Kisah Nabi Adam AS kali ini akan menceritakan dengan lengkap bagaimana sejarah penciptaan Nabi Adam AS dan perjalanan hidupnya hingga wafat. Suatu ketika, Allah berbicara di hadapan para malaikat. Isi pembicaraan berkisar wacana penciptaan Adam, leluhur manusia. Adam dan keturunannya ini kelak akan menjadi khalifah (wakil) Allah di bumi. Tugas mereka memakmurkan bumi. Mendengar klarifikasi itu, para malaikat heran. Kenapa harus Adam dan anak cucunya yang menjadi khalifah? Mestinya, malaikat yang diberi kehormatan menyerupai itu. Bukankah malaikat senantiasa bertasbih kepada Allah? Bumi akan kondusif bila dihuni malaikat. Tak akan ada kerusakan dan pertumpahan darah.
Para malaikat merasa penasaran. Mungkinkah selama ini Allah kurang berkenan dengan peribadatan mereka? Oleh karena itu, Allah berkehendak membuat makhluk yang lebih baik. Mereka khawatir jika Allah membuat Adam itu karena kelalaian mereka. Atau ada kesalahan yang mereka lakukan tanpa disadari. Muncul juga keraguan di kalangan malaikat. Mampukah insan mengemban kiprah berat itu? Sebab, sebelumnya bumi pernah dihuni oleh kalangan jin. Ternyata, mereka sering berbuat keonaran. Banyak terjadi pertumpahan darah, kemaksiatan, dan kerusakan di sana. Bukan mustahil Adam dan anak cucunya juga akan melaksanakan hal sama.
Keraguan para malaikat bahwasanya tidak beralasan. Sebab, Adam mempunyai beberapa keistimewaan. Adam diciptakan eksklusif oleh tangan Allah. Ruhnya juga eksklusif ditiupkan olehNya. Selain itu, Adam juga dikaruniai akal. Berkat logika inilah Adam bisa mengamati, mempelajari, dan memahami benda-benda. Akal inilah yang memungkinkan Adam dan anak cucunya bisa menjalankan kiprah sebagai khalifah di bumi. Keistimewaan ini benar-benar terbukti. Adam bisa mengungkapkan nama benda-benda. Kemampuan ini ternyata tidak dimiliki para malaikat. Mereka bungkam ketika disuruh untuk melaksanakan hal sama. Akhirnya, para malaikat pun mengakui keistimewaan Adam.
Keraguan para malaikat bahwasanya tidak beralasan. Sebab, Adam mempunyai beberapa keistimewaan. Adam diciptakan eksklusif oleh tangan Allah. Ruhnya juga eksklusif ditiupkan olehNya. Selain itu, Adam juga dikaruniai akal. Berkat logika inilah Adam bisa mengamati, mempelajari, dan memahami benda-benda. Akal inilah yang memungkinkan Adam dan anak cucunya bisa menjalankan kiprah sebagai khalifah di bumi. Keistimewaan ini benar-benar terbukti. Adam bisa mengungkapkan nama benda-benda. Kemampuan ini ternyata tidak dimiliki para malaikat. Mereka bungkam ketika disuruh untuk melaksanakan hal sama. Akhirnya, para malaikat pun mengakui keistimewaan Adam.
Nabi Adam Berasal dari Tanah
Kata Adam berasal dari adim. Adimul Ardli berarti permukaan bumi. Nama Adam erat kaitannya dengan materi penciptaan. Adam diciptakan dari tanah yang ada di permukaan bumi. Setelah mati, Adam dan anak cucunya juga akan dikuburkan di dalam tanah.
Akhirnya, wujud Adam menjadi sempurna. Allah kemudian meniupkan ruh kepadanya. Setelah ruh ditiupkan, Allah memberikan sebuah titah kepada para malaikat. Titah itu juga berlaku bagi makhluk lain yang ketika itu berada bersahabat dengan para malaikat. Isi titah menyebutkan semoga para malaikat bersujud kepada Adam. Suatu penghormatan yang tak diberikan kepada makhluk selainnya. Alhasil, para malaikat patuh kepada titah sang pencipta. Mereka bersujud kepada Adam. Namun, ada makhluk yang membangkang. Dialah si Sombong Iblis. Makhluk dari kalangan bangsa jin ini merasa sok hebat. Dia merasa lebih mulia ketimbang Adam. Alasannya, iblis diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Api lebih baik daripada tanah?
Akhirnya, wujud Adam menjadi sempurna. Allah kemudian meniupkan ruh kepadanya. Setelah ruh ditiupkan, Allah memberikan sebuah titah kepada para malaikat. Titah itu juga berlaku bagi makhluk lain yang ketika itu berada bersahabat dengan para malaikat. Isi titah menyebutkan semoga para malaikat bersujud kepada Adam. Suatu penghormatan yang tak diberikan kepada makhluk selainnya. Alhasil, para malaikat patuh kepada titah sang pencipta. Mereka bersujud kepada Adam. Namun, ada makhluk yang membangkang. Dialah si Sombong Iblis. Makhluk dari kalangan bangsa jin ini merasa sok hebat. Dia merasa lebih mulia ketimbang Adam. Alasannya, iblis diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Api lebih baik daripada tanah?
Iblis yang Sok Hebat
Sifat sombong iblis terlihat dari dua sikap. Pertama, iblis memandang rendah Adam. Di mata iblis, Adam hanyalah makhluk kemarin sore, sedangkan ia sudah ada jauh sebelum Adam ada. Lalu, Adam pun diciptakan dari tanah, sedangkan ia diciptakan dari api. Masa, ia harus hormat kepada makhluk menyerupai Adam itu. Kedua, iblis menolak kebenaran. Iblis menolak untuk bersujud kepad Adam. Padahal, ia tahu bahwa yang memberi titah itu ialah Allah.
Penolakan iblis terperinci merupakan kedurhakaan. Allah murka kepadanya. Akibatnya, ia diusir dari surga. Tak hanya itu, iblis juga menerima laknat Allah hingga hari kiamat. Ciri orang yang menerima laknat Allah ialah tak bisa keluar dari kesesatan. Itulah sebabnya, iblis selamanya berada dalam kesesatan. Bermula dari kesombongan, selanjutnya muncul kedengkian. Iblis merasa tidak nyaman lagi. Pasalnya, ada makhluk yang menerima kemuliaan lebih darinya. Dia tak terima. Tidak boleh ada makhluk lain yang mengunggulinya. Oleh karena itu, ia ingin menandakan jika Adam itu tidak ada apa-apanya. Caranya, ia akan berusaha menyesatkan Adam dan anak-cucunya.
Penolakan iblis terperinci merupakan kedurhakaan. Allah murka kepadanya. Akibatnya, ia diusir dari surga. Tak hanya itu, iblis juga menerima laknat Allah hingga hari kiamat. Ciri orang yang menerima laknat Allah ialah tak bisa keluar dari kesesatan. Itulah sebabnya, iblis selamanya berada dalam kesesatan. Bermula dari kesombongan, selanjutnya muncul kedengkian. Iblis merasa tidak nyaman lagi. Pasalnya, ada makhluk yang menerima kemuliaan lebih darinya. Dia tak terima. Tidak boleh ada makhluk lain yang mengunggulinya. Oleh karena itu, ia ingin menandakan jika Adam itu tidak ada apa-apanya. Caranya, ia akan berusaha menyesatkan Adam dan anak-cucunya.
Maka, kadung menerima laknat, iblis meminta tempo. Dia meminta umur panjang. Tak tanggung-tanggung, hingga hari kiamat. Umur selama itu akan dipergunakannya untuk membalas dendam. Iblis tidak ingin sendirian berada di neraka. Dia ingin membawa Adam dan keturunannya turut serta.
Penciptaan Hawa
Hidup seorang diri tidaklah mengenakkan. Hal ini juga dirasakan Adam. Tak ada sahabat curhat. Tak ada mitra membuatkan baik dalam suka maupun duka. Pendek kata, Adam merasakan kesepian. Ia membutuhkan seorang pendamping. Kemudian, Hawa diciptakan. Bahannya diambil dari tulang rusuk Adam. Ketika itu, Adam yang sedang terlelap tidur Allah mengambil tulang rusuknya yang sebelah kiri. Walau diambil tulang rusuk, Adam tak merasakan sakit. Sekiranya merasa sakit, tentu Adam tidak akan sayang kepada Hawa.
Setelah Hawa tercipta, para malaikat bertanya, "Adam, siapa yang ada di samping kau?"
"Seorang perempuan"
"Siapa namanya?"
"Hawa"
"Untuk apa Allah membuat Hawa?"
"Untuk mendampingi saya, memberi saya kebahagiaan, dan memenuhi keperluan hidup saya sesuai dengan kehendak Allah."
Kebahagiaan semakin lengkap. Allah menyuruh Adam dan Hawa tinggal di surga. Kehidupan di sana serba enak. Apa saja boleh dilakukan. Mereka bebas merasakan apa saja sepuasnya. Namun, ada satu pantangan. Adam dan Hawa tidak boleh mendekati pohon larangan. Larangan ini harus dipatuhi. Jika tidak, mereka bisa celaka. Di surga, Adam tidak perlu mencari nafkah. Segala keperluan sudah tersedia. Pendek kata, Adam dan Hawa tidak akan kelaparan, kehausan, dan kelelahan. Sungguh menyenangkan. Semua boleh dilakukan. Yang penting tidak dekat-dekat dengan pohon larangan. Mudah, bukan?
Sejak membangkang, iblis tidak diperkenankan lagi tinggal di surga. Perasaan dendam dan dengki iblis semakin menjadi-jadi. Iblis tidak senang melihat Adam dan Hawa bahagia. Oleh karena itu, iblis kemudian mencari-cari kesempatan. Dia ingin memperdaya mereka. Pokoknya, Adam juga harus keluar dari surga. Kesempatan itu sekarang ada. Pohon larangan! Adam dan Hawa dihentikan mendekati pohon itu. Ini peluang emas, tidak boleh disia-siakan. Iblis merasa sangat senang. Inilah ketika untuk membuktikan. Adam dan Hawa akan menjadi pecundang. Apa pun caranya, Adam dan Hawa harus berhasil dijerumuskan. Segala reka perdaya mesti dilakukan. Berbaga kebijaksanaan bulus direncanakan. Pertama-tama, iblis harus menerima kepercayaan. Dia pun melaksanakan pendekatan. Dia berpura-pura menganggap Adam dan Hawa sebagai teman. Tutur katanya menawan. Bermacam rayuan dibisikkan iblis. Dikatakan bahwa ia ingin memberi nasihat. Ada diam-diam besar yang ingin disampaikan. Rahasia supaya Adam dan Hawa bisa hidup kekal.
Akhinya, Hawa tak kuasa menahan diri. Hawa memakan buah pohon larangan. Hawa pulang dengan perasaan senang. Diceritakannya pengalaman tadi kepada Adam. Adam begitu tertarik. Ia juga ingin mencicipi. Pohon itu kemudian didekati. Buahnya dipetik. Dan...Adam memakan buahnya.
Lengkap sudah. Adam dan Hawa melabrak larangan. Tak hanya mendekati pohon larangan, tetapi juga memakan buahnya. Tak usang kemudian, Adam dan Hawa merasakan akibatnya. Aurat mereka terbuka. Perasaan aib begitu saja membuncah. Mereka berusaha mencari-cari dedaunan. Maksudnya, untuk menutupi aurat mereka. Namun, pohon-pohon nirwana menjauh. Untungnya, ada satu pohon yang merasa kasihan. Pohon Tin mau memperlihatkan daun-daunnya. Aurat mereka pun bisa tertutupi.
Adam dan Hawa sangat malu. Tak hanya karena aurat mereka terbuka. Tetapi juga, karena teguran Allah kepada mereka. Adam dan Hawa sangat menyesal. Mereka telah bebuat kesalahan. Sambil menitikkan air mata, mereka memanjatkan doa.
"Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami. Sekiranya, Engkau tidak berkenan mengampuni dan mencintai kami, pasti kami termasuk orang-orang yang merugi."
Demikian, Adam dan Iblis menjadi musuh bebuyutan. Permusuhan ini juga berlaku untuk keturunan Adam dan iblis. Permusuhan akan terus berlangsung hingga hari kiamat. Kenikmatan nirwana tinggal kenangan. Dulu, di nirwana serbaada. Mau makan tinggal makan, mau minum tinggal minum. Namun di bumi, Adam dan Hawa tak bisa berpangku tangan. Mencari sesuap nasi menjadi tugas. Mereka harus bekerja keras.
Saat diturunkan ke bumi, Adam dan Hawa terpisah. Hawa diturunkan di tempat Jeddah, Saudi Arabia. Kata Jeddah berarti nenek. Hawa ialah nenek seluruh umat manusia. Sementara itu, Adam diturunkan di tempat Hindustan. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah di dataran Arafah. Oleh karena itu, Jabal Rahmah kerap dijadikan simbol “cinta” oleh para peziarah. Perasaan senang begitu membuncah. Betapa tidak, sekian usang berpisah akhirnya bertemu jua. Hidup menjadi lebih bersemangat. Sekarang, keduanya bisa berkumpul lagi. Berjuang bersama lebih gampang daripada sendiri-sendiri. Bisa saling menjaga, dan saling menasihati.
Qabil, Habil, Iklima, dan Labuda beranjak remaja.Mereka tumbuh di bawah asuhan orang tua. Sifat-sifat mereka mulai kelihatan. Qabil berperangai kasar, sedangkan Habil berperangai santun. Iklima tumbuh menjadi gadis yang cantik, sedang Labuda biasa-biasa saja. Tugas-tugas Adam dan Hawa mulai berkurang. Anak-anak mereka sudah bisa diandalkan. Labuda dan Iklima membantu urusan rumah tangga, sedangkan Qabil dan Habil menekuni bidang pertanian, sedangkan Habil di bidang peternakan.
Keempat putra-putri Adam tumbuh dewasa. Masing-masing sudah mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis. Allah kemudian memberi Adam petunjuk. Putra-putri Adam harus segera dinikahkan. Dengan ketentuan, masing-masing tidak boleh dinikahkan dengan saudara kembarnya. Artinya, Qabil harus menikahi Labuda, sedangkan Habil harus menikahi Iklima.
Ketentuan itu kemudian disampaikan. Adam berharap putra-putrinya tak keberatan alasannya ini merupakan ketentuan Allah. Tak boleh ada yang menolak. Semua pihak harus setuju. Demikian, Adam memberi penegasan. Tak disangka, Qabil menolak ketentuan itu. Ia bersikeras untuk menikah dengan Iklima, adik kembarnya. Iklima memang gadis yang cantik. Qabil sangat tertarik. Dengan kata lain, Qabil menolak dinikahkan dengan Labuda. Alasannya, Labuda tidak cantik. Qabil merasa lebih berhak untuk menikahi Iklima. Toh, Iklima ialah adiknya sendiri. Qabil tidak rela jika Iklima dinikahi Habil.
Qabil bersikukuh. Tegas-tegas, ia menolak dinikahkan dengan Iklima. Melihat gelagat kurang baik ini, Adam berusaha mencari jalan keluar. Jalan keluar yang disepakati oleh semua pihak. Tidak boleh ada pihak yang dikecewakan. Perselisihan harus dihindarkan. Sebab, perselisihan akan mengusik ketenangan.
Akhirnya, Adam mendapatkan jalan keluar. Menurut Adam, problem jodoh harus diserahkan kepada Allah. Apa pun keputusan-Nya, semua harus pasrah. Adam mengusulkan semoga Qabil dan Habil berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ia berhak menikahi si cantik, Iklima. Qabil dan Habil setuju. Mereka sepakat, yang menang itulah yang berhak mendapatkan Iklima. Kemudian, masing-masing mempersiapkan diri. Qabil semakin rajin. Setiap hari, ia mengurus ladangnya. Habil juga tak mau kalah. Ia bertambah giat. Setiap hari, ia menggembalakan ternak-ternaknya.
Hari yang ditentukan pun tiba. Qabil bergegas menuju ladang. Ladang gandumnya sangat lebat. Hasil jerih payahnya selama ini. Timbullah sifat kikir dalam hati Qabil. Ia memilih-milih gandum yang akan dijadikan kurban. Ia sengaja menentukan gandum yang kurang baik. Setelah karung terisi, Qabil membawanya ke sebuah bukit. Gandum itu kemudian diletakkan di atas bukit itu. Di tempat yang berbeda, Habil juga sedang sibuk. Ia berjalan ke sana kemari. Memilih-milih kambing yang paling baik. kambing yang paling gemuk dan sehat. Setelah di dapat, Habil membawanya ke bukit yang sama.
Qabil dan Habil sudah meletakkan kurbannya. Dari tempat yang jauh, mereka memandangi bukit itu. Mata mereka terus tertuju ke arah bukit. Anggota keluarga yang lain juga turut menyaksikan. Hati mereka berdebar-debar. Kurban siapa gerangan yang akan diterima?
Selang beberapa saat, terlihat api besar turun dari langit. Api itu kemudian menyambar kambing. Habil bersyukur, kurbannya diterima. Dalam tempo singkat kambing Habil pun lenyap. Si jago merah melalapnya. Sementara itu, gandum Qabil masih utuh. Sedikit pun tidak berkurang. Walhasil, Habil menjadi pemenang. Kurbannya diterima. Sesuai dengan kesepakatan, ia berhak mempersunting si anggun Iklima. Hati Habil berbunga-bunga, Ia sangat bahagia. Lain halnya dengan sang kakak. Qabil merasa sangat kecewa. Kurbannya tak diterima, Ia gagal menikahi Iklima.
Qabil tidak bisa menolak. Dengan perasaan kecewa, Ia mendapatkan keputusan Habil dinikahkan dengan Iklima. Qabil benar-benar kecewa, harapannya pupus. Dia tak bisa menikah dengan Iklima. Kekecewaannya semakin menjadi-jadi. Lambat laun tumbuhlah perasaan dengki. Dengki melahirkan dendam. Dendam memunculkan niat jahat. Akhirnya, Qabil bertekad menghabisi Habil.
Adam berangkat dengan hati tenang. Dengan sepenuh hati, ia percaya kepada Qabil. Bagaimanapun Qabil ialah anak sulung. Qabil yang dituakan. Tak usang sesudah Adam berangkat, Qabil bersiap-siap. Ia akan menyatroni peternakan. Sesampainya di sana, Qabil segera menghampiri Habil.
"Aku tiba untuk membunuh kau!" Qabil menghardik penuh kebencian.
"Apa salah saya? Mengapa abang hendak membunuh saya?"
"Karena kamu telah merampas harapanku. Kau telah merebut Iklima."
"Allah yang menentukan. Saya hanya berusaha."
"Saya juga berusaha!" hardik Qabil.
"Ketahuilah kakak, Allah hanya mendapatkan kurban dari orang berhati tulus. Orang yang berhati ikhlas akan menentukan kurban yang paling baik. Kenapa abang menentukan gandum yang busuk. Jelas saja, kurban abang tidak diterima."
"Sudahlah! Kau jangan nyerocos! Tidak usah repot-repot memberi nasihat. Aku tetap akan membunuh kau!" kata Qabil berang.
"Bukannya abang juga telah oke dengan penyelesaian menyerupai itu? Sadarlah, Kak. Kakak jangan terperdaya oleh setan. Ingat, setan ialah musuh kita. Setan yang telah mengakibatkan ayahanda dan ibunda keluar dari surga. Berpikirlah sebelum bertindak, jangan hingga abang menyesal kelak."
"Diam! Aku akan membunuh kau!"
"Jika abang bersikeras, saya tidak akan membalas. Saya takut kepada Allah. Saya tidak akan melaksanakan perbuatan zalim. Semua saya serahkan kepada Allah."
Masuk pendengaran kiri, keluar pendengaran kanan. Nasihat Habil sama sekali tak ada artinya. Yang terjadi malah Qabil semakin marah. Dendam semakin tak tertahan. Rasanya, ia ingin segera menghabisi nyawa adiknya itu. Iblis tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia terus-menerus membisikkan kejahatan. Sebenarnya, Qabil sendiri kebingungan. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Belum terpikirkan bagaimana membunuh habil.
Saat Qabil kebingungan, Iblis menjelma. Di hadapan Qabil, Iblis mencontohkan. Iblis menghantam kepala seekor burung dengan batu. Darah segar muncrat. Kepala burung itu pecah. Sesaat burung itu menggelepar-gelepar, kemudian mati. Qabil menerima ide. Sekarang, ia tahu apa yang harus dilakukan. Tinggal menunggu ketika yang tepat. Saat itu, Habil sedang terlelap tidur. Qabil berjalan. Ia menghampiri sang adik. Batu besar menghantam kepala Habil. Saking kerasnya hantaman watu besar, tak usang kemudian Habil menghembuskan napas terakhir. Peristiwa ini merupakan pembunuhan yang pertama kali dilakukan insan di bumi ini.
"Bodoh sekali saya ini! Masa saya kalah pandai sama burung gagak itu," gerutunya.
Burung gagak telah mengajari Qabil. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh Qabil. Sebuah lubang digali. Setelah cukup dalam, ia memasukkan jenazah Habil ke dalamnya.
Beberapa hari kemudian, Adam pulang. Ia ingin segera bertemu dengan keluarganya. Terbayang keluarganya hidup rukun. Tak ada perselisihan. Sampai di rumah, Adam beristirahat sejenak. Anggota keluarga berkumpul di dekatnya. Usai melepas lelah, Adam menanyakan perihal Habil. Dari tadi Habil tak kelihatan. "Dimana Habil?" tanyanya.
"Saya tidak tahu."
"Kamu yang diberi amanat untuk menjaga semua anggota keluarga, kan? Ke mana Habil?"
"Saya tidak tahu. Saya nggak mungkin menjaga Habil setiap saat." jawab Qabil ketus.
Pasti telah terjadi sesuatu, pikir Adam. Tapi, ke mana gerangan harus mencari Habil? Akhirnya, Adam pun tahu. Habil telah dibunuh. Pelakunya siapa lagi jika bukan Qabil. Adam sangat berduka. Terbayang bagaimana Habil dianiaya. Tega nian sang kakak. Disuruh menjaga, malah membunuh. Gara-gara dengki, relasi keluarga jadi rusak. Seorang abang bahkan tega membunuh adik kandungnya sendiri. Sungguh menyedihkan. Setan telah memanfaatkan kesempatan. Adam hanya berserah diri kepada Allah. Semua ia terima sebagai kehendak-Nya. Kepedihan ia hadapi dengan kesabaran. Bahkan, ia tetap memohonkan ampunan untuk anaknya, Qabil.
Demikianlah uraian wacana Kisah Nabi Adam AS: Tercipta hingga Wafat, semoga bermanfaat.
Referensi:
Sumber http://www.ilmusiana.comSetelah Hawa tercipta, para malaikat bertanya, "Adam, siapa yang ada di samping kau?"
"Seorang perempuan"
"Siapa namanya?"
"Hawa"
"Untuk apa Allah membuat Hawa?"
"Untuk mendampingi saya, memberi saya kebahagiaan, dan memenuhi keperluan hidup saya sesuai dengan kehendak Allah."
Kebahagiaan semakin lengkap. Allah menyuruh Adam dan Hawa tinggal di surga. Kehidupan di sana serba enak. Apa saja boleh dilakukan. Mereka bebas merasakan apa saja sepuasnya. Namun, ada satu pantangan. Adam dan Hawa tidak boleh mendekati pohon larangan. Larangan ini harus dipatuhi. Jika tidak, mereka bisa celaka. Di surga, Adam tidak perlu mencari nafkah. Segala keperluan sudah tersedia. Pendek kata, Adam dan Hawa tidak akan kelaparan, kehausan, dan kelelahan. Sungguh menyenangkan. Semua boleh dilakukan. Yang penting tidak dekat-dekat dengan pohon larangan. Mudah, bukan?
Dosa Pertama Nabi Adam dan Hawa
Sejak membangkang, iblis tidak diperkenankan lagi tinggal di surga. Perasaan dendam dan dengki iblis semakin menjadi-jadi. Iblis tidak senang melihat Adam dan Hawa bahagia. Oleh karena itu, iblis kemudian mencari-cari kesempatan. Dia ingin memperdaya mereka. Pokoknya, Adam juga harus keluar dari surga. Kesempatan itu sekarang ada. Pohon larangan! Adam dan Hawa dihentikan mendekati pohon itu. Ini peluang emas, tidak boleh disia-siakan. Iblis merasa sangat senang. Inilah ketika untuk membuktikan. Adam dan Hawa akan menjadi pecundang. Apa pun caranya, Adam dan Hawa harus berhasil dijerumuskan. Segala reka perdaya mesti dilakukan. Berbaga kebijaksanaan bulus direncanakan. Pertama-tama, iblis harus menerima kepercayaan. Dia pun melaksanakan pendekatan. Dia berpura-pura menganggap Adam dan Hawa sebagai teman. Tutur katanya menawan. Bermacam rayuan dibisikkan iblis. Dikatakan bahwa ia ingin memberi nasihat. Ada diam-diam besar yang ingin disampaikan. Rahasia supaya Adam dan Hawa bisa hidup kekal.
Akhinya, Hawa tak kuasa menahan diri. Hawa memakan buah pohon larangan. Hawa pulang dengan perasaan senang. Diceritakannya pengalaman tadi kepada Adam. Adam begitu tertarik. Ia juga ingin mencicipi. Pohon itu kemudian didekati. Buahnya dipetik. Dan...Adam memakan buahnya.
Lengkap sudah. Adam dan Hawa melabrak larangan. Tak hanya mendekati pohon larangan, tetapi juga memakan buahnya. Tak usang kemudian, Adam dan Hawa merasakan akibatnya. Aurat mereka terbuka. Perasaan aib begitu saja membuncah. Mereka berusaha mencari-cari dedaunan. Maksudnya, untuk menutupi aurat mereka. Namun, pohon-pohon nirwana menjauh. Untungnya, ada satu pohon yang merasa kasihan. Pohon Tin mau memperlihatkan daun-daunnya. Aurat mereka pun bisa tertutupi.
Adam dan Hawa sangat malu. Tak hanya karena aurat mereka terbuka. Tetapi juga, karena teguran Allah kepada mereka. Adam dan Hawa sangat menyesal. Mereka telah bebuat kesalahan. Sambil menitikkan air mata, mereka memanjatkan doa.
"Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami. Sekiranya, Engkau tidak berkenan mengampuni dan mencintai kami, pasti kami termasuk orang-orang yang merugi."
Nabi Adam Diturunkan ke Bumi
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tobat Adam dan Hawa diterima. Kesalahan mereka diampuni. Adam dan Hawa merasa tenang. Ampunan Allah membuat hati mereka terasa lega. Pengalaman itu menjadi pelajaran berharga. Adam dan Hawa sadar. Iblis benar-benar musuh. Musuh yang harus senantiasa diwaspadai. Segala bujuk rayunya mesti dijauhi. Hidup awet ternyata kebijaksanaan bulus iblis. Akibat terperdaya, sekarang Adam dan Hawa harus pindah. Mereka tak bisa lagi tinggal di Surga. Allah menyuruh mereka turun ke bumi. Sekarang, Adam dan Hawa tinggal di bumi. Mengemban kiprah menjadi khalifah. Namun, perseteruan iblis dan Adam terus berlanjut. Iblis akan terus berusaha mewujudkan janjinya. Janji untuk menyesatkan Adam.Demikian, Adam dan Iblis menjadi musuh bebuyutan. Permusuhan ini juga berlaku untuk keturunan Adam dan iblis. Permusuhan akan terus berlangsung hingga hari kiamat. Kenikmatan nirwana tinggal kenangan. Dulu, di nirwana serbaada. Mau makan tinggal makan, mau minum tinggal minum. Namun di bumi, Adam dan Hawa tak bisa berpangku tangan. Mencari sesuap nasi menjadi tugas. Mereka harus bekerja keras.
Saat diturunkan ke bumi, Adam dan Hawa terpisah. Hawa diturunkan di tempat Jeddah, Saudi Arabia. Kata Jeddah berarti nenek. Hawa ialah nenek seluruh umat manusia. Sementara itu, Adam diturunkan di tempat Hindustan. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah di dataran Arafah. Oleh karena itu, Jabal Rahmah kerap dijadikan simbol “cinta” oleh para peziarah. Perasaan senang begitu membuncah. Betapa tidak, sekian usang berpisah akhirnya bertemu jua. Hidup menjadi lebih bersemangat. Sekarang, keduanya bisa berkumpul lagi. Berjuang bersama lebih gampang daripada sendiri-sendiri. Bisa saling menjaga, dan saling menasihati.
Anak-anak Nabi Adam dan Hawa
Adam dan Hawa hidup bersama lagi. Mereka ialah pasangan suami-istri pertama. Keduanya beranak-pinak. Setiap kelahiran selalu kembar, pria dan perempuan. Persalinan pertama, lahirlah Qabil dan Iklima. Lalu, persalinan kedua, lahirlah Habil dan Labuda. Adam dan Hawa sangat bahagia. Kehangatan keluarga semakin bertambah. Semua ini berkat kehadiran anak-anak. Anak-anak menumbuhkan harapan. Ada penerus perjuangan. Selanjutnya, bawah umur berketurunan lagi. Mereka melahirkan cucu dan seterusnya. Jumlah keturunan Adam terus bertambah. Semakin usang semakin banyak.Qabil, Habil, Iklima, dan Labuda beranjak remaja.Mereka tumbuh di bawah asuhan orang tua. Sifat-sifat mereka mulai kelihatan. Qabil berperangai kasar, sedangkan Habil berperangai santun. Iklima tumbuh menjadi gadis yang cantik, sedang Labuda biasa-biasa saja. Tugas-tugas Adam dan Hawa mulai berkurang. Anak-anak mereka sudah bisa diandalkan. Labuda dan Iklima membantu urusan rumah tangga, sedangkan Qabil dan Habil menekuni bidang pertanian, sedangkan Habil di bidang peternakan.
Dosa Anak Nabi Adam
Ketentuan itu kemudian disampaikan. Adam berharap putra-putrinya tak keberatan alasannya ini merupakan ketentuan Allah. Tak boleh ada yang menolak. Semua pihak harus setuju. Demikian, Adam memberi penegasan. Tak disangka, Qabil menolak ketentuan itu. Ia bersikeras untuk menikah dengan Iklima, adik kembarnya. Iklima memang gadis yang cantik. Qabil sangat tertarik. Dengan kata lain, Qabil menolak dinikahkan dengan Labuda. Alasannya, Labuda tidak cantik. Qabil merasa lebih berhak untuk menikahi Iklima. Toh, Iklima ialah adiknya sendiri. Qabil tidak rela jika Iklima dinikahi Habil.
Qabil bersikukuh. Tegas-tegas, ia menolak dinikahkan dengan Iklima. Melihat gelagat kurang baik ini, Adam berusaha mencari jalan keluar. Jalan keluar yang disepakati oleh semua pihak. Tidak boleh ada pihak yang dikecewakan. Perselisihan harus dihindarkan. Sebab, perselisihan akan mengusik ketenangan.
Akhirnya, Adam mendapatkan jalan keluar. Menurut Adam, problem jodoh harus diserahkan kepada Allah. Apa pun keputusan-Nya, semua harus pasrah. Adam mengusulkan semoga Qabil dan Habil berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ia berhak menikahi si cantik, Iklima. Qabil dan Habil setuju. Mereka sepakat, yang menang itulah yang berhak mendapatkan Iklima. Kemudian, masing-masing mempersiapkan diri. Qabil semakin rajin. Setiap hari, ia mengurus ladangnya. Habil juga tak mau kalah. Ia bertambah giat. Setiap hari, ia menggembalakan ternak-ternaknya.
Hari yang ditentukan pun tiba. Qabil bergegas menuju ladang. Ladang gandumnya sangat lebat. Hasil jerih payahnya selama ini. Timbullah sifat kikir dalam hati Qabil. Ia memilih-milih gandum yang akan dijadikan kurban. Ia sengaja menentukan gandum yang kurang baik. Setelah karung terisi, Qabil membawanya ke sebuah bukit. Gandum itu kemudian diletakkan di atas bukit itu. Di tempat yang berbeda, Habil juga sedang sibuk. Ia berjalan ke sana kemari. Memilih-milih kambing yang paling baik. kambing yang paling gemuk dan sehat. Setelah di dapat, Habil membawanya ke bukit yang sama.
Qabil dan Habil sudah meletakkan kurbannya. Dari tempat yang jauh, mereka memandangi bukit itu. Mata mereka terus tertuju ke arah bukit. Anggota keluarga yang lain juga turut menyaksikan. Hati mereka berdebar-debar. Kurban siapa gerangan yang akan diterima?
Selang beberapa saat, terlihat api besar turun dari langit. Api itu kemudian menyambar kambing. Habil bersyukur, kurbannya diterima. Dalam tempo singkat kambing Habil pun lenyap. Si jago merah melalapnya. Sementara itu, gandum Qabil masih utuh. Sedikit pun tidak berkurang. Walhasil, Habil menjadi pemenang. Kurbannya diterima. Sesuai dengan kesepakatan, ia berhak mempersunting si anggun Iklima. Hati Habil berbunga-bunga, Ia sangat bahagia. Lain halnya dengan sang kakak. Qabil merasa sangat kecewa. Kurbannya tak diterima, Ia gagal menikahi Iklima.
Qabil tidak bisa menolak. Dengan perasaan kecewa, Ia mendapatkan keputusan Habil dinikahkan dengan Iklima. Qabil benar-benar kecewa, harapannya pupus. Dia tak bisa menikah dengan Iklima. Kekecewaannya semakin menjadi-jadi. Lambat laun tumbuhlah perasaan dengki. Dengki melahirkan dendam. Dendam memunculkan niat jahat. Akhirnya, Qabil bertekad menghabisi Habil.
Pembunuhan Pertama di Dunia
Suatu ketika, Adam hendak bepergian. Sebelum berangkat, Adam memberikan amanat kepada Qabil untuk menjaga semua anggota keluarga. Kerukunan harus dipelihara. Qabil mengangguk-angguk. Ia berjanji untuk menjalankan amanat itu dengan sebaik-baiknya. Dalam hati, Qabil tertawa. Ia merasa senang. Senang bukan karena menerima kepercayaan dari sang ayah. Tetapi, ia merasa menerima kesempatan. Ya, kesempatan untuk membalas dendam.Adam berangkat dengan hati tenang. Dengan sepenuh hati, ia percaya kepada Qabil. Bagaimanapun Qabil ialah anak sulung. Qabil yang dituakan. Tak usang sesudah Adam berangkat, Qabil bersiap-siap. Ia akan menyatroni peternakan. Sesampainya di sana, Qabil segera menghampiri Habil.
"Aku tiba untuk membunuh kau!" Qabil menghardik penuh kebencian.
"Apa salah saya? Mengapa abang hendak membunuh saya?"
"Karena kamu telah merampas harapanku. Kau telah merebut Iklima."
"Allah yang menentukan. Saya hanya berusaha."
"Saya juga berusaha!" hardik Qabil.
"Ketahuilah kakak, Allah hanya mendapatkan kurban dari orang berhati tulus. Orang yang berhati ikhlas akan menentukan kurban yang paling baik. Kenapa abang menentukan gandum yang busuk. Jelas saja, kurban abang tidak diterima."
"Sudahlah! Kau jangan nyerocos! Tidak usah repot-repot memberi nasihat. Aku tetap akan membunuh kau!" kata Qabil berang.
"Bukannya abang juga telah oke dengan penyelesaian menyerupai itu? Sadarlah, Kak. Kakak jangan terperdaya oleh setan. Ingat, setan ialah musuh kita. Setan yang telah mengakibatkan ayahanda dan ibunda keluar dari surga. Berpikirlah sebelum bertindak, jangan hingga abang menyesal kelak."
"Diam! Aku akan membunuh kau!"
"Jika abang bersikeras, saya tidak akan membalas. Saya takut kepada Allah. Saya tidak akan melaksanakan perbuatan zalim. Semua saya serahkan kepada Allah."
Masuk pendengaran kiri, keluar pendengaran kanan. Nasihat Habil sama sekali tak ada artinya. Yang terjadi malah Qabil semakin marah. Dendam semakin tak tertahan. Rasanya, ia ingin segera menghabisi nyawa adiknya itu. Iblis tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia terus-menerus membisikkan kejahatan. Sebenarnya, Qabil sendiri kebingungan. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Belum terpikirkan bagaimana membunuh habil.
Saat Qabil kebingungan, Iblis menjelma. Di hadapan Qabil, Iblis mencontohkan. Iblis menghantam kepala seekor burung dengan batu. Darah segar muncrat. Kepala burung itu pecah. Sesaat burung itu menggelepar-gelepar, kemudian mati. Qabil menerima ide. Sekarang, ia tahu apa yang harus dilakukan. Tinggal menunggu ketika yang tepat. Saat itu, Habil sedang terlelap tidur. Qabil berjalan. Ia menghampiri sang adik. Batu besar menghantam kepala Habil. Saking kerasnya hantaman watu besar, tak usang kemudian Habil menghembuskan napas terakhir. Peristiwa ini merupakan pembunuhan yang pertama kali dilakukan insan di bumi ini.
Belajar dari Burung Gagak
Bingung. Demikian, yang dialami Qabil sesudah membunuh sang adik. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Mayat Habil usang tergeletak. Sampai-sampai, mengeluarkan amis busuk. Qabil hanya bisa mondar-mandir. Beberapa usang kemudian, datanglah dua ekor burung gagak. Kedua burung ini berkelahi. Salah satunya, kemudian mati. Lalu, si pemenang menggali tanah dengan cakarnya. Setelah cukup, bangkai burung gagak itu dimasukkan. Bangkai burung gagak itu dikuburkan ke dalam lubang. Melihat kejadian itu, Qabil termenung. Ia gres menyadari kedunguannya."Bodoh sekali saya ini! Masa saya kalah pandai sama burung gagak itu," gerutunya.
Burung gagak telah mengajari Qabil. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh Qabil. Sebuah lubang digali. Setelah cukup dalam, ia memasukkan jenazah Habil ke dalamnya.
Beberapa hari kemudian, Adam pulang. Ia ingin segera bertemu dengan keluarganya. Terbayang keluarganya hidup rukun. Tak ada perselisihan. Sampai di rumah, Adam beristirahat sejenak. Anggota keluarga berkumpul di dekatnya. Usai melepas lelah, Adam menanyakan perihal Habil. Dari tadi Habil tak kelihatan. "Dimana Habil?" tanyanya.
"Saya tidak tahu."
"Kamu yang diberi amanat untuk menjaga semua anggota keluarga, kan? Ke mana Habil?"
"Saya tidak tahu. Saya nggak mungkin menjaga Habil setiap saat." jawab Qabil ketus.
Pasti telah terjadi sesuatu, pikir Adam. Tapi, ke mana gerangan harus mencari Habil? Akhirnya, Adam pun tahu. Habil telah dibunuh. Pelakunya siapa lagi jika bukan Qabil. Adam sangat berduka. Terbayang bagaimana Habil dianiaya. Tega nian sang kakak. Disuruh menjaga, malah membunuh. Gara-gara dengki, relasi keluarga jadi rusak. Seorang abang bahkan tega membunuh adik kandungnya sendiri. Sungguh menyedihkan. Setan telah memanfaatkan kesempatan. Adam hanya berserah diri kepada Allah. Semua ia terima sebagai kehendak-Nya. Kepedihan ia hadapi dengan kesabaran. Bahkan, ia tetap memohonkan ampunan untuk anaknya, Qabil.
Nabi Adam Wafat
Nabi Adam terus berdakwah di kalangan anak cucunya, mengajak mereka mengamalkan pedoman Allah untuk menyembah-Nya, berbuat baik kepada sesama, jujur, dan saling menolong. Dalam riwayat, Nabi Adam wafat dalam usia seribu tahun sesudah sebelumnya menderita sakit selama 11 hari. Setahun kemudian Hawa meninggal. Sebagian riwayat menyatakan Nabi Adam dimakamkan di kota Mekah dan Hawa dimakamkan di kota Jedah.Demikianlah uraian wacana Kisah Nabi Adam AS: Tercipta hingga Wafat, semoga bermanfaat.
Referensi:
- Alfarisi, M Zaka. 2007. Kisah Seru 25 Nabi & Rasul. Bandung: Mizan.