Elysetiawan.com Penyimpangan Semu Hukum Mendel - 1 pada bidang peternakan berdasarkan teori
Dalam kondisi normal, persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan individu keturunan 3 : 1 atau 1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida menghasilkan individu keturunan 9 : 3 : 3 : 1.
Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel sanggup menghasilkan perbandingan individu yang tidak tepat. Pada persilangan dihibrida, sanggup dihasilkan perbandingan yang merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 yakni 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15 : 1. Meskipun demikian, perbandingan tersebut tetap mengikuti hukum Hukum Mendel. Oleh alasannya itu, hasil perbandingan tersebut dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel.
Penyimpangan tersebut terjadi alasannya adanya beberapa gen yang saling memengaruhi dalam menghasilkan fenotip. Meskipun demikian, perbandingan fenotip tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip Hukum Mendel. Penyimpangan semu Hukum Mendel tersebut meliputi: interaksi gen, kriptomeri, polimeri, epistasis-hipostasis, gen-gen komplementer, gen mayoritas rangkap dan gen penghambat.
a. Interaksi gen (Interaksi beberapa pasangan gen)
Penelitian wacana adanya interaksi gen ini ditemukan oleh William Bateson (1861-1926) dan R.C. Punnet. Pada interaksi gen ini, suatu sifat tidak ditentukan oleh satu gen tunggal pada autosom tetapi alel-alel dari gen yang berbeda sanggup berinteraksi atau saling memengaruhi dalam memunculkan sifat fenotip.
Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial (jengger), antara lain: jengger berbentuk ercis atau biji (pea) dengan genotip rrP-; jengger dengan belah atau tunggal (single) dengan genotip rrpp, jengger berbentuk mawar atau gerigi (rose) dengan genotip Rpp, dan jengger berbentuk sumpel (walnut), dengan genotip R-P-. Perhatikan Gambar 5.4.
Pada persilangan ayam berpial rose (mawar) dengan ayam berpial pea (biji), semua keturunan F1nya berpial walnut (sumpel). Agar lebih memahaminya, perhatikanlah diagram persilangan berikut.
Dari persilangan ayam berpial rose dan pea, dihasilkan fenotip gres yakni walnut atau sumpel. Apa yang menjadikan terbentuknya pial walnut? Pial walnut muncul alasannya interaksi 2 pasang alel (gen) yang dominan. Sementara itu, persilangan antara sesama ayam berpial walnut dihasilkan 4 macam pial yakni walnut, rose, pea, dan 1 pial yang gres yakni single dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pial tunggal terjadi alasannya adanya 2 pasang alel (gen) yang resesif
Sumber http://www.elysetiawan.comDalam kondisi normal, persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan individu keturunan 3 : 1 atau 1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida menghasilkan individu keturunan 9 : 3 : 3 : 1.
Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel sanggup menghasilkan perbandingan individu yang tidak tepat. Pada persilangan dihibrida, sanggup dihasilkan perbandingan yang merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 yakni 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15 : 1. Meskipun demikian, perbandingan tersebut tetap mengikuti hukum Hukum Mendel. Oleh alasannya itu, hasil perbandingan tersebut dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel.
Penyimpangan tersebut terjadi alasannya adanya beberapa gen yang saling memengaruhi dalam menghasilkan fenotip. Meskipun demikian, perbandingan fenotip tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip Hukum Mendel. Penyimpangan semu Hukum Mendel tersebut meliputi: interaksi gen, kriptomeri, polimeri, epistasis-hipostasis, gen-gen komplementer, gen mayoritas rangkap dan gen penghambat.
a. Interaksi gen (Interaksi beberapa pasangan gen)
Penelitian wacana adanya interaksi gen ini ditemukan oleh William Bateson (1861-1926) dan R.C. Punnet. Pada interaksi gen ini, suatu sifat tidak ditentukan oleh satu gen tunggal pada autosom tetapi alel-alel dari gen yang berbeda sanggup berinteraksi atau saling memengaruhi dalam memunculkan sifat fenotip.
Gambar 5.4 Empat macam pial ayam yang berbeda (a) Walnut (b) Pea, (c) Rose, dan (d) Single
Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial (jengger), antara lain: jengger berbentuk ercis atau biji (pea) dengan genotip rrP-; jengger dengan belah atau tunggal (single) dengan genotip rrpp, jengger berbentuk mawar atau gerigi (rose) dengan genotip Rpp, dan jengger berbentuk sumpel (walnut), dengan genotip R-P-. Perhatikan Gambar 5.4.
Pada persilangan ayam berpial rose (mawar) dengan ayam berpial pea (biji), semua keturunan F1nya berpial walnut (sumpel). Agar lebih memahaminya, perhatikanlah diagram persilangan berikut.
Dari persilangan ayam berpial rose dan pea, dihasilkan fenotip gres yakni walnut atau sumpel. Apa yang menjadikan terbentuknya pial walnut? Pial walnut muncul alasannya interaksi 2 pasang alel (gen) yang dominan. Sementara itu, persilangan antara sesama ayam berpial walnut dihasilkan 4 macam pial yakni walnut, rose, pea, dan 1 pial yang gres yakni single dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pial tunggal terjadi alasannya adanya 2 pasang alel (gen) yang resesif