Desa Penglipuran merupakan salah satu desa yang ada di Bali dimana menjadi desa wsiata yang banyak dikunjungi para wisatawan. Desa Penglipuran ini berlokasi dikawasan Bangli tepatnya di Jalan Rambutan, Desa Penglipuran. Desa ini didapuk menjadi salah satu dari tiga desa terbersih di dunia, dengan luas desa 112 hektar yang terdiri dari 12 hektar area rumah penduduk, 49 hektar area lada dan 37 hektar area hutan bambu. Selain menjadi Desa terbersih, Desa Penglipuran juga menjadi salah satu Desa terindah di Indonesia. Tidak hanya suasana yang sejuk dan tenang di desa ini juga kau sanggup menemukan beberapa fakta seputaran desa Penglipuran, berikut ini faktanya
1. Menganut Falsafah Kalapatra
Photo via : http://www.bali-indonesia.com
Meskipun Desa Penglipuran sudah menjadi dasar konservasi mulai dari tahun 1980-an, Desa Penglipuran tetap menjaga tradisi serta budaya yang mereka miliki, namun mereka menganut falsafah Kalapatra. I Wayan Supat menyampaikan falsafah dari masayarakat sopan santun Penglipuran yang mana mereka tidak kaku untuk melihat budaya orang lain. Dalam kata lain, mereka tidak menyerupai desa sopan santun pada umumnya yang sering tertutup untuk mendapatkan budaya orang lain. Desa ini sangat terbuka serta orang-orang yang ada di dalamnya sanggup menikmati budaya orang lain. Dia juga menyampaikan bahwa ada sekitar 70 anak yang ketika ini sedang bekerja di luar negeri. Kebanyakan dari mereka yang bekerja di luar negeri sudah tidak menginginkan bekerja untuk menjadi petani. Tetapi ia yakin sehabis umut 50 tahun mereka yang tidak ingin menjadi petani akan kembali ke desa dan tetap menjadi petani.
2. Menganut Falsafah Tri Hita Karana
Photo via : http://blog.kura2guide.com
Tak hanya menunjung tinggi kerukunan dan kebersamaan antar warga, masyarakat Desa Penglipuran juga menjunjung tinggi falsafah hiup Tri Hita Karana. Dimana sebuah falsafah yang senantiasa menjaga keharmonisan dalam korelasi antar sesana manusia, insan dengan lingkungan dan insan dengan Tuhan. Meskipun banyak generasi penerus desa Penglipuran yang menempuh pendidikan formal hingga ke tingkat Universitas, namun mereka tetap diajarkan untuk selalu melestarikan tradisi yang diwariskan para leluhurnya.
3. Falsafah Tata Ruang Tri Mandala
class="adsbygoogle"
style="background:none;display:inline-block;width:300px;height:600px;max-width:100%;"
data-ad-client="ca-pub-9314037868717527"
data-ad-slot="3133381919"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
Photo via : https://www.vilondo.com
Selain falsafah Tri Hita Karana, Desa Penglipuran juga mempunyai falsafah Tri Mandala. Arti dari Tri yaitu tiga dan Mandala artinya zona, jadi Tri Mandala secara harfiah berarti tiga zona yang mana mempunyai tingkatan fungsi serta tingkat kesucian yang berbeda-beda. Secara makro Desa Penglipuran mempunyai orientasu Utara dan Selatan yang mana orientasi Utara merupakan paling tinggi. Dengan topografi yang melereng tersebut merupakan tempat ibadah dan merupakan zona utama yaitu Mandala, tempat ini kerap diyakini sebagai tanah Tuhan yang merupakan tempat untuk berdoa. Lalu merendah ke zona 9 hektar yang merupakan tempat pemukiman penduduk desa Penglipuran yaitu madya Mandala. Madya Mandala yakni ruangan insan dan yang paling bawah yakni tempat nista mandala nista yakni zona kuburan. Makara kesimpulannya konsep di perkarangan rumah masyarakat Penglipuran yaitu yang utama Mnadala tempat untuk pemujaan keluarga, madya Mandala yaitu rumah keluarga dan nisata Mandala itu biasanya toilet.
4. Larangan Poligami
Photo via : http://amazingbali2k16.blogspot.com/
Desa Penglipuran dengan tegas melarang poligami, kaum pria tidak diperkenankan mengangkat istri lebih dari satu. Jika mereka melanggar hukum adat, mereka tidak sanggup lagi tinggal bersama masyarakat di desa, melainkan diasingkan di Karang Memadu yang berada di selatan rumah penduduk. Sanksi sosial yang diberikan cukup berat, salah satunya tidak boleh bergabung melaksanakan upacara sopan santun dengan masyarakat, tidak boleh masuk Pura mana pun di Penglipuran, tidak boleh melintasi perempatan desa di bab utara dan dikucilkan oleh masyarakat. Karang Memadu ini tempat khusus bagi yang beristri lebih dari satu dan luas lahan yang disiapkan sekitar 921 meter. Tempat ini terpisah dengan tembok tinggi dengan terusan jalan sempit menuju lokasi. Selain itu, berdasarkan hukum pihak desa akan mengembangkan rumah sepetak untuk pasangan yang berpoligami di Karang Memadu. Laki-laki bersama istri-istri dan keturunannya hanya boleh tinggal disana.
5. Hutan Bambu Pelindung Desa
class="adsbygoogle"
style="background:none;display:inline-block;width:300px;height:250px;max-width:100%;"
data-ad-client="ca-pub-9314037868717527"
data-ad-slot="3892123021"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
Photo via : https://twitter.com/michaelturtle
Sebagian besar dari desa Penglipuran yaitu sekitar 40% atau 40 hektar dari jumlah luas wilayah desa sekitar 112 hektar merupakan hutan bambu. Hutan bambu ini memang sengaja dibiarkan tumbuh mengelilingi desa Penglipuran dan menjadi tempat resapan. Tak hanya itu saja, hutan bambu yang dibiarkan tumbuh ini juga menjadi manifestasi bahwa masyarakat sopan santun Penglipuran terus menjaga keseimbangan antara insan dengan alam.
6. Menginap Di Rumah Warga
Photo via : https://www.getaroom.com.au
Desa Penglipuran juga menyediakan penginapan untuk kau yang ingin berlama-lama di desa ini. Beberapa rumah penduduk juga telah dijadikan sebagai homestay yang sanggup dijadikan tempat menginap bagi para pengunjung. Pastinya akan banyak pengalaman unik yang sanggup kau dapatkan ketika menginap di rumah penduduk salah satunya menyicipi dan menyaksikan pembuatan makanan khas Desa Penglipuran. Selain itu, para tamu akan menemukan banyak budaya adiluhung masyarakat sopan santun desa yang mungkin tidak banyak orang tahu. Untuk menginap disini kau dikenakan biaya Rp. 500 ribu/ malam, harga ini sudah termasuk bermacam-macam kemudahan dan sarapan pagi.
7. Mata Pencaharian Desa Penglipuran
Photo via : http://luhsrioktaviani.blogspot.com/
Pada tahun 2002 sebanyak 426 orang dari Desa Penglipuran menuntaskan pendidikan SD-nya, sedangkan 91 orang mempunyai jenjang pendidikan hingga SMP, 156 orang menamatkan Sekolah Menengan Atas dan 68 orang menuntaskan pendidikannya hingga perguruan tinggi tinggi. Pekerjaan yang banyak dilakukan di Desa Penglipuran ini yaitu petani. Sebesar 140 orang bekerja sebagai petani, kemudian terbanyak kedua masyarakatnya bekerja menjadi pegawai swasta sedangkan sisanya terbagi antara PNS/ABRI, pedagang, peternak, pengerajin dan buruh.
8. Pernikahan Di Desa Penglipuran
Photo via : https://www.bridestory.com
Pernikahan dan jalinan garis keturunan bagi masyarakat Desa Penglipuran yakni sesuatu yang tenget sehingga sangat ditaati oleh seluruh masyarakat. Mayoritas penduduk Desa Penglipuran melaksanakan ijab kabul dengan sesama warga desa. Sehingga sebagian besar penduduk masih terikat korelasi darah satu sama lain. Jika terdapat pria dari Desa Penglipuran yang menikahi gadis dari keluarga diluar warga Penglipuran maka ia tetap melaksanakan kewajiban yang dimilikinya sebagai warga Desa Penglipuran.
Itu ia guys beberapa fakta menarik wacana Desa Penglipuran di Bali yang belum banyak diketahui. Makara kalau kalian ke Bali jangan hingga gak mampir ke Desa penglipuran ya!
Sumber http://blogunik.com