Sunday, June 4, 2017

√ Mengapa Indonesia Masih Impor Beras, Garam Dan Kedelai?

Alasan indonesia masih impor beras, garam dan kedelai

Elysetiawan.com Indonesia adalah  negara yang terletak di ekuator, serta dilewati oleh banyak sekali gunung berapi, menjadikan Indonesia berpredikat sebagai negara yang subur atau negara agraris. tetapi kenapa masih saja impor materi pangan seperti  beras, garam, kedelai dll? berikut ialah jawabannya.
 serta dilewati oleh banyak  sekali gunung berapi √ mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
indonesia negar agraris yang kaya raya
 Namun keyataan bahwa kekayaan alam (SDA) tidak diimbangi dengan pengelolaan oleh insan (SDM) yang memadai.

 serta dilewati oleh banyak  sekali gunung berapi √ mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
perbandingan indonesia dan amerika
Sehingga hasil yang didapat belum maksimal dan masih berpotensi merusak alam. Oleh alasannya itu, mari kita kupas satu per satu.
 serta dilewati oleh banyak  sekali gunung berapi √ mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
hutan tropis indonesia

Mengapa indonesia masih impor beras?

Mungkin orang tahu, mungkin juga tidak. Namun faktanya, Indonesia telah swasembada beras semenjak tahun 2016.

Swasembada beras tidak gampang untuk dicapai. Ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya, antara lain berkurangnya lahan sawah akhir alih fungsi lahan menjadi perumahan, kurangnya irigasi yang baik, kurangnya peralatan modern, dst.
Kurangnya lahan diatasi dengan membuka lahan baru. Setiap tahun pemerintah menargetkan membuka lahan gres untuk pesawahan. Karena lahan sulit didapat di Jawa, kebanyakan lahan gres akan dibuka di luar Jawa.
 serta dilewati oleh banyak  sekali gunung berapi √ mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
sawah indonesia
Irigasi yang kurang baik juga memengaruhi hasil panen padi. Apabila hanya mengandalkan siklus cuaca normal, petani hanya sanggup menanam padi sekali dalam setahun, yaitu pada ketika animo hujan saja. Namun pemerintah mengatasi hal ini dengan membangun bendungan. Dengan adanya bendungan, animo kemarau pun petani tetap sanggup bercocok tanam, sehingga secara pribadi meningkatkan produksi beras dalam setahun.
Terakhir, kurangnya alat sanggup diatasi dengan santunan alat-alat modern ibarat pompa air, traktor, dan mesin harvester. Kalau memang sudah swasembada, mengapa masih impor beras? Ada beberapa alasan, yaitu mengimpor beras khusus (beras yang tidak tumbuh di Indonesia), beras untuk kepentingan komersial, dan yang paling penting untuk mengendalikan harga.
Jangan dikira bila sudah swasembada harga sanggup stabil. Meski sudah swasembada, kelangkaan di sejumlah tempat tidak sanggup dihindarkan, diantaranya alasannya adanya musibah dan gagal panen. Untuk menanggulangi hal tersebut, dilakukan kontrol harga dengan cara impor beras untuk nantinya dilepas ke pasaran. Dengan demikian, ketersediaan beras aman, dan harga stabil.\

Mengapa masih impor garam?

Indonesia merupakan negara maritim, yang mana mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia.  Itu artinya Indonesia sanggup memproduksi banyak garam kan? Salah. Kenyataannya kita tidak pernah swasembada garam dan selalu harus impor.
 serta dilewati oleh banyak  sekali gunung berapi √ mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
petani garam indonesia
Setidaknya alasannya ada empat, antara lain tidak semua garis pantai sanggup dijadikan tambak, kebutuhan industri, biaya yang mahal, serta tingkat kelembaban udara yang tinggi.
Memang Indonesia mempunyai garis pantai yang panjang, namun tidak semua sanggup dijadikan tambak garam. Ada beberapa pertimbangan khusus.
 Dari pantai sepanjang 99.093 kilometer, hanya lahan seluas 26.024 hektare saja yang sanggup dijadikan tambak garam.Kedua, konsumsi garam Indonesia dominan dipakai untuk kepentingan industri ibarat contohnya mie instan dan bukan kebutuhan dapur. Nah, untuk kebutuhan industri, kadar NaCl garam minimal di angka 97,5% dengan kadar air 0,5%. Sementara garam Indonesia tidak lebih dari 94% dalam hal kadar NaCl.
Ketiga, kebanyakan produksi garam Indonesia masih memakai teknologi yang tradisional dan bergantung pada matahari, sehingga biaya produksi mahal dan produksi hampir tidak sanggup dilakukan di animo penghujan. Dan terakhir, kelembaban udara yang tinggi menjadikan proses penambakan garam menjadi usang dan garam mempunyai kadar air yang tinggi.

 Mengapa masih impor kedelai?

Kedelai merupakan komoditas yang belum swasembada. Dalam targetnya, pemerintah mencanangkan swasembada kedelai di prioritas terakhir sesudah padi dan jagung.Alasannya masih sama dengan padi, yaitu kurangnya lahan yang sanggup ditanami.
 serta dilewati oleh banyak  sekali gunung berapi √ mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
kedelai indonesia
Kebutuhan kedelai Indonesia setiap tahun mencapai 2,7 juta ton, sementara jumlah produksi dalam negeri gres 885.000 ton, sisanya harus diimpor sebanyak 1,8 juta ton.Impor ini akan dikurangi di tahun-tahun berikutnya, dengan cara menambah lahan kebun kedelai. Ditargetkan impor kedelai sanggup ditutup pada tahun 2020.

Ekspor minyak sawit dan kerusakan hutan

Di Indonesia, kebanyakan kebun kelapa sawit ialah kebun monokultur. Artinya dalam area tersebut hanya ada satu jenis tumbuhan saja. Itu berdampak jelek pada keragaman hayati. Selain itu, pembukaan lahan untuk kelapa sawit sering dilakukan dengan cara babat habis, dengan cara itu, fauna yang tinggal di sekitar tidak lagi mempunyai habitat. Selain itu, tidak jarang pula lahan yang barudibuka dibakar semoga cepat sanggup ditanami.
Hal-hal diatas berdasarkan saya bukanlah kesalahan dari si kelapa sawit, namun lebih ke insan yang mengelolanya. Itulah mengapa di awal saya sampaikan bahwa SDM di Indonesia belum memadai untuk sanggup maju. Padahal sawit itu mempunyai julukan emas hijau. Mengapa demikian?
 serta dilewati oleh banyak  sekali gunung berapi √ mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
minyak kelapa sawit indonesia
Pertama, sawit memproduksi sangat banyak minyak yang sanggup dikonsumsi per pohon ataupun per hektar dibandingkan dengan tumbuhan yang lain. Terlebih sawit hanya sanggup diproduksi di negara tropis. Sehingga itu menyebabkan kecemburuan negara-negara lain di potongan bumi yang lain. Coba saja bandingkan produksi minyak sawit per hektar per tahun dibanding dengan tumbuhan lain.
 serta dilewati oleh banyak  sekali gunung berapi √ mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
perbandingan tumbuhan penghasil minyak
Dengan dalih merusak lingkungan dan melanggar HAM, Indonesia sempat ‘dihukum’ oleh Uni Eropa dengan cara tidak diperbolehkan untuk mengekspor minyak sawit. Menurut saya itu sangat berlebihan dan hanyalah sebagai bentuk kecemburuan saja. Bagaimana tidak, negara Eropa yang tidak sanggup menumbuhkan sawit sehingga mau tidak mau harus bergantung pada tumbuhan ibarat olive dan bunga matahari, meskipun hasil yang didapat sangat sedikit.
Jangan pikir Indonesia membisu dengan keusilan Uni Eropa ini. Meteri Perdagangan menyatakan dengan tegas, apabila memang larangan ini tidak dicabut, maka Indonesia akan menghentikan impor pesawat pabrikan Eropa dan Amerika ibarat Airbus dan Boeing.
Padahal minyak sawit sangat diharapkan di Eropa, alasannya dianggap sebagai energi terbarukan dan sebagai materi baku bio-solar dan bio-fuel. Itulah mengapa kelapa sawit disebut dengan sebutan emas hijau.
Sawit hanya akan merusak hutan apabila penanaman dan pengelolaannya tidak didasarkan oleh prinsip kelestarian lingkungan. Apabila dilakukan dengan baik, sawit membawa manfaat yang sangat besar, dan berpotensi untuk mengobati ketergantungan terhadap minyak fosil yang makin hari makin menipis cadangannya.
 serta dilewati oleh banyak  sekali gunung berapi √ mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
pemerintah sedang rapat wacana sawit
Pemerintah, melalui Meteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut B. Pandjaitan, beberapa bulan kemudian berkeliling ke Eropa untuk melobi ke negara-negara Uni Eropa semoga ekspor minyak sawit sanggup dilakukan lagi. Keputusan yang diambil oleh Komisi Uni Eropa belum ketuk palu, sehingga masih sanggup berubah apabila salah satu negara anggota keberatan.
Luhut beropini bahwa sawit menjadi penyelamat ekonomi dan sebagai pengentas kemiskinan di Indonesia. Namun Jerman melalui Menteri Lingkungan Svenja Schulze tetap kukuh dengan posisinya, bahwa ambisi iklim di Eropa sebaiknya tidak merusak hutan di Asia Tenggara.
Saya sendiri beropini bahwa minyak sawit mempunyai potensi yang sangat baik.

Semoga insiden ini sanggup memperlihatkan pelajaran semoga kita tidak melulu ekspor materi mentah. Alangkah lebih baik lagi apabila bio-fuel ini sanggup diproduksi di dalam negeri, sehingga sanggup menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga sanggup menggerakkan roda ekonomi, sekaligus berkontribusi terhadap iklim global.
Sekian. Semoga bermanfaat.

Sumber http://www.elysetiawan.com