Friday, October 20, 2017

√ Wacana Nirwana (2)


Inilah. Jika anda bertanya wacana hari penambahan, hari kunjungan kepada Allah Al-Aziz Al-Hamid dan melihat Wajah-Nya yang higienis dari peumpamaan, maka ibarat anda melihat matahari di siang bolong dan rembulan pada ketika purnama sebagaimana disabdakan orang yang paling benar ucapannya. Itu semua ada dalam buku-buku hadist yang shahih, sunan-sunan dan musnad. Diantaranya yakni hadist riwayat Jarir, shuhaib, Anas, Abu Hurairah, Abu Musa dan Abu sa'id. Coba dengarkan ketika penyeru memanggil, "Wahai sekalian penghuni surga, sesungguhnya Rabb kalian meminta kalian berkunjung kepada-Nya, maka mari kita berkunjung kepada-Nya!" penghuni nirwana menjawab, "Kami dengar dan patuh." Kemudian mereka segera bangun untuk berkunjung kepada-Nya. Mereka terkejut tiba-tiba unta telah disiapkan untuk mereka. Lalu mereka naik ke atas unta tersebut dan berjalan dengan cepat sampai berhenti di lembah yang harum yang dijadikan kawasan untuk berkumpul. Mereka berkumpul di lembah tersebut. Tidak ada satupun malaikat yang meninggalkan mereka sendirian. Rabb Tabaraka wa Ta'ala meminta kursi-Nya diambil kemudian dingklik tersebut ditempatkan di lembah tersebut. Dan bagi mereka disiapkan mimbar dari cahaya, mutiara lu'lu', mutiara zabarjad, emas dan perak. Penghuni nirwana yang paing rendah kelas dan bahwasanya tidak ada yang paling rendah kelasnya, duduk diatas bukit pasir dari kesturi. Mereka tidak pernah melihat ada orang yang memiliki dingklik seindah dingklik mereka. Hingga ketika mereka telah duduk di kursinya masing-masing dan kawasan mereka aman, penyeru memanggil, "Wahai penghuni surga, sesungguhnya kalian memiliki komitmen disisi Allah yang hendak Allah berikan kepada kalian." Mereka berkata, "Janji apa yang dimaksud? Bukankah Allah telah menciptakan wajah kami putih, memperberat timbangan kami, memasukkan kami ke dalam nirwana dan menjauhkan kami dari neraka?" Ketika mereka dalam keadaan sperti itu, tiba-tiba sinar memancar. nirwana bercahaya alasannya sinar tersebut. Mereka mengangkat kepalanya ternyata Allah Al-Jabbar Yang Mahamulia dan suci asma'-Nya melihat mereka dari atas mereka dan berfirman, "Wahai penghuni surga, salam sejahtera untuk kalian." salam tersebut, mereka jawab dengan bunyi mereka yang paling merdu, "Ya Allah, Engkau yakni kesejahteraan dan dari Engkaulah kesejahteraan itu. Engkau Mahamulia, Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kebesaran." Lalu Allah Tabaraka wa Ta'ala menampakkan Diri kepada mereka dan tertawa kepada mereka dan berfirman, "Wahai penghuni surga!" Pertama kali yang mereka dengar dari Allah adalah, "Mana hamba-hamba-Ku yang taat kepada-Ku tanpa melihat-Ku. Inilah hari penambahan itu!" Mereka bersepakat terhadap terhadap satu kalimat, "Kami telah ridha, maka ridhailah kami!" Allah berfirman, "Wahai penghuni surga, jikalau Aku tidak ridha kepada kalian, maka saya tidak menempatkan kalian ke dalam surga-Ku. Ini yakni hari penambahan, maka mintalah apa saja kepada-Ku!" Mereka bersepakat terhadap satu permintaan, "Perlihatkan Wajah-Mu supaya kami sanggup melihat-Nya!" Kemudian tirai dibuka dan Allah terlihat oleh mereka. Cahaya Allah menutupi mereka. sekiranya Allah memutuskan mereka terbakar, maka mereka niscaya terbakar. semua yang ada dalam lembah tersebut berbicara dengan Allah sampai Allah berkata, "Hai Fulan, ingatkah engkau bah8a pada suatu hari engkau melaksanakan ini dan itu?" Allah Ta'ala juga menyebutkan beberapa pelanggaran yang telah dikerjakannya. Kata orang tersebut, "Wahai Tuhanku, apakah Engkau tidak memberi ampunan kepadaku?" Firman Allah, "Justru alasannya ampunan-Ku, engkau datang di tempatmu ini"

Duhai, betapa nikmatnya indera pendengaran mendengar bunyi tersebut. Betapa sejuknya mata melihat Wajah Allah Yang Mahamulia di negeri akhirat. Dan alangkah ruginya orang-orang yang kembali dengan membawa kerugian.

"Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat. Dan wajah-wajah (orang-orang kafir) pada hari itu muram. Mereka yakin akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat" (Al-Qiyamah: 22-25)

seorang penyair berkata,

"Mari kita menuju nirwana Aden
karena ia yakni kawasan tinggal kita yang pertama
dan dalamnya terdapat kemah-kemah
namun tragisnya kita tertawa oleh musuh
duhai, dapatkah suatu ketika kita pulang ke tanah air kita dengan selamat"

Sumber http://campusnancy.blogspot.com