Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan alat-alat laboratorium, sifat masing-masing materi harus diketahui sebelum melaksanakan penyimpanan, seperti:
1. Bahan yang sanggup bereaksi dengan plastic sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
2. Bahan yang sanggup bereaksi dengan beling sebaiknya disimpan dalam botol plastic.
3. Bahan yang sanggup berubah apabila terkena matahari pribadi harus disimpan daam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
4. Bahan yang tidak gampang rusak oleh cahaya matahari secara pribadi sanggup disimpan dalam botol berwarna bening.
5. Bahan berbahaya dan materi korosif sebaiknya disimpan terpisah dari materi lainnya.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik masing-masing bahan.
7. Sebaiknya materi disimpan dalam botol induk yang berukuran besar. Pengambilan materi kimia dari botol secukupnya saja sesuai kebutuhan, dan sisa materi praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan dikembalikan ke dalam botol induk, bertujuan untuk menghindari rusaknya materi dalam botol induk.
Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
1. Bahan gampang terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang sanggup terbakar sendiri, terbakar kalau terkena udara, terkena benda panas, terkena api, atau kalau bercampur dengan materi kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) akan terbakar sendiri kalau terkena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api sanggup menyalakan majemuk gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic sanggup dibagi menjadi 3 golongan:
a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, contohnya karbon disulfide (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6), aseton (CH3COCH3).
b. Cairan yang sanggup terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, contohnya etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).
c. Cairan yang sanggup terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, contohnya kerosin (minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
· Temperatur hambar dan berventilasi,
· Tersedia alat pemadam kebakaran,
· Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.
2. Bahan gampang meledak
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi ancaman “explosive“ (E) sanggup meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Contoh materi kimia gampang meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT. Hal-hal yang sanggup mengakibatkan ledakan adalah:
a. Karena ada udara cair. Udara sanggup meledak kalau dicampur dengan unsur-unsur pereduksi dan hidrokarbon
b. Karena ada gas-gas
c. Karena ada debu. Debu padat dari materi gampang terbakar bercampur dengan udara sanggup menimbulkan ledakan dahsyat
d. Karena adanya pelarut gampang terbakar.
e. Karena ada peroksida.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan hambar dan berventilasi
Ø Jauhkan dari panas dan api
Ø Hindarkan dari tabrakan atau tumbukan mekanis
Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada waktu melaksanakan percobaan adalah:
· Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
· Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
· Klorat dengan asam sulfat
· Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
· Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
· Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
· Nitrat dengan eter
· Halogen dengan amoniak
· Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
· Merkuri oksida (HgO) dengan belerang (S)
3. Bahan beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi ancaman “very toxic (T+)” dan “toxic (F)” sanggup mengakibatkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan final hidup pada konsentrasi sangat rendah kalau masuk ke badan melalui inhalasi, melalui ekspresi (ingestion), atau kontak dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene, atripin, sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, dan gas karbon monoksida (CO) dari anutan gas.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan hambar dan berventilasi
Ø Jauh dari ancaman kebakaran
Ø Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
Ø Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
Ø Kran dari akses gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat kalau tidak sedang dipergunakan
4. Bahan korosif
Bahan dan formulasi dengan notasi “corrosive (C)” ialah merusak jaringan hidup. Contoh asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini sanggup merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan hambar dan berventilasi
Ø Wadah tertutup dan beretiket
Ø Dipisahkan dari zat-zat beracun
5. Bahan Oksidator
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi ancaman ”oxidizing (O)“ biasanya tidak gampang terbakar. Tetapi bila kontak dengan materi gampang sanggup menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida. Contoh: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan Iodin yang gampang bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu).
Syarat penyimpanan:
Ø Temperatur ruangan hambar dan berventilasi
Ø Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
Ø Jauhkan dari bahan-bahan cairan gampang terbakar atau reduktor
6. Bahan reaktif terhadap air
Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan:
Ø Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
Ø Jauh dari sumber nyala api atau panas
Ø Bangunan kedap air
Ø Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)
7. Bahan reaktif terhadap asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang gampang terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan hambar dan berventilasi
Ø Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
Ø Ruangan penyimpan perlu didesain semoga tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong hydrogen
Ø Disediakan alat pelindung diri ibarat kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
8. Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
Ø Disimpan dalam keadaan tegak bangun dan terikat
Ø Ruangan hambar dan tidak terkena pribadi sinar matahari
Ø Jauh dari api dan panas
Ø Jauh dari materi korosif yang sanggup merusak kran dan katub-katub
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan ialah lamanya waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida kalau kontak dengan udara dan cahaya. Semakin usang disimpan akan semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran ialah zat yang sering menimbulkan ancaman akhir terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter dilarang disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.
Penyimpanan materi harus memperhitungkan sumber kerusakan bahan. Sumber-sumber kerusakan yang disebabkan bahan-bahan kimia di dalam lingkungannya meliputi:
1. Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kontak dengan udara bebas sanggup mengakibatkan materi kimia bereaksi. Akibat reaksi materi kimia dengan udara bebas ibarat timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya materi kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta sanggup menimbulkan kecelakaan dan keracunan.
2. Cairan: air, asam, basa, cairan lainnya
Usahakan semua materi kimia dalam keadaan kering dan harus disimpan dalam daerah yang kering. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih jago dari air. Asam yang sifatnya gas ibarat asam klorida bersama udara akan gampang berpindah dari daerah asalnya. Cara yang paling baik ialah dengan mengisolir asam itu sendiri, contohnya menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari asam.
3. Suhu/temperatur
Pengaruh temperatur akan mengakibatkan terjadinya reaksi atau perubahan kimia dan sanggup mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi sanggup memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah juga menjadikan hal yang serupa.
4. Mekanik
Bahan-bahan kimia yang harus dahindari dari benturan maupun tekanan yang besar ialah materi kimia yang gampang meledak, ibarat ammonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT).
5. Cahaya/Sinar
Sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia. Seperti larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh lantaran itu untuk menyimpan larutan kalium permanganat dianjurkan memakai botol yang berwarna coklat.
6. Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga yang dikenal dengan “segitiga api”. Komponen itu ialah adanya materi bakar (bahan yang sanggup dibakar), adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen. Untuk menghindari terjadinya kebakaran salah satu dari komponen segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang gampang terbakar di daerah yang dingin, sehingga tidak gampang naik temperaturnya dan tidak gampang bermetamorfosis uap yang mencapai titik bakarnya.
7. Sifat materi kimia itu sendiri
Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat gampang bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia sanggup berjalan dari yang sangat lambat hingga ke yang spontan. Reaksi yang impulsif biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan sanggup terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat yang diteteskan pada adonan kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api.
Cawan petri atau awan Eko atau telepa Petri
Bahan pembuat = beling atau plastik
Kegunaan = untuk membiakkan sel. Kultur sel. Cawan petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya
Cara menggunakan = Beberapa jenis petri dish ada yang sanggup dipakai kembali sehabis kita sterilkan dengan Autoclave.
Pensterilan dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisma lain yang mungkin ada dalam cawan petri.
Setelah pensterilan dilakukan maka kita sanggup mengisi cawan petri dengan media semoga (alga merah) atau lainnya yang mengandung nutrisi, garam, darah, indikator, antibiotik dan lain lain yang membantu mempercepat pertumbuhan dari bekteri atau mikroorganisma lainnya.
Kemudian cawan petri yang mengandung semoga ini disimpan dalam kulkas dalam posisi terbalik dan sanggup dikeluarkan bila diperlukan.
Bila anda ingin mengeluarkannya dari kulkas biarkan hingga mencapai suhu kamar kemudian ambil sampel kuman atau mikroorganisme lainnya dan tuangkan pada media tersebut atau sanggup juga kita gunakan kapas kemudian secara zig-zag kita bilas secara perlahan-lahan supaya tidak merusak media.
Tutup cawan petri dengan penutupnya secara benar kemudian kita simpan pada suhu ruang sekitar 37°C dan memungkinkan untuk tumbuh selama beberapa hari. Setelah sel kultur tumbuh, ambillah sample dan gunakan media tersebut untuk studi lebih lanjut
Corong pisah
berupa corong yang potongan atasnya bundar dengan lubang pengisi terletak di sebelah atas,
bagian bawahnya berkatup.
Bahan pembuat = Terbuat dari kaca.
Kegunaan =Untuk memisahkan adonan larutan yang mempunyai kelarutan yang berbeda. Biasanya dipakai dalam proses ekstraksi.
Cara menggunakannya : campuran yang akan dipisahkan dimasukkan lewat lubang atas, katup dalam keadaan tertutup. Pegang tutup potongan atas, corong dipegang dengan asisten dan kiri dalam posisi horisontal, kocok semoga ekstraksi berlangsung dengan baik. Buka tutup potongan atas, keluarkan sudah larutan potongan bawah melalui katup secara pelan. Tutup kembali katup kalau larutan lapisan bawah keluar
Buret
berupa tabung beling bergaris dan mempunyai kran di ujungnya. Ukurannya mulai dari 5 dan 10
mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL dengan skala 0,05 mL.
Bahan pembuat = kaca
Kegunaan =mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya dipakai untuk titrasi.
Cara menggunakan =
Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara mengisinya :Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari potongan atas memakai corong gelas. Jangan mengisi buret dengan posisi potongan atasnya lebih tinggi dari mata kita. Turunkan buret dan statifnya ke lantai semoga kalau ada larutan yang tumpah dari corong tidak terpercik ke mata. Jangan hingga ada gelembung yang tertinggal di potongan bawah buret. Jika sudah tidak ada gelembung, tutup kran. Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, kemudian buka kran sedikit untuk mengatur cairan semoga sempurna pada skala nol.
Gelas Kimia (beaker)
berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari beling borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 oC. Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L.
Bahan pembuat = beling borosilikat
Kegunaan = mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan cairan,
Cara menggunakan = ZAT CAIR: Taruh zat cair ke dalam beaker kemudian ukur memakai garis yang terdapat di beaker.
BENDA PADAT dan BENDA PADAT YANG TIDAK BERATURA (batu): Isi beaker dengan air kemudian ukur. Setelah diisi air jatuh kan benda ke dalam beaker berisi air. Tambahkan volume air yang tak berisi benda dengan yang berisi benda lalu kurang kan volume air tanpa benda. Lihat hasilnya.
BENDA PADAT dan BENDA PADAT YANG TIDAK BERATURA (batu): Isi beaker dengan air kemudian ukur. Setelah diisi air jatuh kan benda ke dalam beaker berisi air. Tambahkan volume air yang tak berisi benda dengan yang berisi benda lalu kurang kan volume air tanpa benda. Lihat hasilnya.
- Zat terlarut ditimbang teliti ke dalam sebuah labu volumetri ( labu ukur ).
- Ditambahkan air suling.
- Campuran digoyang melingkar ( diolek ) untuk melarutkan zat terlarut
- Setelah ditambahkan air lagi, dipakai pipet tetes untuk menambahkan air dengan hati – hati hingga volume permukaan cairan sempurna berimpit dengan tanda lingkaran pada leher labu.
Labu disumbat dan kemudian dikocok semoga larutan seragam