Sunday, November 18, 2018

√ Insiden Rengasdengklok: Latar Belakang Dan Kronologis

Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang dan Kronologis - Rengasdengklok selalu jadi topipembicaraan terutama menjelang HUT Kemerdekaan Indonesia. Rengasdengklok bekerjsama ialah nama sebuah kota kecil di Jawa Barat. Rengasdengklok menjadi menarik lantaran menjadi bab dari sejarah Proklamasi Indonesia. Di kota inilah kedua pemimpin Bangsa Indonesia ditempatkan setelah melewati insiden "penculikan" oleh para cowok di Jakarta. Peristiwa itulah yang umum dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok, yang terjadi sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada kesempatan ini, kami akan menceritakan kembali seputar insiden Rengasdengklok. Uraiannya kami bagi menjadi dua bagian, yaitu latar belakang terjadinya insiden Rengasdengklok dan kronologis jalannya insiden itu, selamat membaca. 

Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang dan Kronologis 

 selalu jadi topipembicaraan terutama menjelang HUT Kemerdekaan Indonesia √ Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang dan Kronologis
Monumen Rengasdengklok

Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok merupakan insiden penting yang mendorong percepatan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian ini juga memperlihatkan konflik dan perbedaan pendapat antarkelompok, terutama golongan renta dan golongan muda dalam menentukan waktu proklamasi. Namun, konflik tersebut berakhir dengan perilaku saling menghargai di antara mereka. Tanpa kiprah golongan muda, Indonesia mungkin belum memproklamasikan secepat itu. Hal itu memperlihatkan bahwa para cowok Indonesia bisa merespon keadaan secara sigap. Para cowok pun tetap menghormati golongan tua, dengan tetap memerhatikan para tokoh yang perlu dihormati.

Para cowok beropini bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Menurut mereka, PPKI ialah buatan Jepang setelah mendengar Jepang mengalah kepada sekutu, Sutan Syahrir yang merupakan tokoh cowok segera menemui Moh. Hatta di kediamannya. Syahrir mendesak agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang sanggup disebut golongan renta belum bersedia. Mereka yakin bahwa bagaimanapun Indonesia tidak lagi tetap akan merdeka.

Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para cowok mengadakan pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah.

Pertemuan yang dipimpin Chairul Saleh tersebut tetapkan bahwa "kemerdekaan Indonesia ialah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak sanggup digantung-gantungkan pada orang atau kerajaan lain. Untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah sanggup merdeka, dan sudah tiba ketika merdeka, baik berdasarkan keadaan atau kodrat maupun histroris. Dan jalannya hanya satu, yaitu: dengan proklamasi kemerdekaan oleh bangsa Indonesia sendiri, lepas dari bangsa asing, bangsa apapun juga". Segala ikatan dan kekerabatan dengan kesepakatan kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya dibutuhkan diadakannya negosiasi dengan Soekarno dan Hatta semoga mereka diikutsertakan menyatakan Proklamasi mengingat perjuangan Sutan Syahrir belum berhasil.

Untuk memberikan hasil putusan Perundingan Pegangsaan ini kepada Soekarno, maka pada pukul 22.00 Wikana dan Darwis tiba ke rumah Sukarno di Pegangsaan Timur 56. Namun Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa Jepang masih berkuasa secara de facto. Soekarno bahkan mengingatkan bahwa musuh mereka bukan lagi Jepang, tetapi Belanda yang niscaya segera tiba setelah Jepang menyerah. Akhirnya pada pukul 24.00 para cowok meninggalkan kediaman Soekarno. Akibat perbedaan tersebut, maka terjadilah insiden Rengasdengklok.

Mereka eksklusif mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71 Jakarta (seperti Sukarni, Yusuf Kunto, Chairul Saleh, dan Shodanco Singgih). Rapat memutuskan, menyerupai diusulkan Djohar Nur, "Segera bertindak, Bung Karno dan Bung Hatta harus kita angkat dari rumah masing-masing" . Chaerul Saleh yang memimpin rapat, menegaskannya sebagai keputusan rapat dengan berkata, "Bung Karno dan Bung Hatta kita angkat saja. Selamatkan mereka dari tangan Jepang dan laksanakan Proklamasi tanggal 16 Agustus 1945." Rencana mengamankan Sukarno dan Moh. Hatta pun disepakati. Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan planning tersebut.

Kronologis Peristiwa Rengasdengklok

Pada dinihari sekitar pukul 03.00 itu terjadilah sepeti yang mereka rencanakan. Peristiwa ini kemudian populer sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Segera kelompok yang diberi kiprah mengamankan Soekarno melakukan tugasnya. Singgih meminta Bung Karno ikut kelompok Pemuda malam itu juga. Bung Karno tidak menolak keingingan para cowok dan minta semoga Fatmawati, Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) serta Moh. Hatta ikut serta. Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera menuju Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok dengan pengawalan tentara Peta dilakukan setelah makan sahur, lantaran waktu itu memang bulan Puasa.

Para cowok menentukan Rengasdengklok sebagai tempat membawa Soekarno dan Moh. Hatta dengan pertimbangan bahwa kawasan itu relatif aman. Hal itu lantaran ada Daidan Peta di Rengasdengklok yang hubungannya sangat baik dengan Daidan Jakarta. Para cowok menyadari Soekarno dan Moh. Hatta ialah tokoh penting sehingga keselamatannya harus dijaga. Jarak Rengasdengklok, sekitar 15 km dari Kedunggede, Kerawang. Sesampainya di Rengasdengklok, Sukarno dan Rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong. Beliau ialah seorang petani kecil keturunan Tionghoa yang merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan tersebut. Rumah Djiaw Kie Siong berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
 selalu jadi topipembicaraan terutama menjelang HUT Kemerdekaan Indonesia √ Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang dan Kronologis
Rumah Djiaw Kie Siong
Para cowok berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung Karno dan Bung Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Sukarno tetap pada pendiriannya. Soekarno tidak memenuhi ultimatum para cowok yang menginginkan proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus. Namun, para cowok inipun tidak memaksakan kehendak. Mereka mengamankan kedua tokoh itu semoga bisa berdiskusi secara lebih bebas, dan sedikit memperlihatkan tekanan tanpa bermaksud menyakiti kedua tokoh.

Pada 16 Agustus 1945 semestinya diadakan pertemuan PPKI di Jakarta, tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan kemudian Wekana terjadilah kesepakatan, Ahmad Subarjo diantara ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Subarjo berbicara kepada para cowok dan memperlihatkan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili para cowok melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta, maka berakhirlah Peristiwa Rengasdengklok.

Sekian uraian perihal Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang dan Kronologis, semoga bermanfaat.

Sumber http://www.ilmusiana.com