[7] Adapun mengenai fase-fase perkembangan dan tugas-tugas yang mengiringi fase-fase tersebut dikemukakan oleh Robert Havigrust (1972) berikut ini :
1. Tugas Perkembangan Fase Bayi dan Kanak-Kanak
Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa bayi (infancy atau babyhood) berlangsung semenjak seorang individu insan dilahirkan dari rahim ibunya hingga berusia sekitar setahun.Sedangkan masa kanak-kanak (early childhood) yaitu masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia sekitar lima atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya. Oleh lantaran itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini yang penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.
Tugas-tugas perkembangan pada fase ini mencakup kegiatan-kegiatan berguru sebagai berikut:
a. Belajar memakan masakan keras, contohnya mulai dengan bubur susu, nasi, dll
b. Belajar berdiri dan berjalan, contohnya mulai dengan berpegang pada tembok atau sandaran dingklik dll
c. Belajar berbicara, contohnya mulai dengan menyebut kata ibu, ayah, dll
d. Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya, contohnya mulai dengan meludah, membuang ingus dll
e. Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan bersopan santun secual.
f. Mencapai kematangan untuk berguru membaca dalam arti mulai siap mengenal huruf, suku kata dll
g. Belajar mengadakan kekerabatan emosional selain dengan ibunya, keluarganya dll
h. Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk, juga antara hal-hal yang benar dan salah.
2. Tugas Perkembangan Fase Anak-Anak
Masa belum dewasa (late childhood) berlangsung antara usia 6 hingga 12 tahun dengan ciri-ciri utama sudah mempunyai dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group), keadaan fisik yang memungkinkan/mendorong anak memasuki dunia permainan atau pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani dan mempunyai dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, symbol, dan komunikasi yang luas.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa perkembangan kedua ini mencakup kegiatan berguru dan membuatkan hal-hal sebagai berikut:
a. Belajar keterampilan fisik yang dibutuhkan bermain, menyerupai lompat jauh, lompat tinggi, dll
b. Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang sedang berkembang, menyerupai kesadaran perihal harga diri (self-esteem) dan kemampuan diri (self efficacy).
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan susila moral yang berlaku di masyarakatnya.
d. Belajar memainkan kiprah sebagai seorang laki-laki (jika ia seorang pria) dan sebagai seorang perempuan (jika ia seorang wanita).
e. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (matematika atau aritmatika)
f. Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan kehidupan sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya.
h. Mengembangkan sikap objektifitas/lugas baik positif maupun negatif terhadap kelompok dan forum kemasyarakatan, dan
i. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggung jawab.
3. Tugas Perkembangan Fase Remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu yaitu masa remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang sanggup diarahkan kepada perkembangan masa sampaumur yang sehat.[8]
Masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orangtua ke arah independen, (2) minat secualitas, dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral ( Salzman dan Pikunas 1976 )
Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 pada perempuan dan 13-22 tahun pada pria. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan juga bagi para orangtua, guru, dan masyarakat sekitar. Bahkan, tak jarang para andal aturan pun turut direpotkan oleh ulah dan tindak tanduknya yang dipandang menyimpang.
Mengapa demikian? secara singkat jawabannya ialah lantaran individu remaja sedang berada di persimpangan jalan antara dunia belum dewasa dan dunia dewasa. Sehubungan dengan ini, hampir sanggup dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang mengalami atau dalam keadaan transisi (masa peralihan) dari suatu keadaan lainnya selalu menjadikan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang kala berakibat sangat jelek bahkan fatal (mematikan).
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya mencakup pencapaian dan persiapan segala hal yang berafiliasi dengan kehidupan masa dewasa,[9] yakni:
a. Mencapai pola kekerabatan gres yang lebih matang dengan sahabat sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan susila moral yang berlaku di masyarakat.
b. Mencapai peranan sosial sebagai seorang laki-laki (jika ia seorang pria) dan peranan sosial seorang perempuan (jika ia seorang wanita) selaras dengan tuntutan sosial dan cultural masyarakatnya.
c. Menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai laki-laki (jika ia seorang pria) dan kesatuan organ-organ sebagai perempuan (jika ia seorang wanita) dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing.
d. Keinginan mendapatkan dan mencapai tingkah laris sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakatnya.
e. Mencapai kemerdekaan/kebebasan emosional dari orangtua dan orang-orang sampaumur lainnya dan mulai menjadi seorang “person” (menjadi dirinya sendiri).
f. Mempersiapkan diri untuk mencapai karier ( jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang kehidupan ekonomi.
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan (rumah tangga) dan kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami (ayah) dan istri (ibu), dan
h. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem susila sebagai pedoman bertingkah laris dan membuatkan ideologi untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya
4. Tugas Perkembangan Fase Dewasa
Masa sampaumur awal (early 4dukthood) ialah fase perkembangan ketika seorang remaja mulai memasuki masa dewasa, yakni usia usia 21-40 tahun. Sebelum memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang sampaumur (late adolescence) atau masa remaja final yang lazimnya berlangsung 21 atau 22 tahun. Namun, berdasarkan pengamatan para ahli, pada masa post puber perkembangan organ-organ jasmaniah tertentu, meskipun sudah sangat lamban, masih terus berlangsung hingga kira-kira usia 24 tahun.[10]
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa sampaumur awal yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Mulai bekerja mencari nafkah, khususnya apabila ia tidak melanjutkan karier akademik.
b. Memilih sahabat atau pasangan hidup berumah tangga (memilih calon suami atau istri).
c. Mulai memasuki kehidupan berumah tangga, yakni menjadi seorang suami atau istri.
d. Belajar hidup bersama pasangan dalam suasana rumah tangga, yakni dengan istri/suaminya.
e. Mengelola daerah tinggal untuk keperluan rumah tangga dan keluarganya.
f. Membesarkan belum dewasa dengan menyediakan pangan, sandang, dan papan yang cukup dan memperlihatkan pendidikan (dalam arti luas) yang memadai.
g. Menerima tanggung jawab kewarganegaraan sesuai dengan perundangan-undangan dan tuntutan sosial yang berlaku di masyarakatnya.
h. Menemukan kelompok sosial (perkumpulan kemasyarakatan) yang cocok dan menyenangkan.
5. Tugas Perkembangan Fase Setengah Baya
Masa setengah baya (middle age) yaitu masa yang berlangsung antara usia 40 hingga 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, laki-laki dan perempuan yang menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas kedua. Julukan ini timbul lantaran mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional/mudah marah, dan bahkan jatuh cinta lagi.[11]
Di kalangan kaum perempuan biasanya tampak tanda-tanda depresi (murung), cepat tersinggung, cemas dan khawatir kehilangan kasih sayang belum dewasa yang sudah mulai mananjak dewasa. Selain itu, perempuan setengah baya juga acapkali merasa cemas akan kehilangan suami lantaran menopause (berhenti menstruasi) yang pada umumnya diiringi dengan timbulnya tanda-tanda atau garis-garis ketuaan di kepingan tertentu pada tubuhnya.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah renta tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa.
b. Membantu belum dewasa yang berusia belasan tahun (khususnya anak kandungnya sendiri) semoga bermetamorfosis orang-orang sampaumur yang senang dan bertanggung jawab.
c. Mengembangkan kegiatan dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang sampaumur lainnya.
d. Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya (dengan suami atau istri) sebagai seorang pribadi yang utuh.
e. Menerima dan mengikuti keadaan dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
f. Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier, dan
g. Menyesuaikan diri dengan perikehidupan (khususnya dalam hal cara bersikap dan bertindak) orang-orang yang berusia lanjut.
6. Tugas Perkembangan Fase Usia Tua
Masa renta (old age) yaitu fase terakhir kehidupan manusia. Masa ini berlangsung antara usia 60 tahun hingga berhembusnya napas terakhir (akhir hayat). Mereka yang sudah menginjak umur 60 tahun ke atas yang dalam istilah psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai oleh perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.[12]
Di antara perubahan-perubahan tersebut yaitu menurunnya kekuatan otot-otot tangan dan otot-otot yang menyangkut seluruh tubuh. Oleh lantaran itu, pada umumnya orangtua lebih cepat merasa lelah, dan untuk mengembalikan kesejukan tubuhnya dari kelelahan itu, ia memerlukan waktu yang lebih usang daripada ketika ia masih berusia muda.
Tugas-tugas perkembangan pada masa renta sesuai dengan berkurangnya kekuatan dan kesehatan jasmaniyahnya itu yaitu :
a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya.
b. Menyesuaikan diri dengan keadaan pensiun dan berkurangnya income (penghasilan).
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya (istri atau suaminya).
d. Membina kekerabatan yang tegas (afiliasi eksplisit) dengan para anggota kelompok seusianya.
e. Membina pengaturan jasmani sedemikian rupa semoga memuaskan dan sesuai dengan kebutuhannya, dan
f. Menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap peranan-peranan sosial dengan cara yang luwes.
2.5 Hukum Perkembangan
Pengertian aturan dalam perkembangan sudah tentu berbeda dengan aturan dalam dunia peradilan atau peraturan konstitusional. Hukum dalam pembahasan ini berarti kaidah atau patokan mengenai terjadinya kejadian tertentu.secara spesifik,hukum perkembangan sanggup diartikan sebagai “kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan”. Dapat juga dikatakan, aturan perkembangan yaitu patokan generalisasi, mengenai lantaran dan tanggapan terjadinya kejadian perkembangan dalam diri manusia.[13]
1. Hukum Konvergensi
Perkembangan insan intinya tidak hanya di pengaruhi oleh faktor pembawaan semenjak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini berarti masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung pada potensi pembawaan yang mereka warisi dari orangtua pada proses pematangan, dan pada proses pendidikan yang mereka alami. Seberapa jauh perbedaan imbas antara pembawaan dengan lingkungan, bergantung pada besar kecilnya imbas lingkungan yang di alami siswa.
2. Hukum Perkembangan Dan Pengembangan Diri
Pada anak balita, wujud pertahanan diri berupa tangisan ketika lapar, atau teriakan yang disertai pelemparan watu ketika menerima gangguan binatang atau orang yang ada disekelilingnya. Dari perjuangan mempertahankan diri ini, berlanjut menjadi perjuangan untuk membuatkan diri. Naluri pengembangan diri pada anak, antara lain memanifestasikan dalam bentuk bermain untuk mengetahui yang ada di sekelilingnya. Selanjutnya, pada anak –anak biasanya tampak keingintahuannya terhadap sesuatu itu berkali – kali. Alhasil, insan berkembang lantaran adanya insting atau naluri pembawaan semenjak lahir yang menuntutnya untuk bertahan dan membuatkan diri di muka bumi ini.
3. Hukum Masa Peka
Peka artinya gampang terangsang atau gampang mendapatkan stimulus. Masa peka yaitu masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk membuatkan fungsi-fungsi tertentu, menyerupai fungsi verbal untuk berbicara dan membaca, fungsi tangan untuk menulis, dan sebagainya. Masa “ gampang dirangsang “ ini sangat menentukan cepat dan lambatnya siswa dalam mendapatkan pelajaran. Artinya, kalau seorang siswa belum hingga pada masa pekanya untuk mempelajari suatu materi pelajaran, materi pelajaran tersebut akan sangat sulit diserap dan diolah oleh sistem memorinya.
4. Hukum Keperluan Belajar
Keperluan berguru bagi proses perkembangan, terutama perkembangan fungsi-fungsi psikis tak sanggup kita ingkari, meskipun kebanyakan andal tidak menyebutnya secara eksplisit. Bahkan, kemampuan berjalan yang secara lahiriah sanggup diperkirakan akan muncul dengan sendirinya ternyata masih juga memerlukan belajar, meskipun sekedar mengfungsikan organ kaki anak yang bahwasanya berpotensi untuk bias berjalan sendiri itu.
5. Hukum Kesatuan Anggota Badan
Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi proses perkembangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian suatu tahapan perkembangan tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya. Jadi, perkembangan panca indera misalnya, tidak terlepas dari perkembangan kemampuan mendengar, melihat, berbicara, dan merasa. Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas dari perkembangan berpikir, bersikap, dan berperasaan.
6. Hukum Tempo Perkembangan
Lambat atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan orang lain. Dengan kata lain, setiap orang mempunyai tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo perkembangan insan umumya terbagi dalam kategori : cepat, sedang, dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambat biasanya memperlihatkan kelainan yang relatif sangat jarang terjadi.
7. Hukum Irama Perkembangan
Disamping ada tempo, didalam perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik-turunnya proses perkembangan. Artinya, perkembangan insan itu tidak tetap, terkadang naik terkadang turun. Pada suatu ketika seorang anak mengalami perkembangan yangh tenang, sedangkan pada ketika lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan.
8. Hukum Rekapitulasi
Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang berisi iman yang menyampaikan bahwa perkembangan proses perkembangan individu insan yaitu sebuah mikrokosmik (dunia kehidupan kecil) yang mencerminkan evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat yang paling kompleks. Ada dua aspek yang digambarkan oleh teori ini, yakni aspek psikis dan aspek fisik (Reber, 1988).
Rekapitulasi intinya berarti pengulangan atau ringkasan kehidupan organisme tertentu menyerupai insan yang berlangsung secara evolusioner (sangat lambat) dalam waktu berabad-abad. Dalam hal ini, proses perkembangan psikis anak dipandang sebagai ulangan lantaran adanya kesamaan dengan sikap cultural nenek moyangnya pada ratusan bahkan ribuan era yang lalu.
2.6 Hubungan Antara Proses Perkembangan dengan Proses Belajar
Perkembangan memperlihatkan suatu proses tertentu, yaitu proses yang menuju ke depan dan tidak sanggup di ulang kembali. Dalam perkembangan insan terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak sanggup di ulangi. Perkembangan memperlihatkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju. Perkembangan berafiliasi dengan perkara keemasan (manuration) latihan dan proses belajar. Hal ini juga mensugesti keadaan motif yang ada pada individu.
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melaksanakan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya, memperlihatkan kepada setiap individu perihal apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau hingga pada tingkat perkembangan berikutnya.
Penyesuaian diri kepada situasi gres selalu sulit dan selalu disertai dengan majemuk tingkat ketegangan emosional. Tetapi sebagian besar kesulitan dan ketegangan ini sanggup dihilangkan kalau individu sadar akan apa yang akan terjadi kemudian dan secara sedikit demi sedikit mempersiapkan diri. Anak-anak yang menguasai keterampilan-keterampilan sosial, dibutuhkan untuk menghadapi kehidupan sosial remaja yang baru, akan lebih gampang mengikuti keadaan dengan lawan jenisnya bila mereka mencapai usia remaja, dan yang gres menginjak sampaumur akan lebih gampang melewati masa peralihan ke masa usia pertengahan. Dan tidak terlampau mengalami ketegangan kalau mereka secara sedikit demi sedikit membuat kegiatan-kegiatan waktu senggang dengan berkurangnya tanggung jawab sebagai orang tua.
Dalam berguru perkembangan anak sangatlah penting. Jika seorang anak sudah mempunyai kemampuan-kemampuan dalam belajarnya, maka guru sanggup meningkatkan perkembangannya lagi, yaitu:
1. Perkembangan sosialnya, yaitu perkembangan pada diri anak untuk meningkatkan tingkah laris yang lebih baik.
2. Perkembangan perasaannya, yaitu perkembangan suatu keadaan kerohanian.
3. Perkembangan motorik nya
4. Perkembangan bahasanya, yaitu perkembangan cara bicara anak.
5. Perkembangan berpikir, yaitu perkembangan daya jiwa yang sanggup meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan anak.
6. Perkembangan dalam pengamatan.
7. Perkembangan kesulitannya/religius nya
8. Perkembangan tanggapan, fantasi
9. Perkembangan dalam mengambil keputusan
10. Perkembangan perhatiannya
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan yaitu rentetan perubahan jasmani dan rohani insan menuju kearah yang lebih maju dan sempurna. Setiap perkembangan individu dipengaruhi oleh faktor internal yakni pembawaan dan faktor eksternal yakni lingkungan serta pengalaman.
Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian kiprah perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Sebab, keberhasilan menuntaskan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu akan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
3.2 Saran
Fenomena yang terjadi sehari-hari perihal sifat belum dewasa akseptor didik yang beraneka ragam, maka dari itu mengingat pentingnya mata kuliah ini diharapkan para pendidik harus bisa mempelajari sifat-sifat anak didik mereka, dan memantau perkembangan sejauh mana anak didiknya berguru di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Syah Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. 2010. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Drs. Alex Sobur, M. Si. Psikologi Umum dalam lintasan Sejarah. 2013.Bandung: CV. Pustaka Setia.
Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M. Pd. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. 2012. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sunardi Asep. Makalah Psikologi Pendidikan. 2013. https://tutorialkangasep.wordpress.com/2013/04/10/proses-perkembangan-dan-hubungannya-dengan-proses-belajar/ ( diakses pada tanggal 23 Maret 2016 )
Nasir Dakhlan Ainun. Psikologi Pendidikan I Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan. 2014. http://cyber-dakhlan90. blogspot. co. id / 2014 / 09 / psikologi-pendidikan-i-proses-tugas-dan ( diakses pada tanggal 23 Maret 2016 )
[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2010 ) hal. 40-41
[2] IBID, hal. 43
[3] IBID, hal. 44
[4] IBID, hal. 45
[5] IBID, hal. 47
[6] Drs. Alex Sobur, M. Si , Psikologi Umum dalam lintasan Sejarah, ( CV. Pustaka Setia : Bandung, 2013 ), hal. 131
[7] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2010 ) hal. 48
[8] Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M. Pd, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ( PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2012 ), hal. 71
[9] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2010 ) hal. 51
[10] IBID, hal. 52
[11] IBID, hal. 52
[12] IBID, hal. 53
[13] IBID, hal. 54
Source: https://tutorialkangasep.wordpress.com/2013/04/10/proses-perkembangan-dan-hubungannya-dengan-proses-belajar/ ( diakses pada tanggal 23 Maret 2016 )
Nasir Dakhlan Ainun. Psikologi Pendidikan I Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan. 2014. http://cyber-dakhlan90. blogspot. co. id / 2014 / 09 / psikologi-pendidikan-i-proses-tugas-dan?m=0">aciknadzirah.blogspot.com/search?q=10/proses-perkembangan-dan-hubungannya-dengan-proses-belajar/">https://tutorialkangasep.wordpress.com/2013/04/10/proses-perkembangan-dan-hubungannya-dengan-proses-belajar/ ( diakses pada tanggal 23 Maret 2016 )
Nasir Dakhlan Ainun. Psikologi Pendidikan I Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan. 2014. http://cyber-dakhlan90. blogspot. co. id / 2014 / 09 / psikologi-pendidikan-i-proses-tugas-dan?m=0
Sumber http://dikaayurahma.blogspot.com