Friday, May 4, 2018

√ Delapan Dirham Rasulullah


Rasulullah pagi itu sibuk memperhatikan bajunya dengan cermat. baju satu-satunya dan itupun ternyata sudah usang. baju yang setia menutup aurat beliau. meringankan tubuh dia dari terik matahari dan dinginnya udara. Baju yang tidak pernah beristirahat.

Tetapi dia tak memiliki uang sepeser pun. Dengan apa dia harus membeli baju? Padahal baju yang ada sudah waktunya diganti. Rasulullah bahu-membahu sanggup saja menjadi kaya mendadak, bahkan terkaya di dunia ini. Tapi sayang, dia tak mau mempergunakan akomodasi itu. Jika dia mau, Allah dalam sekejap bisa mengubah gunung dan pasir menjadi butir-butir emas yang berharga. Beliau tak sudi berbuat demikian lantaran kasihnya kepada para fakir yang papa. Siapakah yang akan menjadi teladan kalau bukan beliau..? Contoh untuk menahan derita, menahan lapar dan dahaga, menahan segala coba dan uji Allah dengan kesabaran. Selalu mensyukuri nikmat Allah berapa pun besarnya. Siapa lagi kalau bukan dia yang menyertai umatnya dalam menjalani iradat yang telah ditentukan Allah. Yaitu kehidupan dalam jurang kedukaan dan kemiskinan. Siapa pula yang harus menghibur mereka semoga selalu bersabar dan rela dengan yang ada selain beliau? Juga siapa pula yang harus menanamkan keyakinan akan pahala Allah kelak di alam abadi kalau bukan beliau?


Yah,...hanya beliaulah yang bisa menjalankan banyak sekali hal diatas. benar,...beliaulah satu-satunya insan yang mendapatkan amanat dari Allah untuk semua umat manusia. Tugas yang lebih murni dan mulia daripada intan berlian serta butiran emas yang lain. Lebih halus dari sutera serta lebih indah dari segala keindahan yang dikenal insan di dunia ini. lebih megah dari segala kedudukan dan derajad kehidupan insan yang katanya sudah megah.

"Semua itu hanyalah merupakan kesenangan dunia sedang di sisi Allah yang paling baik dan sebaik-baik kawasan kembali"

Perjuangan itu tidak mudah. bahkan sangat berat bagi beliau. Menegakkan yang hak hanya sanggup dicapai dengan penuh keimanan dan kekuatan. sabar dalam menghadapi setiap malapetaka yang menimpa, bersyukur yang dilakukan dengan hati bersih. dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam sedih maupun suka, bersyukur dan keimanan harus selalu menyertai. Itulah pokok risalah yang dibawa Rasulullah saw.

Allah Maha Bijaksana, tidak akan membiarkan hamba-Nya terkasih kebingungan. Rasulullah diberinya rezeki sebanyak delapan dirham. Bergegas dia melangkah ke pasar. Tentunya kita maklum. uang sekian itu sanggup dibelikan apa. Apakah cukup untuk membeli makan, minum, serta pakaian epilog badan? Oleh alasannya ialah itu, bergembiralah hai para fakir dan miskin! Nabi kita, Muhammad saw telah memperlihatkan teladan begitu jelas. Nabi yang kita cintai, hamba kesayangan Allah pergi ke pasar dengan uang sedikit ibarat yang kita miliki. Tetapi nabi kita ini, hamba Allah yang di bumi berjulukan Ahmad, sedang dari langit berjulukan Muhammad dengan ridha pergi ke pasar berbekal uang delapan dirham untuk berbelanja. Manusia penuh nur dan inayah Allah yang dilahirkan di makkah. meskipun dia miskin, dia senang sekali hidup. dia belum ingin mati meski kemiskinan menjerat setiap hari.

Di tengah perjalanan menuju pasar, dia menemukan seorang perempuan yang menangis. Ternyata perempuan yang kehilangan uang. Segera dia memperlihatkan uangnya sebanyak dua dirham. Beliau berhenti sejenak untuk menenangkan perempuan itu.
Rasulullah bergegas menuju ke pasar yang semakin ramai. Sepanjang lorong pasar banyak sekali masyarakat yang menegur dia dengan hormat. Selalu menjawab dan memperlihatkan salam yang mengingatkan akan kebesaran Allah semata. Beliau pribadi menuju kawasan di mana ada barang yang diperlukannya. Dibelinya sepasang baju dengan harga empat dirham. dia segera pulang.

Di perjalanan dia bertemu dengan seorang renta yang telanjang. Orang tersebut dengan iba memohon sepotong baju untuk dipakainya. Rasulullah yang memang pengasih itu tidak tahan melihat. Langsung diberikannya baju yang gres dibeli. Beliau kembali ke pasar utnuk membeli baju lagi seharga dua dirham. Tentu saja lebih bernafsu dan buruk kualitasnya daripada yang empat dirham. dengan besar hati dia pulang membawa bajunya.
Langkahnya dipercepat lantaran sengatan matahari yang semakin terik. Juga angin malam yang telah mulai berhembus pelan-pelan. Beliau tidak ingin kemalaman di jalan. Tak lama dia melangkah ke luar pasar, ditemuinya lagi perempuan yang menangis tadi. Wanita itu kelihatan resah dan sangat gelisah. Rasulullah saw mendekat dan bertanya mengapa. Wanita itu ternyata ketakutan untuk pulang. Dia telah terlambat dari batas waktu, dan takut dimarahi majikannya kalau pulang nanti. Rasulullah saw pribadi menyatakan akan mengantarkannya.

Wanita itu berjalan yang diikuti Rasulullah saw dari belakang. Hatinya damai lantaran Rasulullah saw niscaya akan melindungi dirinya. Dia yakin majikannya akan memaafkan, lantaran kepulangan yang diantarkan oleh insan paling mulia di dunia ini. Bahkan mungkin akan berterima kasih lantaran pulang membawa kebaikan bersama dengan kedatangan nabi dan rasul mereka. Mereka terus berjalan hingga hingga ke perkampungan kaum Anshari. Kebetulan ketika itu yang ada hanyalah para isteri mereka.

"Assalamu'alaikum warahmatullah", sapa Rasulullah saw keras. Mereka semuanya membisu tak menjawab. Padahal mereka mendengar. Hati mereka diliputi kebahagiaan lantaran kedatangan Nabi. Mereka menganggap salam Rasulullah saw sebagai berkah dan ibarat lebaran saja. Mereka masih ingin mendengarnya lagi. Ketika tak terdengar jawaban, Rasulullah saw memberi salam lagi. Tetap tak terdengar jawaban. Rasulullah saw mengulang untuk yang ketiga kali dengan bunyi lantang, Assalamu'alaikum warahmatullah. Serentak mereka menjawab.

Rasulullah sangat heran dengan semua itu. Beliau menanyakan pada mereka apa sebabnya. Mereka mengatakan, " Tidak ya Rasulullah. Kami sudah mendengar semenjak tadi. Kami memang sengaja, kami ingin mendapatkan salam lebih banyak". Rasulullah melanjutkan, "Pembantumu ini terlambat pulang dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus mendapatkan hukuman, akulah yang akan menerimanya". Ucapan ini sangat mengejutkan mereka. Kasih sayang Nabi begitu murni, kebijaksanaan pekerti yang utama, yang indah tampak dihadapan mereka. Beliau menempuh perjalanan begitu panjang dan jauh hanya untuk mengantarkan seorang budak yang takut dimarahi majikannya. Lagipula hanya lantaran terlambat pulang. Bahkan memohonkan maaf baginya pula. Sehingga lantaran harunya, mereka berkata, "Kami memaafkan dan bahkan membebaskannya. Kedatangannya kemari bersama anda lantaran untuk mengharap ridha Allah semata". Budak itu tak terhingga rasa terima kasihnya. Bersyukur atas karunia Allah swt dan kebebasannya lantaran dari Rasulullah saw.

Rasulullah saw pulang dengan hati gembira. Telah bebas satu perbudakan dengan mengharap ridha Allah swt sepenuhnya. Beliau juga tak lupa mendoakan para perempuan itu semoga mendapatkan berkah dari Allah swt. Semoga semua harta dan turunan serta semoga selalu tetap dalam keadaan keyakinan dan islam. Beliau sibuk memikirkan kejadian sehari tadi. Hari yang penuh berkah dan karunia Allah swt semata. Akhirnya dia berujar dengan, "Belum pernah kutemui berkah angka delapan sebagaimana hari ini. Delapan dirham yang bisa mengamankan seseorang dari ketakutan, dua orang yang membutuhkan serta memerdekakan seorang budak". Bagi seseorang muslim yang memperlihatkan pakaian pada saudara sesama muslim, Allah akan memelihara selama pakaian itu masih melekat.

Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia.

Sumber http://arief-ardiansyah.blogspot.com