Sunday, December 3, 2017

√ Menapaki Megahnya Puncak Mahameru

Klik untuk perbesar
Siapa yang tak kenal dengan gunung Semeru? Gunung berapi tertinggi di pulau Jawa ini memang mempunyai daya tarik tersendiri di kalangan para pendaki maupun penikmat alam itu sendiri. Puncak Para Dewa, begitulah sebutan untuk gunung ini mengingat kita bisa menyaksikan riak samudra awan putih dari puncak, seakan-akan kita memang sedang berada dalam singgasana langit-Nya.
Klik untuk perbesar
Pesona yang dimilikinya menciptakan sekelompok pria dan wanita dari Bandung dilanda ingin tau untuk mencoba mendakinya. Dari Bandung menuju Malang kami memakai kereta api Malabar dari Stasiun Hall Bandung. Kami mendapat gerbong ekonomi plus yang harga tiketnya Rp 140.000,- per orang yang sudah kami pesan sekitar 3 ahad sebelum keberangkatan mengingat masih suasana lebaran 1433 H. Rentang waktunya memang cukup lama, tapi itu sangat memudahkan kita sendiri ketika keberangkatan. Pihak Kereta Api Indonesia juga memperlihatkan pelayanan yang nyaman dan memuaskan sekarang, dikala pembelian tiket kita juga perlu memperlihatkan KTP sebab tiket yang dipesan hanya untuk satu identitas penumpang saja. Bagi penumpang yang identitas di KTP dan tiketnya berbeda maka tidak diperkenankan untuk menaiki kereta yang bersangkutan. Awalnya memang terlihat mirip yang merepotkan bagi saya sendiri, tapi mungkin itulah salah satu faktor yang menciptakan stasiun kini lebih rapi, tertib dan bebas dari calo. Hebatnya lagi, pukul 15.30 WIB sempurna kereta api Malabar berangkat dari Stasiun Hall sesuai jadwal!
Klik untuk perbesar
Klik untuk perbesar
Klik untuk perbesar

Kami hingga Stasiun Malang sekitar pukul 07.30 WIB.Tujuan selanjutnya ialah Tumpang, tepatnya di Posko Pendakian Bromo Semeru guna menyewa jeep, kendaraan four-wheel drive yang katanya bisa membawa rombongan pendaki hingga Ranu Pani. Biayanya Rp 30.000,- per orang dan kita harus menunggu hingga kuota 15 orang terpenuhi. Karena jeep akan berangkat kalau kuotanya sudah cukup.

Tengah hari sekitar pukul 12.00 WIB rombongan kami berangkat. Di perjalanan kami singgah terlebih dahulu di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru untuk mengurus surat perizinan pendakian. Seluruh calon pendaki gunung Semeru wajib untuk mengajukan surat izin untuk masuk wilayah konservasi berupa surat pernyataan yang ditempeli materai Rp 6.000,- per kelompok. Masing-masing pendaki juga wajib menyerahkan fotokopi identitas (KTP/ SIM/ KTM/ Kartu Pelajar) rangkap dua serta fotokopi surat keterangan sehat dari dokter. Kita bisa mendapat surat keterangan sehat dari Posko Pendakian Bromo Semeru di Tumpang dengan membayar investasi sebesar Rp 6.000,- per orang jikalau belum dipersiapkan. Tak lupa juga membayar biaya perizinan perorangan. Total biaya untuk pelajar/ mahasiswa ialah Rp 5.750, untuk umum ialah Rp 7.000, dan untuk wisatawan mancanegara ialah Rp 24.500,-. Bagi pendaki nusantara yang membawa perlengkapan dokumentasi, maka akan dikenai biaya perhiasan Rp 5.000,- per kamera dan Rp 15.000,- per handycam. Bagi pendaki/ wisatawan mancanegara dikenai perhiasan biaya Rp 50.000,- per kamera dan Rp 150.000,- per handycam.
Klik untuk perbesar
Klik untuk perbesar

Setelah makan siang dan mengecek kembali perbekalan, kami berangkat dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo sekitar pukul 15.00 WIB. Bendera merah-putih yang berkibar dengan megahnya seakan menyambut perjalanan kami. Jalur Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo yang berjarak sekitar 10,5 km sendiri terbagi menjadi beberapa titik. Kita akan melewati Landengan Dowo dan Watu Rejeng terlebih dahulu. Jalur ini tidak mengecewakan menguras tenaga sebab menanjak di awal perjalanan.Oksigen yang mulai menipis akan menciptakan beberapa orang, terutama bagi yang pertama naik gunung mengalami kondisi mountain sickness. Yaitu berkurangnya peredaran oksigen oleh darah ke otak sehingga akan mengalami pusing atau bahkan mual selama pendakian. Dengan jalan perlahan tapi stabil serta menghirup udara secara mendalam melalui hidung dan dikeluarkan lewat lisan akan cukup membantu untuk menstabilkan dan membantu badan mengikuti keadaan dengan lingkungan. Beberapa pohon yang melintang dan jurang di kanan-kiri jalur juga cukup menciptakan kami berkonsentrasi kepada langkah. Ada pula batang pohon yang menghalangi sehingga kita harus agak merunduk untuk menghindarinya.Pergerakan akan cukup susah bagi pendaki yang membawa ransel carrier yang cukup tinggi. Kita bisa beristirahat di pos-pos yang sudah ada sepanjang perjalanan. Setidaknya ada 4 pos yang ditemui selama perjalanan. Hanya saja kondisi pos 3 sedang ambruk waktu itu.

Ranu Kumbolo ialah daerah bermalam kami yang pertama. Area seluas 15 Ha dengan ketinggian sekitar 2400 mdpl dan suhu antara -5 hingga -20 derajat Celcius ini bakal menciptakan pendaki kedinginan. Jaket, sarung tangan dan kaos kaki yang tebal ialah perlengkapan yang nampaknya harus digunakan di daerah ini.Namun, semua itu sirna dengan pemandangan matahari terbit di daerah ini.Matahari yang muncul nampak diapit oleh dua punggungan dan terbiaskan oleh danau yang begitu jernih menjadi objek yang menarik untuk diabadikan, terutama oleh para fotografer.
Klik untuk perbesar
Klik untuk perbesar
Klik untuk perbesar
Ada satu tanjakan yang terkenal di kalangan pendaki, Tanjakan Cinta. Beberapa beropini kalau bentuknya ibarat bentuk hati jikalau dilihat dari kejauhan. Barang siapa yang bisa mendaki tanjakan ini tanpa berhenti, tidak menengok ke belakang dan menyebutkan nama seseorang yang dipikirkan konon katanya itulah yang akan menjadi jodohnya. Sekali lagi ini hanya sekedar rumor pembicaraan di kalangan pendaki.Tanjakan inilah titik mula perjalanan menuju Kalimati. Jarak tempuhnya ialah sekitar 7,5 km dan pendaki akan melewati Cemoro Kandang dan Jambangan terlebih dahulu. Stepa dengan ketinggian 2460 mdpl yang terkenal dengan nama Oro Oro Ombo menjadi pemandangan yang menarik sebelum beristirahat sejenak di Cemoro Kandang. Karena kita akan merasa seakan-akan sedang berada di sebuah padang yang luas di Afrika. Jalur setelahnya tidak mengecewakan mendaki dan berdebu.Penutup wajah mirip masker atau syal disarankan untuk digunakan.Sekitar 4-5 jam perjalanan kami tetapkan untuk bermalam di Kalimati.
Klik untuk perbesar
Klik untuk perbesar
Klik untuk perbesar
Klik untuk perbesar
 Di sebelah Barat Kalimati ada sebuah mata air yang tak pernah kering dan eksklusif bisa diminum berjulukan Sumber Mani. Dengan waktu tempuh sekitar 30-45 menit, disarankan untuk mengambil air secukupnya sesuai kebutuhan. Inilah hiburan dan kegembiraan tersendiri bagi kami mengingat sensasi kesejukan airnya yang akan sulit dicari jikalau melaksanakan pendakian di daerah yang lain.Kita juga bisa melihat tingkah polah burung yang sedang mencari sisa-sisa makanan dari bekas campyang ditinggalkan pendaki. Disarankan untuk tidur sesudah Maghrib-Isya sebab pendakian menuju puncak Mahameru dilakukan dikala pagi-pagi buta dan harus kembali menuju camp sebelum pukul 10.00 WIB. Karena angin yang membawa asap beracun dari kawah Jonggring Saloka akan berubah sesudah waktu tersebut. Sekitar pukul 00.30 WIB kami mulai mendaki sesudah sebelumnya menghangatkan diri dengan makanan dan air yang telah dipanaskan.

Beberapa lapis pakaian, jaket dengan lapisan polar, sarung tangan, kaos kaki, epilog wajah, kacamata hitam, kupluk, senter atau headlamp dan pelindung sepatu merupakan peralatan yang harus digunakan mengingat suasana yang cuek dan berdebu selama pendakian menuju puncak. Saya sendiri memakai 5 lapis baju ditambah jaket dan raincoat.

Diawali menuju Arcopodo dengan ketinggian 2900 mdpl, jalur sepanjang 1,2 km ini tidak mengecewakan menanjak. Ditemui juga banyak pendaki yang menciptakan camp di daerah ini. Istirahat sejenak untuk menstabilkan nafas akan membantu sebab sesudah ini ialah pendakian menuju puncak Mahameru!
Klik untuk perbesar

Disarankan biar setiap pendaki dalam tim membawa air minum dalam botol berukuran 600 ml dan makanan bagus yang mengandung kalori yang cukup untuk mendaki mirip cokelat atau gula jawa untuk menghindari hal yang tidak diinginkan mirip terpisah atau tertinggal jauh dari rombongan. Sehingga kita sendiri mempunyai bekal yang cukup hingga puncak.Karena jalur lurus berpasir dan berbatu disini sangat menciptakan saya kerepotan. Perumpamaan yang beredar di kalangan pendaki ialah 5-3, yaitu jikalau kita berjalan lima langkah, maka akan merosot kembali ke bawah tiga langkah. Walaupun jarak dari Arcopodo hingga puncak hanya 1,5 km, membutuhkan waktu sekitar 4-6 jam untuk menempuhnya. Jika dari awal pendakian membawa tongkat maka akan sangat membantu disini.

Hadapi tantangannya, hayati suasananya dan nikmati pengalamannya. Karena sajian langit biru, awan putih yang terlihat sepanjang mata memandang, kepulan asap dari kawah Jonggring Saloka, prasasti almarhum Soe Hok Gie dan Idhan Lubis, bendera merah-putih yang berkibar serta papan bertuliskan MAHAMERU 3676 mdpl semakin meyakinkan bahwa kita telah berada di puncak termegah di pulau Jawa!
Klik untuk perbesar




Sumber http://campusnancy.blogspot.com