Saya sering banget dengar kalimat terkutuk " BUKAN TUPOKSI KITA ", sebuah kalimat lepas tanggung jawab klasik dari para birokrat keparat untuk melegalkan aktivitas mereka menghabiskan APBN lewat rapat di hotel & membeli barang-barang tak mempunyai kegunaan dgn alasan "meningkatkan serapan anggaran".
12 tahun yang lalu, sebelum saya akal-akalan jadi peneliti saya pernah beternak berdikari 5000 ayam broiler di kawasan Trisik, Kulon progo - salah satu dari sekian banyak sentra wabah Flu Burung & ND di Yogyakarta. Kami beternak dgn keinginan besar sanggup menerima laba utk biaya hidup sehari-hari & menyekolahkan 3 anak balita. Alhamdulillah ayam saya kena penyakit koksidiosis & gumboro diikuti c0l1bacillosis, kolera, ND, & kami melarat pada angkatan pertama & berakhir dengan hutang 35 juta di bank.
Saya tdk sanggup membayar hutang saya ketika orang bank tiba menagih ke rumah, akibatnya dgn sisa uang 80 ribu hasil penjualan buku-buku saya kami memutuskan utk berjualan nasi bungkus. Saya berjualan nasi bungkus dengan ngemper (karena tdk punya uang buat bikin warung) di depan stasiun Lempuyangan yg Alhamdulillah juga tidak ada satupun orang yg beli nasi bungkus kami. Sore itu saya harus berkeliling ke gang-gang di Yogyakarta memperlihatkan nasi bungkus ke rumah-rumah & kampus demi menjual nasi bungkus yg harus laris atau kami tdk sanggup berjualan lagi utk besok - Alhamdulillah juga gres habis semua jam 8 malam. Kami melaksanakan ini terus selama 2 bulan, jangan dongeng wacana rasa malu bagaimana seorang dokter binatang lulusan UGM jualan nasi bungkus alasannya rasa malu tidak sanggup digunakan utk membayar debt collector dari bank.
Bulan ke-3 sesudah berulang kali diusir satpam DPRD krn gak boleh jualan nasi bungkus, kami sanggup pesanan awal dari sekretaris DPRD yg kemudian berlanjut dgn pesanan dari keraton & kampus-kampus di sekitar Yogyakarta. 6 bulan kemudian kami sudah mempunyai perusahaan sendiri, perusahaan katering & ayam bakar madu "Ammargroup" dgn omset 1,5-2 juta per hari.
Tiba-tiba tiba bukaan penerimaan PNS, saya sdh berusaha dgn segala cara semoga tidak sanggup lulus ujian, tapi takdir Tuhan memang aneh - saya diterima jadi PNS & malah jadi peneliti virus di Bogor, Mungkin krn pihak penguji merasa terhibur waktu mereka tanya sebelumnya apa pekerjaan saya & saya jawab dgn gembira "saya penjual nasi bungkus, pak". Saya menutup perjuangan kami & mencoba fokus mencar ilmu (dengan susah payah) wacana virus binatang & kemudian memunculkan pertanyaan "kenapa dgn sekian banyak temuan penelitian, kenyataannya wabah masih terus banyak & peternak masih terus merugi krn penyakit ?".
Ternyata jawabannya ada di TUPOKSI (tugas pokok & fungsi) - peneliti tugasnya meneliti, selesai, alasannya berikutnya hasil temuan harus diberikan ke swasta (ya, swasta utk di distribusikan ke rakyat) atau ke forum alih teknologi untuk diajarkan ke peternak, kemudian di laksanakan oleh dinas-dinas di lapangan, sebuah rantai info FEODAL & IDIOT yg dipertahankan selama ratusan tahun. Peneliti ada di puncak (dibawah pejabat tentunya) disembah layaknya ilahi pengetahuan yang tahu segalanya KECUALI penanganan penyakit di lapangan.
Selama 4 tahun terakhir saya mencoba menggabungkan teknologi lab. yg saya tahu dgn fakta & penyakit binatang di lapangan berdasarkan data eksklusif dari peternak. Saya mencar ilmu dgn nongkrong di pasar hewan, atau tidur di sangkar buat mengamati eksklusif tanda-tanda penyakit yg ada di kandang. Banyak pelajaran yg saya sanggup dari interaksi sosial dgn para peternak, kemudian saya uji coba di lab - ada yg berhasil & banyak yg gagal & saya ulang lagi hingga puluhan kali hingga berhasil (temuan resep TR-17 utk mengeringkan virus hidup pernah gagal hingga 17 kali). Semua perjuangan saya lakukan untuk menjawab pertanyaan awal saya "kenapa masih banyak peternak yg rugi krn penyakit ?" alasannya berdasarkan logika saya dgn hasil yg ada seharusnya peternak Indonesia sanggup sejahtera.
Akhirnya saya merasa cukup dgn urusan birokrasi & TUPOKSI (Tugas Pekok marai Emosi), saya putuskan utk eksklusif menyampaikan semua hasil temuan saya di lab utk peternak & Alhamdulillah respon dari para sedulur peternak sangat baik. Saya sangat terharu melihat resep konyol bayclin 1 + air 9 yg saya buat sanggup diterima & berhasil mengurangi serta mencegah simpulan hidup akhir wabah Flu Burung.
![]() |
resep konyol bayclin dan air |
Mungkin ini maksud Tuhan memasukkan bajingan keras kepala ibarat saya jadi PNS peneliti, semoga sanggup menciptakan penelitian yg mempunyai kegunaan & membantu peternak rakyat & tidak takut dipecat. Kondisi kehidupan kami juga tidak lebih baik dari ketika awal kami jualan nasi bungkus dulu, kami masih kesulitan beli beras & galau menyekolahkan anak, tapi kami merasa senang alasannya minimal kami sanggup mempunyai kegunaan buat masyarakat, alasannya kami pernah mencicipi bagaimana sakitya melarat ketika banyak ternak kami mati kena penyakit & dikejar-kejar debt collector. Semoga dgn pengorbanan ini banyak peternak yg sanggup terbantu & sanggup berdikari menghidupi keluarga di rumah.
Kaprikornus jikalau ada yang menyampaikan kalimat "membantu peternak itu bukan TUPOKSI kami" saya akan menjawab "memang itu bukan TUPOKSI tapi KEWAJIBAN kalian para insan gak mempunyai kegunaan !!. Kementrian ini dibentuk atas dasar meningkatkan kesejahteraan peternak & rakyat BUKAN untuk melayani para pejabatg & birokrat penjilat keparat !! "
sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10208585113769542&set=a.1020512917321&type=3&theater
Sumber http://rajebgroups.blogspot.com