Friday, January 12, 2018

√ Bagaimana Peluang Indonesia Untuk Dapat Bertahan Dalam Persaingan Mea Secara Jangka Panjang?


Nama: Dika Ayu Rahmawati
1.      Bagaimana peluang Indonesia untuk bisa bertahan dalam persaingan MEA secara jangka panjang?
Ada dua hal penting yang harus dimiliki sumber daya insan (SDM) Indonesia di masa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Keduanya yakni kompetensi dan daya saing. Dua hal tersebut mutlak dimiliki biar SDM Indonesia sanggup bersaing di level nasional maupun internasional.
Apapun bidang pekerjaan atau profesi, setiap orang dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan harus mempunyai kemampuan atau kompetensi dan daya saing. Saat ini populasi SDM Indonesia menduduki posisi teratas di wilayah ASEAN dengan jumlah sekitar 242 juta jiwa atau setara dengan 40 persen dari total populasi negara-negara ASEAN. Dengan kondisi itu Indonesia semestinya mempunyai posisi tawar yang strategis di kawasan.  Pemerintah dikala ini gencar meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Salah satunya melalui training kerja selain jalur pendidikan formal dan jalur pengembangan karier di tempat kerja. Adapun training kerja difokuskan pada pembangunan dan pengembangan pilar kompetensi kerja. Jalur pendidikan fokusnya membangun pondasi yang kokoh untuk pengembangan kualitas tenaga kerja berikutnya. Karena itu, jalur pendidikan secara umum misinya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Apabila jalur pendidikan fokusnya membangun pondasi kompetensi dasar tenaga kerja, maka jalur training kerja berfokus pada pembangunan dan pengembangan pilar-pilar kompetensi kerja. Hal ini nantinya akan dimantapkan di tempat kerja melalui pengembangan karir dan profesionalisme tenaga kerja. Keterpaduan dan keterkaitan antara pendidikan, training kerja dan pengembangan karier di tempat kerja merupakan suatu keharusan dalam peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia. Melalui momentum ini ke depan kita akan mempunyai human SDM yang kompeten dan profesional sebagai potongan dari peningkatan daya saing nasional, serta seiring dengan itu juga akan meningkatkan produktivitas nasional dan bertahan dalam persaingan MEA secara jangka panjang.
2.      Mengapa Indonesia masih mengimpor barang materi pangan dan perkebunan?
Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa dalam bidang pertanian yang bisa dilihat pada perkembangan kelapa sawit, karet, dan coklat yang mulai bergerak menguasai pasar dunia. Namun, meskipun Indonesia menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil pangan di dunia, hampir setiap tahun Indonesia selalu menghadapi duduk masalah yang sama yaitu mengimpor materi pangan dan perkebunan dari negara lain. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan. Penyebab utama mengapa Indonesia masih saja mengimpor materi pangan dan perkebunan dari luar padahal Indonesia populer dengan sumber kekayaan alamnya yaitu Jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak, penduduk di Indonesia membutuhkan nasi sebagai makanan pokok. Makara bisa dilihat, Indonesia mengimpor beras dari negara lain hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Dan salah satu negara yang sering mengekspor beras untuk Indonesia ialah Thailand. Kemudian Iklim, khususnya cuaca yang tidak mendukung keberhasilan sektor pertanian pangan, menyerupai yang terjadi dikala ini. Pergeseran ekspresi dominan hujan dan kemarau menyebabkan petani kesulitan dalam menetapkan waktu yang sempurna untuk mengawali masa tanam, benih besarta pupuk yang digunakan, dan sistem pertanaman yang digunakan. Sehingga penyediaan benih dan pupuk yang semula terjadwal, permintaanya menjadi tidak menentu yang sanggup menyebabkan kelangkaan lantaran keterlambatan pasokan benih dan pupuk. Akhirnya hasil produksi pangan pada waktu itu menurun. Semakin banyaknya penduduk maka Luas lahan pertanian yang semakin sempit atau Peralihan fungsi lahan, dari yang semula untuk pertanian menjadi untuk sektor bisnis lain dan hunian . Ketergantungan impor materi baku pangan juga disebabkan mahalnya biaya transportasi di Indonesia. Sepanjang kepastian pasokan tidak kontinyu dan biaya transportasi tetap tinggi, maka industri produk pangan akan selalu mempunyai ketergantungan impor materi baku. Kurang berpihaknya kebijakan pemerintah, terhadap langkah-langkah pengembangan sektor pertanian terutama dalam hal penerapan teknologi gres di sektor pertanian menyerupai rekayasa genetik bibit pangan, menciptakan Indonesia kian sulit memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya
Sejumlah faktor yang masih menghadang daya saing produk pertanian lokal, antara lain, pertama, proses pengemasan yang kurang menarik sehingga tak diminati pasar. Kedua, biaya transportasi pengiriman yang mahal menciptakan harga jual sayur dan buah juga melambung. Ketiga, tidak konsistennya pasokan dari petani. Padahal, secara kualitas, buah dan sayur asal Indonesia diakui banyak negara sebagai produk flora tropis terbaik di dunia.


Sumber http://dikaayurahma.blogspot.com