Saat ada persoalan dan rasanya kepala ingin ‘meledak’ bukan nggak mungkin emosi pun menguasai diri ini. Ketika orang bau tanah emosi berat, kadang anak pun dijadikan pelampiasan emosi Ayah atau Bundanya. Hiks.
Saat anak jadi pelampiasan emosi orang tua, bekerjsama lebih berbahaya lantaran anak nggak bisa meluapkan emosinya dengan baik, demikian disampaikan psikolog klinis, Christina Tedja. Nah, dampak fisik maupun psikologis pun bisa dirasakan anak yang jadi pelampiasan emosi orang tua.
“Belajar dari beberapa perkara lalu, serangan fisik tentunya sanggup memperlihatkan potensi kerusakan anggota tubuh. Sedangkan secara psikologis tentunya tak selalu tampak kasat mata, namun memengaruhi seluruh proses kehidupan anak ke depan,” papar psikolog yang bersahabat disapa Tina ini ketika ngobrol dengan HaiBunda.
Tina menjelaskan risiko ini bisa ditanggulangi jikalau anak mendapat pendampingan yang baik dalam melihat dan mengevaluasi insiden yang ia alami. Tujuannya, biar pengalaman itu tak jadi syok yang membekas di benak anak. Lalu apakah anak bisa sembuh dari traumanya? Tina bilang ini tergantung masing-masing anak dan bagaimana cara mereka memandang masalah. Selian itu, kemampuan anak dalam menyikapi pengalaman yang ia alami juga berpengaruh, Bun.
“Sebenarnya tidak ada yang bisa prediksi dampak spesifik pada anak akan jadi ibarat apa. Hanya saja yang paling gampang ditangkap anak pada dasarnya yaitu pola untuk melaksanakan kekerasan, perasaan takut yang di kemudian hari sanggup menjadikan perasaan rendah diri dan cemas atau pola korelasi interpersonal yang negatif,” imbuh psikolog yang praktik di Ciputra Medical Center, Lotte Shoping Avenue.
Ini pelajaran banget buat kita sebagai orang bau tanah ya, Bun. Apapun perlakukan dan perilaku kita pada anak sangat memengaruhi masa depannya. Memang emosi bisa tak terbendung, tapi sebagai orang bau tanah yuk mencar ilmu menyalurkan emosi lewat cara lain, bukan dengan melampiaskannya pada anak sehingga anak jadi korbannya.
Sumber: haibunda.com
Sumber https://www.go-dok.comm