Saturday, August 26, 2017

√ Anutan Mengobati Penyakit Ayam

halo mitra kawan semuanya kali ini saya akan membagikan pedoman Mengobati Penyakit Ayam

Mengobati Penyakit Ayam Berbagai jenis obat sudah lazim dipakai dalam dunia perunggasan guna mengatasi penyakit yang menyerang unggas menyerupai ayam.

Jenis obat yang dipakai antara lain antibiotik (antibakterial), anthelmintik (obat cacing) dan antiprotozoa. Merk yang dipasaran beredar pun beragam.

Yang menjadi problem ialah masih awamnya beberapa peternak perihal zat aktif pada obat.
seringkali praktek  Di lapangan pengaplikasiannya kurang tepat. Contohnya takaran obat berlebih atau kurang, pemberiannya tidak merata, atau usang santunan obat tidak sesuai dengan hukum pakai.
Efek sampingnya, penyakit tidak kunjung sembuh dan produktivitas ayam terganggu. Efek yang dikhawatirkan resistensi antibiotik golongan tertentu.
Lalu bagaimana penggunaan obat yang bijak dan sempurna itu? Berikut akan kami bahas.

Antibiotik

Antibiotik merupakan senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (baik berasal dari alam, semisintetik atau sintetik) yang sanggup membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Oleh lantaran itu, antibiotik diberikan untuk mengobati penyakit ayam yang disebabkan infeksi bakteri, menyerupai E. c0l1, Salmonella, Staphylococcus sp. Avibaterium paragallinarum, dan kuman lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, penggunaan antibiotik sekarang tidak hanya sebatas untuk mengobati ayam sakit saja, tapi juga mulai dipakai untuk mencegah penyakit bakterial atau yang biasa disebut dengan cleaning program, maupun sebagai growth promoter.


berikut ialah contohnya aneka macam macam golongan antibiotik.

halo mitra kawan semuanya kali ini saya akan membagikan pedoman Mengobati Penyakit Ayam √ pedoman Mengobati Penyakit Ayam
tabel golongan antibiotik
Cara kerja  antibiotik Yaitu antibiotik yang telah masuk ke dalam tubuh (melalui oral/dimakan/diminum atau injeksi/suntikan, kemudian akan masuk ke dalam anutan darah (absorbsi), meninggalkan anutan darah dan masuk ke jaringan (distribusi). Setelah itu, obat mulai bekerja pada sasaran jaringan (metabolisme), kemudian berkurang kadarnya, baik secara eksklusif atau akhir proses metabolisme (ekskresi). Sedangkan obat yang diberikan secara topikal atau dioleskan ke kulit akan eksklusif bekerja di organ sasaran (jaringan kulit, red).




Pengelompokkan antibiotik

Antibiotik dikelompokkan menurut 2 hal, yaitu prosedur dan spektrum kerjanya.
 Berdasarkan prosedur kerja, dikelompokkan menjadi:
halo mitra kawan semuanya kali ini saya akan membagikan pedoman Mengobati Penyakit Ayam √ pedoman Mengobati Penyakit Ayam
mekanisme kerja antibiotik
pengelompokkan antibiotik 

menurut spektrum kerjanya terbagi menjadi 2 yaitu

Spektrum sempit : antibiotik tersebut dipakai untuk kuman Gram (-) atau Gram (+) saja, menyerupai c0l1stin yang hanya bisa membasmi kuman Gram (-).

Spektrum luas: antibiotik sanggup mengatasi kuman Gram (+) dan Gram (-) bahkan Mycoplasma, menyerupai antibiotik golongan fluoroquinolon


Hal-hal yang harus diperhatikan ketika santunan antibiotik
Aplikasikan di lapangan, hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan santunan antibiotik :

1Antibiotik yang termasuk dalam golongan aminoglikosida (Koleridin) dan golongan sulfonamide (Trimezyn-S, Collimezyn) dihentikan dipakai pada kondisi gangguan ginjal menyerupai pada kasus Gumboro dan IB, dimana terjadi kebengkakan pada ginjal sehingga akan memperberat kerja ginjal.

2.Antibiotik golongan sulfonamide jangan dipakai bersamaan dengan vitamin B atau asam amino. Oleh lantaran itu, bila ingin menawarkan multivitamin yang mempunyai kandungan vitamin B atau asam amino, sebaiknya sehabis pengobatan antibiotik sulfonamide selesai dilakukan.

 3.Antibiotik golongan fluoroquinolon (Neo Meditril, Doctril) dan tetracycline (Doxyvet), kalau diberikan per oral sebaiknya jangan dicampur dengan Ca2+ (kalsium), Mg2+ (magnesium), dan Al3+(aluminium) lantaran sanggup menurunkan perembesan obat di akses cerna. Contoh produk Medion yang mempunyai kandungan Ca2+, Mg2+, Al3+ ialah Vita Stress, Neobro dan Aminovit. Makara alternatifnya bila ingin memakai vitamin-vitamin tersebut sebaiknya diberikan pada malam hari.



Resistensi antibiotik
Resistensi antibiotik ialah sebuah kondisi meningkatnya ketahanan kuman terhadap daya kerja antibiotik tertentu. Akibatnya, kuman menjadi tidak sensitif dan dibutuhkan takaran antibiotikyang lebih besar untuk membasmi kuman tersebut.

Resistensi antibiotik pertama terjadi akhir santunan takaran yang tidak sesuai, pemilihan antibiotik yang tidak sempurna dan pengobatan yang tidak tuntas. Penyebab kedua, lantaran antibiotik dari golongan yang sama dipakai secara terus-menerus. Dan penyebab ketiga berasal dari kuman itu sendiri, contohnya akhir kuman mengalami mutasi genetik, enzim maupun perubahan reseptor pada tubuh kuman tersebut.

Solusi yang sempurna untuk mengatasi resistensi ini ialah dengan mengombinasikan obat secara sinergis, serta yang terpenting yaitu melaksanakan rolling antibiotik. Yang dimaksud dengan rolling antibiotik ialah memakai atau menawarkan antibiotik dari golongan berbeda setiap interval 3-4 kali periode pengobatan. Berikut referensi jadwal rolling antibiotik menurut penyakitnya:


halo mitra kawan semuanya kali ini saya akan membagikan pedoman Mengobati Penyakit Ayam √ pedoman Mengobati Penyakit Ayam
CONTOH PROGRAM ROLING ANTIBIOTIK
Anthelmintik

Anthelmintik (obat cacing) merupakan senyawa yang berfungsi membasmi cacing pada unggas. Beberapa referensi zat aktif yang sering diberikan antara lain piperazine, niclosamide dan levamisole. Secara garis besar, cara kerja obat cacing ada dua. Pertama, mempengaruhi syaraf otot cacing yang mengakibatkan cacing lumpuh sehingga dengan gampang dikeluarkan dari tubuh ternak. Kedua, mengganggu proses pembentukan energi sehingga cacing kehilangan energi dan kesannya mati.
Penggunaan anthelmintik(Obat cacing) yang sempurna didasarkan :
    1. Efektivitas tinggi
    Yaitu mempunyai spektrum luas dan aktif untuk semua fase hidup cacing, termasuk cacing dalam jaringan maupun dalam akses cerna.
    2.,Indeks terapi lebar
    Indeks terapi ialah range atau jarak antara takaran terapi dengan takaran toksik. Obat dengan indeks terapi yang lebar, kalau takaran pemberiannya sedikit melebihi ketentuan, kemungkinannya menjadi toksik atau berbahaya bagi tubuh akan sangat kecil.
    3.Spektrum kerja sesuai
    Bila yang teridentifikasi menyerang ayam ialah cacing pita dan cacing gilik, maka pilih anthelmintik spektrum luas biar bisa mengatasi kedua cacing tersebut.
    4. Kemudahan dalam santunan obat
    5. Withdrawaltime (waktu henti obat biar unggas kondusif untuk dikonsumsi) yang pendek
    6. Tidak mempunyai imbas samping merugikan

yang perlu diperhatikan dalam pengaplikasian obat cacing:

1. Beberapa zat aktif anthelmintik ada yang tidak larut dalam air menyerupai Niclosamide dan Albendazole, sehingga pemberiannya dicampur melalui ransum. Pencampuran anthelmintik dan ransum sebaiknya dilakukan secara bertahap. Campur dahulu anthelmintik dengan sebagian kecil ransum dan aduk hingga homogen. Setelah itu tambahkan bertahap sisa ransum sambil diaduk hingga anthelmintik dan ransum tercampur secara homogen. Sebelum santunan obat sebaiknya ayam puasa makan dahulu selama ± 2 jam biar anthelmintik yang diberikan terkonsumsi habis oleh ayam dan waktu kontak antara anthelmintik dengan cacing di dalam akses cerna semakin usang sehingga pengobatan menjadi lebih efektif. Anthelmintik yang sudah dicampur ransum/air minum hendaknya juga habis dalam rentang waktu 2-4 jam.

2.Sesuaikan waktu santunan obat cacing dengan siklus hidup dan daerah pemeliharaan ayam tersebut. Cacing gilik mempunyai siklus hidup selama 1-2 bulan, sementara cacing pita sekitar 1 bulan. Oleh lantaran itu, santunan obat cacing sebaiknya diberikan pada ayam umur 1 bulan.

3.Pengulangan obat cacing untuk ayam yang dipelihara di sangkar postal atau non slat disarankan dilakukan 1-2 bulan setelahnya, sedangkan bila ayam dipelihara pada sangkar baterai/slat pengulangan bisa dilakukan 3 bulan kemudian lantaran ayam tidak kontak dengan litter.

4.Setelah periode pengulangan, bukan berarti obat cacing harus terus menerus diberikan pada bulan-bulan selanjutnya. Para andal dan praktisi menyarankan sebaiknya dilakukan investigasi feses secara rutin sehingga adanya telur cacing di dalam feses sanggup terdeteksi semenjak awal. Hal inilah yang menjadi dasar perlu tidaknya santunan obat cacing.

Antiprotozoa
Penyakit yang cukup sering menyerang ayam dan disebabkan oleh protozoa ialah penyakit koksidiosis dan leucocytozoonosis (malaria like). Untuk mengatasinya, perlu diberikan antiprotozoa. Seperti halnya antibiotik dan antithelmintik, antiprotozoa pun bermacam-macam macam golongan dan zat aktifnya. Yang paling umum ialah golongan sulfonamide.

 Baik koksidiosis maupun leucocytozoonosis bisa diatasi dengan santunan sulfonamide. Meski demikian, khusus untuk kasus koksidosis, Eimeria sp. penyebabnya masih bisa diatasi dengan santunan antiprotozoa golongan lain menyerupai thiamine antagonist dan toltrazuril.

Berikut klarifikasi lebih detail mengenai antiprotozoa yang dimaksud:

    Sulfonamide

    Antiprotozoa yang masuk ke dalam golongan sulfonamide diantaranya sulfadiazine, sulfadimethylpirimidine, sulfaquinoxaline, sulfamonomethoxine, sulfadimethoxine, dsb. Khusus pada kasus koksidiosis, antiprotozoa golongan ini harus diberikan dengan sistem 3-2-3 (3 hari diberikan, 2 hari berhenti dan 3 hari diberikan lagi). Hal ini lantaran sulfonamide hanya bekerja memutus siklus hidup Eimeria (penyebab koksidiosis, red) yaitu dengan mengganggu proses reproduksi asecualnya saja.

    Potensi obat sulfonamide akan meningkat 10 kali kalau dikombinasikan dengan golongan diamino pyrimidine (trimetoprim, pyrimethamin). Contoh produk antiprotozoa produksi Medion antara lain Coxy dan Sulfamix (sulfonamide tunggal), Antikoksi, Duoko, Trimezyn dan Maladex (sulfonamide kombinasi).

    Thiamine antagonist

    Salah satu antiprotozoa yang termasuk ke dalam golongan thiamine antagonist ialah amprolium. Jika dikombinasikan dengan sulfaquinoxaline sanggup memperluas spektrum kerja dan meningkatkan potensi membasmi protozoa Eimeria di usus halus dan sekum. Mekanisme kerja dari amprolium ini sama dengan sulfonamide, yaitu mengganggu proses reproduksi asecual Eimeria sp. Produk yang mengandung amprolium contohnya Therapy dan Koksidex.

    Toltrazuril

    Toltrazuril merupakan antiprotozoa golongan triazinetrione. Berbeda dengan antiprotozoa sulfonamide dan amprolium, toltrazuril bekerja efektif dengan cara mengganggu fungsi mitokondria, yaitu dengan menghambat acara enzim pada rantai pernapasan sel sehingga akan mengakibatkan simpulan hayat pada semua tahap perkembangan sel protozoa Eimeria sp. (reproduksi secual maupun asecual). Contoh produk terbaru Medion yang mengandung toltrazuril ialah Toltradex.

Setelah kita mengetahui jenis-jenis obat yang biasa diberikan pada ayam, kita juga perlu tahu apa saja prinsip pengobatan yang harus kita patuhi. 

1)  Obat sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang
Setiap obat mempunyai imbas yang berbeda dan spesifik terhadap setiap penyakit. Hal pertama yang perlu diingat ialah bahwa untuk memilih obat yang sesuai, harus didukung dengan diagnosa yang tepat. Selanjutnya pilih jenis obat sesuai dengan karakteristik mikroorganisme yang menyerang.
Misalnya pada kasus CRD, tidak semua obat sanggup dipakai untuk mengatasi serangan CRD. Contohnya santunan Ampicol atau Amoxitin tidak sanggup mengatasi serangan CRD. Hal ini disebabkan kuman CRD, Mycoplasma gallisepticum tidak mempunyai dinding sel yang berperan sebagai reseptor zat aktif kedua antibiotik tersebut. Sebaliknya, obat yang cocok untuk mengobati penyakit CRD ialah doksisiklin yang bisa menghambat sintesis protein pada reseptor M. gallisepticum (ribosom 30S). Contoh produk Medion yang dipakai yaitu Doxyvet atau Doxytin
2)  Obat bisa mencapai lokasi kerja atau organ sakit
Obat yang diberikan harus bisa mencapai sasaran organ, lokasi kerja atau organ yang sakit sehingga obat bisa berkerja secara sempurna dan optimal. Pemilihan rute pengobatan menjadi hal penting untuk memastikan obat sanggup mencapai organ atau lokasi kerja yang diinginkan.
Untuk mengobati penyakit infeksi pernapasan yang parah dengan imbas pengobatan yang segera, rute parenteral (suntikan atau injeksi) menjadi pilihan utama. Namun bila tidak tersedia sediaan parenteral, maka sediaan oral melalui cekok atau air minum dengan kandungan obat yang mempunyai imbas sistemik sanggup menjadi alternatif pilihan. Salah satu contohnya obat dari golongan fluoroquinolon. Melalui pemilihan dan pengaplikasian rute pengobatan yang benar akan meminimalisasi kemungkinan obat rusak maupun tereliminasi dari tubuh ayam sebelum mencapai organ target.
3)  Obat tersedia dalam kadar yang cukup
Obat akan menghasilkan imbas pengobatan yang optimal ketika konsentrasi atau kadarnya di dalam tubuh ayam mencapai kadar Minimum Effective Concentration (MEC). Sebelum obat mencapai kadar MEC, obat tidak akan bekerja menghasilkan imbas pengobatan. Kecepatan obat sanggup mencapai kadar MEC dan menawarkan imbas pengobatan tergantung pada rute santunan obatnya.
Obat yang diberikan secara injeksi/suntikan lebih cepat melewati juga batas MEC dibandingkan santunan obat secara oral (lihat Grafik 1). Yang perlu diperhatikan lagi, kadar obat di dalam tubuh jangan hingga melampaui batas MTC (Minimum Toxic Concentration) atau kadar toksik minimal. Bila melewati batas tersebut, maka fungsi obat yang seharusnya mempunyai imbas mengobati malah menawarkan imbas racun atau toksik bagi tubuh. Oleh lantaran itu, takaran ditentukan menurut therapeutic range, yang merupakan konsentrasi dimana obat berefek dalam batas yang kondusif (batas MEC) dan tidak toksik (di bawah MTC), jadi sangat penting untuk mengikuti takaran yang telah dianjurkan.

4)  Obat berada dalam waktu yang cukup

Secara alami, kadar obat di dalam tubuh akan berkurang dalam jangka waktu tertentu. Ada parameter penting yang berafiliasi dengan kecepatan eliminasi obat, yaitu waktu paruh. Waktu paruh yang diberi simbol T1/2 merupakan waktu yang diharapkan tubuh untuk mengeliminasi obat sebanyak 50% dari kadar semula. Obat dengan T1/2 pendek akan berada di dalam tubuh lebih singkat dibanding dengan yang mempunyai T1/2 panjang.

Pada aplikasinya, obat dengan T1/2 pendek perlu diberikan dengan interval waktu lebih pendek, contohnya diberikan 2-3 kali sehari untuk mempertahankan kadar efektif di dalam darah. Duoko dan Erysuprim merupakan antibiotik dengan T1/2 yang panjang sedangkan antibiotik lainnya menyerupai Doxyvet, Amoxitin mempunyai T1/2 nya pendek.

Oleh lantaran itu, santunan antibiotik sebaiknya diberikan dalam takaran terbagi, yaitu dalam sehari dua kali pagi-siang dan siang-sore. Berikut referensi perhitungan dan pembagian takaran antibiotik Amoxitin yang diberikan selama 5 hari berturut-turut.

Misalnya populasi ayam 1000 ekor dengan berat tubuh rata-rata ayam 1 kg. Maka kebutuhan Amoxitin per hari ialah

= Populasi x Berat Badan x Dosis Obat

= 1000 ekor x 1 kg x 0,1 gram tiap kg BB

= 100 gram/hari

Maka kebutuhan selama 5 hari pengobatan ialah 5 x 100 gram = 500 gram.

Amoxitin kemudian diberikan pagi-siang (jam 07.00-13.00) sebanyak 50 gram dilarutkan dalam air minum kebutuhan selama 6 jam, dan 50 gram berikutnya diberikan siang-sore (jam 13.00-19.00). Malam hari sanggup diberikan air minum saja maupun ditambahkan dengan vitamin.

catatan

Pemberian obat, terutama melalui air minum sebaiknya tidak dicampur dengan desinfektan. Hal ini lantaran pencampuran tersebut akan menurunkan efektivitas atau bahkan merusak obat.


sumber: Info Medion Edisi November 2013
Sumber http://rajebgroups.blogspot.com