Kisah Nabi Hud as kali ini akan menceritakan bagaimana perjalanan dakwah Nabi Hud bagi kaumnya, yakni kaum 'Ad. Dalam Islam, Nabi Hud as merupakan nabi keempat yang wajib diyakini. Jika kita memperhatikan dengan teliti Semenanjung Arab, maka kita akan menemukan tempat gurun yang luas di bab timur. Itu yakni tempat Al Rub al Khali, daerah ini terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman. Wilayah ini kosong, tak ada gejala kehidupan. Di sana tak ada tumbuhan maupun air. Namun demikian, apakah tempat ini juga merupakan gurun ribuan tahun yang lalu? Jawabannya yakni tidak. Dahulu kala, tempat ini yakni tempat yang subur dan hijau. Para arkeolog telah menemukan puing-puing kota yang terkubur di bawah pasir. Kaum 'Ad tinggal di tempat itu pada masa prasejarah. Mereka termasuk suku Arab kuno. Sejarah tidak menyebutkan apa pun perihal mereka. Hanya Al-Qur'an yang telah menyebutkan mereka.
Mereka yakni para penyembah berhala, yang membuat berhala-berhala itu dengan tangan mereka, dan kemudian mereka menyembahnya. Mereka membangun kuil-kuil di atas bukit dan meletakkan berhala-berhala itu di sana. Kemudian mereka berkata, "Ini yakni yang kuasa kesuburan, sedang ini yang kuasa laut, dan yang ini yang kuasa tanah, serta ini yang kuasa perang." Dengan alasan tersebut, mereka menyembah berhala-berhala itu kalau mereka ditimpa kemalangan. Mereka berpikir bahwa dewa-dewa merekalah yang memperlihatkan nikmat itu semua. Karenanya, mereka sangat berpegang teguh pada dewa-dewa mereka tersebut.
Mereka menindas orang-orang yang tak berdosa, dan menghukum keras orang-orang yang tidak mengikuti keyakinan dan cara hidup mereka. Orang-orang bajik di antara mereka menjadi takut. Mereka yakni kaum minoritas yang lemah. Kaum kaya mempunyai perawakan yang besar lengan berkuasa dan tinggi, namun hati mereka sekeras batu. Nabi Hud as. tinggal di tempat ini pada masa itu.
Pada masa itu, kaum 'Ad telah bisa membangun kota terbesar di dunia. Kota itu yakni Iram. Sebuah kota yang tak tertandingi kota-kota lainnya. Iram penuh dengan istana-istana dan taman-taman. Shaddad, seorang penyembah berhala, yang telah memerintahkan untuk membangun kota tersebut. Ia menginginkan kota tersebut menjadi sebuah taman untuk ditinggali. Ia mengira bahwa ia tak akan pernah mati, alasannya yakni ia sangat kuat.
Orang-orang bajik mengimani risalah yang dibawah Hud as. tersebut, tetapi mereka hanyalah segelintir orang saja. Kaum besar lengan berkuasa dan sombong mengejek Hud as. Mereka mengejek risalah beliau, dan menyampaikan bahwa dia yakni seorang yang tolol dan gila. Mereka pun menyakiti dan mengancam beliau. Namun, Hud as. terus menyeru orang-orang untuk beriman kepada Allah. Beliau selalu menasihati mereka. Beliau juga mengingatkan mereka akan rahmat dan kemurahan Allah. Tetapi semua usahanya sia-sia belaka.
Mereka berpikir bahwa para yang kuasa merekalah yang melimpahkan rahmat pada mereka, mengakibatkan turunnya hujan, tumbuhnya rerumputan, dan bertambahnya ternak mereka. Sehingga, mereka berkata, "Hud memang gila. Dewa-dewa akan mengutuknya!" Mereka juga hendak menakut-nakuti Hud as. dengan azab para yang kuasa mereka, alasannya yakni itu mereka berkata padanya, "Jika kamu terus mengajak kami untuk mengimani Tuhanmu, maka dewa-dewa kami akan menghukummu!" Namun, Nabi Hud as. menghadapi tantangan kaum 'Ad yang tiran itu. Beliau pun siap menantang dewa-dewa mereka. Beliau terus memberikan risalahnya. Dan para tiran itu pun tidak bisa menghalanginya.
Kaum 'Ad terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mengimani Allah dan hari akhir. Dan mereka hanya berjumlah segelintir orang saja. Kelompok kedua tidak beriman kepada risalah yang dibawah Nabi Hud as. Mereka ini melaksanakan penyerangan, kejahatan, dan penyesatan. Nabi Hud as. tidak mempunyai keinginan untuk memperbaiki mereka, alasannya yakni mereka berkeras untuk hidup dalam kesesatan.
Musim hujan berikutnya datang. Awan hitam nampak bergerombol. Kaum 'Ad menjadi gembira karenanya. Beberapa dari mereka berkata, "Awan-awan itu dipenuhi dengan air hujan." Namun, lagi-lagi awan-awan itu menghilang. Akhirnya mereka meniru jumlah persembahan pada dewa-dewa mereka. Tetapi tetap saja hujan tak kunjung datang. Dan angin pun berhembus dengan membawa pasir.
Nabi Hud as. terus menyeru kaumnya. Beliau berkata pada mereka, "Wahai kaumku, saya menyayangi kalian, saya hanya ingin berbuat baik pada kalian. Wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Allah, bertobatlah kepada-Nya. Allah akan mengirimkan pada kalian awan-awan yang mengandung hujan dan menambah kekuatan yang ada pada kalian." Namum, kaum 'Ad tetap tidak mau mendengarkan seruan beliau. Mereka meninggalkan Nabi Hud as. dan mengancam beliau. Lalu mereka pun pergi mendatangi berhala-berhala mereka lagi, dan mengorbankan domba untuknya.
Musim hujan telah berakhir, tetap tak setetes pun hujan yang turun. Sehingga, tanah-tanah mereka menjadi kering dan bermetamorfosis gurun pasir. Ternak-ternak dan pohon-pohon pun mati. Tahun ketiga datang, dan tahun ini yakni tahun yang kritis. Persediaan air mereka hanya tersisa sedikit. Mereka menggunakannya untuk hewan-hewan ternak yang tersisa. Sehingga, ladang-ladang mereka tak lagi terairi. Namun, mereka tetap pergi ke kuil-kuil mereka setiap hari, dan menyembah serta memohon kepada berhala-berhala mereka. Sementara, Nabi Hud as. terus menyeru kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Ia ingin mereka mengerti bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu, dan bahwa berhala-berhala mereka itu hanyalah sebuah batu.
Musim hujan ketiga pun datang. Meski demikian, tak terjadi apa pun kecuali kekeringan. Angin berhembus rendah, dan membawa gelombang pasir ke arah lembah yang dulunya hijau. Kelaparan melanda tempat Al Ahqaf. Hud as. terus menyeru kaumnya untuk menyembah Allah. Beliau ingin supaya mereka berhenti menyembah berhala. Nabi Hud as. berkata pada kaumnya, "Allah Yang Mahaagung berkuasa membuat hujan dan menghidupkan tanah yang kering. Allah yang Mahaagung berkuasa membuat tanaman-tanaman di lembah maupun di daratan. Sedangkan berhala-berhala itu hanyalah kerikil yang tak berguna!"
Namun, kaum 'Ad tetap tidak percaya pada risalah Nabi Hud as. Mereka tetap mematuhi para tiran. Tak seorang pun yang mempercayai Nabi Hud as. kecuali beberapa orang bajik saja. Penduduk Al Ahqaf pergi meninggalkan kota. Mereka memandang ke langit menanti datangnya hujan. Namun, langit terlihat cerah dan berwarna biru. Di sana tak terdapat awan. Para penyembah berhala itu lagi-lagi menyembelih domba untuk berhala-berhala mereka. Mereka berpikir bahwa yang kuasa kesuburan akan menyelamatkan mereka dari kemarau dan kekeringan. Tetapi hujan tetap saja tak kunjung turun.
Nabi Hud as. tetap mendatangi kaumnya. Beliau ingin memperlihatkan kepada mereka sedikit pesan yang tersirat terakhir. Beliau berkata pada mereka, "Bertobatlah kepada Allah. Hanya Allah-lah yang berkuasa mengirimkan hujan dan membuat tumbuh-tumbuhan." Namun, kaum 'Ad justru mencanci Nabi Hud as. Mereka berkata, "Pergi! Kau gila! Kau pembohong! Jika engkau memang benar, biarlah Tuhanmu menghukum kami! Kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami. Tuhan-tuhan kami, yang telah melimpahkan rahmat kepada kami, mengirim awan, membuat tumbuh-tumbuhan, dan memperbanyak ternak kami! Tuhan-tuhan kami tak pernah melupakan itu!"
Nabi Hud as. menjadi duka melihat kaumnya. Beliau ingin supaya mereka beriman kepada Allah. Beliau ingin supaya mereka menjalani kehidupan yang damai. Beberapa jam kemudian, muncullah awan hitam yang angker di kaki langit. Awan itu bergerak dengan cepat, dan menutupi seluruh langit tempat Al Ahqaf. Kaum 'Ad bergembira melihat awan-awan tersebut. Mereka berkata, "Tuhan-tuhan kami telah mendapatkan doa kami. Mereka telah mengirimkan awan-awan yang penuh dengan hujan ini kepada kami, yang hasilnya lembah-lembah dan ladang-ladang akan penuh dengan rerumputan." Ketika Nabi Hud as. melihat gejala eksekusi itu, dia berkata, "Tidak! Itu angin kencang yang membawa azab yang pedih."
Nabi Hud as. dan para pengikutnya segera berlindung di gunung. Hukuman itu sudah sangat dekat. Sementara, para penyembah berhala justru menatap awan hitam di langit, dan menanti turunnya hujan. Namun, tak ada hujan yang turun. Angin hambar berhembus. Kilat menyambar di angkasa. Guntur menggelegar. Petir pun menghantam para penyembah berhala itu. Mereka menjadi gemetar ketakutan, sehingga mereka lari ke rumah-rumah mereka. Kini, mereka tak lagi berharap pada awan-awan hitam itu. Mereka tidak mendengarkan kata-kata Nabi Hud as. Mereka hanya melihat berhala-berhala mereka. Mereka mengira bahwa berhala-berhala itu akan memberi kebaikan bagi mereka.
Tiba-tiba muncullah angin topan yang dahsyat. Angin itu sangat kencang, dingin, dan kering. Angin tersebut tidak membawa awan maupun hujan, melainkan membawa butiran pasir yang hambar dan tebal. Jam demi jam telah berlalu. Namun angin ribut terus menghantam, dan gelombang pasir bergerak ke lembah. Kaum 'Ad merasa gembira pada kekuatan mereka. Mereka mengira bahwa mereka bisa mengatasi kemarau, kekeringan, dan badai. Mereka pikir bahwa bada itu akan segera mereda di malam hari atau keesokan harinya.
Namun, angin ribut dahsyat muncul di hari Rabu itu, terus mengamuk hingga 7 malam 8 hari. Sehingga, saat angin ribut itu mereda pada hari Rabu berikutnya, dia telah memenuhi lembah-lembah yang sebelumnya subur, dengan pasir. Angin telah mengubur kota Iram, yang indah, di bawah pasir, menghancurkan rumah-rumah dan tiang-tiang pualam yang kokoh, juga menghantam orang-orang yang tidak beriman kepada risalah Nabi Hud as. Mereka bergelimpangan di pasir kolam pohon kurma yang layu.
Berhala-berhala mereka jatuh di hadapan mereka, dan hancur berkeping-keping. Kuil-kuil mereka pun telah menjadi puing-puing. Kutukan telah menimpa mereka. Mereka yakni orang-orang tiran, yang hatinya kosong dari belas kasih. Kehidupan mereka penuh dengan bermain-main. Mereka membangun istana-istana hanya untuk bersenang-senang dan jauh dari manfaat. Mereka tidak beriman kepada Allah dan menganiaya orang-orang beriman. Sehingga, Allah menghancurkan kaum 'Ad itu, serta menyelamatkan Nabi Hud as. dan para pengikutnya. Allah ingin supaya mereka kembali menjalani kehidupan dengan penuh kebaikan, kesuburan, dan perkembangan.
Referensi:
Sumber http://www.ilmusiana.comKaum Nabi Hud as: 'Ad
Kaum Nabi Hud, yakni kaum 'Ad tinggal di tempat rerumputan yang hijau. Hujan turun dalam musim-musim yang berbeda. Sehingga tanah menjadi subur. Selokan-selokan dan sungai-sungai kecil penuh dengan air, dan ladang-ladang menjadi indah. Karenanya, tanah-tanah mereka penuh dengan pohon-pohon kurma, tumbuhan anggur, dan tumbuhan lainnya. Selain itu, kebun-kebun mereka sangat luas. Masyarakat pada waktu itu menaruh perhatian khusus pada pembangungan rumah-rumah. Mereka yakni para mahir dalam membangun istana-istana, kastil-kastil, dan benteng-benteng. Mereka besar lengan berkuasa dan sombong. Anugerah tersebut membuat mereka tidak bersyukur. Mereka tidak mendengarkan peringatan-peringatan yang hingga pada mereka.Mereka yakni para penyembah berhala, yang membuat berhala-berhala itu dengan tangan mereka, dan kemudian mereka menyembahnya. Mereka membangun kuil-kuil di atas bukit dan meletakkan berhala-berhala itu di sana. Kemudian mereka berkata, "Ini yakni yang kuasa kesuburan, sedang ini yang kuasa laut, dan yang ini yang kuasa tanah, serta ini yang kuasa perang." Dengan alasan tersebut, mereka menyembah berhala-berhala itu kalau mereka ditimpa kemalangan. Mereka berpikir bahwa dewa-dewa merekalah yang memperlihatkan nikmat itu semua. Karenanya, mereka sangat berpegang teguh pada dewa-dewa mereka tersebut.
Mereka menindas orang-orang yang tak berdosa, dan menghukum keras orang-orang yang tidak mengikuti keyakinan dan cara hidup mereka. Orang-orang bajik di antara mereka menjadi takut. Mereka yakni kaum minoritas yang lemah. Kaum kaya mempunyai perawakan yang besar lengan berkuasa dan tinggi, namun hati mereka sekeras batu. Nabi Hud as. tinggal di tempat ini pada masa itu.
Pada masa itu, kaum 'Ad telah bisa membangun kota terbesar di dunia. Kota itu yakni Iram. Sebuah kota yang tak tertandingi kota-kota lainnya. Iram penuh dengan istana-istana dan taman-taman. Shaddad, seorang penyembah berhala, yang telah memerintahkan untuk membangun kota tersebut. Ia menginginkan kota tersebut menjadi sebuah taman untuk ditinggali. Ia mengira bahwa ia tak akan pernah mati, alasannya yakni ia sangat kuat.
Dakwah Nabi Hud as
Nabi Hud as. yakni seorang yang saleh. Ia mempunyai hati yang baik dan menyayangi kebaikan. Allah SWT memilihnya sebagai rasul, dan mengirimnya sebagai pembawa risalah pada kaumnya. Hud as. mengajak orang-orang untuk menyembah Allah SWT, ia menghalangi kaumnya dari menyembah berhala-berhala dan dewa-dewa. Ia menyampaikan kepada mereka bahwa berhala-berhala dan dewa-dewa itu hanyalah kerikil yang tak berguna. Hud as. yakni seorang pemberani. Ia tidak takut pada penyembah-penyembah berhala itu. Meskipun para penyembah berhala itu mempunyai badan yang kuat, namun Hud as. lebih besar lengan berkuasa dari mereka dalam hal kemauan dan semangat. Karena ia bersandar kepada Allah, sehingga Allah mendukungnya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.Orang-orang bajik mengimani risalah yang dibawah Hud as. tersebut, tetapi mereka hanyalah segelintir orang saja. Kaum besar lengan berkuasa dan sombong mengejek Hud as. Mereka mengejek risalah beliau, dan menyampaikan bahwa dia yakni seorang yang tolol dan gila. Mereka pun menyakiti dan mengancam beliau. Namun, Hud as. terus menyeru orang-orang untuk beriman kepada Allah. Beliau selalu menasihati mereka. Beliau juga mengingatkan mereka akan rahmat dan kemurahan Allah. Tetapi semua usahanya sia-sia belaka.
Mereka berpikir bahwa para yang kuasa merekalah yang melimpahkan rahmat pada mereka, mengakibatkan turunnya hujan, tumbuhnya rerumputan, dan bertambahnya ternak mereka. Sehingga, mereka berkata, "Hud memang gila. Dewa-dewa akan mengutuknya!" Mereka juga hendak menakut-nakuti Hud as. dengan azab para yang kuasa mereka, alasannya yakni itu mereka berkata padanya, "Jika kamu terus mengajak kami untuk mengimani Tuhanmu, maka dewa-dewa kami akan menghukummu!" Namun, Nabi Hud as. menghadapi tantangan kaum 'Ad yang tiran itu. Beliau pun siap menantang dewa-dewa mereka. Beliau terus memberikan risalahnya. Dan para tiran itu pun tidak bisa menghalanginya.
Kaum 'Ad terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mengimani Allah dan hari akhir. Dan mereka hanya berjumlah segelintir orang saja. Kelompok kedua tidak beriman kepada risalah yang dibawah Nabi Hud as. Mereka ini melaksanakan penyerangan, kejahatan, dan penyesatan. Nabi Hud as. tidak mempunyai keinginan untuk memperbaiki mereka, alasannya yakni mereka berkeras untuk hidup dalam kesesatan.
Awal Bencana Kaum Nabi Hud as.
Musim hujan telah tiba, namun hujan tidak turun. Awan mendung bergerak melewati langit tempat Al Ahqaf, namun segera menjauh. Sementara, kaum 'Ad hidup dengan beternak, bertani, menggarap kebun buah-buahan. Tahun itu berlalu tanpa turunnya hujan. Akibatnya, penghasilan mereka berkurang, sebagian ternak mereka mati alasannya yakni kelaparan, dan pepohonan juga mati alasannya yakni tidak memperoleh air. Hal itu mendorong kaum 'Ad untuk mendatangi berhala-berhala mereka. Mereka menyembahnya dan mengorbankan domba untuk berhala-berhala itu, tetapi semua perjuangan mereka sia-sia.Musim hujan berikutnya datang. Awan hitam nampak bergerombol. Kaum 'Ad menjadi gembira karenanya. Beberapa dari mereka berkata, "Awan-awan itu dipenuhi dengan air hujan." Namun, lagi-lagi awan-awan itu menghilang. Akhirnya mereka meniru jumlah persembahan pada dewa-dewa mereka. Tetapi tetap saja hujan tak kunjung datang. Dan angin pun berhembus dengan membawa pasir.
Nabi Hud as. terus menyeru kaumnya. Beliau berkata pada mereka, "Wahai kaumku, saya menyayangi kalian, saya hanya ingin berbuat baik pada kalian. Wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Allah, bertobatlah kepada-Nya. Allah akan mengirimkan pada kalian awan-awan yang mengandung hujan dan menambah kekuatan yang ada pada kalian." Namum, kaum 'Ad tetap tidak mau mendengarkan seruan beliau. Mereka meninggalkan Nabi Hud as. dan mengancam beliau. Lalu mereka pun pergi mendatangi berhala-berhala mereka lagi, dan mengorbankan domba untuknya.
Musim hujan telah berakhir, tetap tak setetes pun hujan yang turun. Sehingga, tanah-tanah mereka menjadi kering dan bermetamorfosis gurun pasir. Ternak-ternak dan pohon-pohon pun mati. Tahun ketiga datang, dan tahun ini yakni tahun yang kritis. Persediaan air mereka hanya tersisa sedikit. Mereka menggunakannya untuk hewan-hewan ternak yang tersisa. Sehingga, ladang-ladang mereka tak lagi terairi. Namun, mereka tetap pergi ke kuil-kuil mereka setiap hari, dan menyembah serta memohon kepada berhala-berhala mereka. Sementara, Nabi Hud as. terus menyeru kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Ia ingin mereka mengerti bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu, dan bahwa berhala-berhala mereka itu hanyalah sebuah batu.
Akhirnya, Kaum Nabi Hud as Dibinasakan Allah
Fosil kaum Nabi Hud yang dibinasakan Allah |
Namun, kaum 'Ad tetap tidak percaya pada risalah Nabi Hud as. Mereka tetap mematuhi para tiran. Tak seorang pun yang mempercayai Nabi Hud as. kecuali beberapa orang bajik saja. Penduduk Al Ahqaf pergi meninggalkan kota. Mereka memandang ke langit menanti datangnya hujan. Namun, langit terlihat cerah dan berwarna biru. Di sana tak terdapat awan. Para penyembah berhala itu lagi-lagi menyembelih domba untuk berhala-berhala mereka. Mereka berpikir bahwa yang kuasa kesuburan akan menyelamatkan mereka dari kemarau dan kekeringan. Tetapi hujan tetap saja tak kunjung turun.
Nabi Hud as. tetap mendatangi kaumnya. Beliau ingin memperlihatkan kepada mereka sedikit pesan yang tersirat terakhir. Beliau berkata pada mereka, "Bertobatlah kepada Allah. Hanya Allah-lah yang berkuasa mengirimkan hujan dan membuat tumbuh-tumbuhan." Namun, kaum 'Ad justru mencanci Nabi Hud as. Mereka berkata, "Pergi! Kau gila! Kau pembohong! Jika engkau memang benar, biarlah Tuhanmu menghukum kami! Kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami. Tuhan-tuhan kami, yang telah melimpahkan rahmat kepada kami, mengirim awan, membuat tumbuh-tumbuhan, dan memperbanyak ternak kami! Tuhan-tuhan kami tak pernah melupakan itu!"
Nabi Hud as. menjadi duka melihat kaumnya. Beliau ingin supaya mereka beriman kepada Allah. Beliau ingin supaya mereka menjalani kehidupan yang damai. Beberapa jam kemudian, muncullah awan hitam yang angker di kaki langit. Awan itu bergerak dengan cepat, dan menutupi seluruh langit tempat Al Ahqaf. Kaum 'Ad bergembira melihat awan-awan tersebut. Mereka berkata, "Tuhan-tuhan kami telah mendapatkan doa kami. Mereka telah mengirimkan awan-awan yang penuh dengan hujan ini kepada kami, yang hasilnya lembah-lembah dan ladang-ladang akan penuh dengan rerumputan." Ketika Nabi Hud as. melihat gejala eksekusi itu, dia berkata, "Tidak! Itu angin kencang yang membawa azab yang pedih."
Nabi Hud as. dan para pengikutnya segera berlindung di gunung. Hukuman itu sudah sangat dekat. Sementara, para penyembah berhala justru menatap awan hitam di langit, dan menanti turunnya hujan. Namun, tak ada hujan yang turun. Angin hambar berhembus. Kilat menyambar di angkasa. Guntur menggelegar. Petir pun menghantam para penyembah berhala itu. Mereka menjadi gemetar ketakutan, sehingga mereka lari ke rumah-rumah mereka. Kini, mereka tak lagi berharap pada awan-awan hitam itu. Mereka tidak mendengarkan kata-kata Nabi Hud as. Mereka hanya melihat berhala-berhala mereka. Mereka mengira bahwa berhala-berhala itu akan memberi kebaikan bagi mereka.
Tiba-tiba muncullah angin topan yang dahsyat. Angin itu sangat kencang, dingin, dan kering. Angin tersebut tidak membawa awan maupun hujan, melainkan membawa butiran pasir yang hambar dan tebal. Jam demi jam telah berlalu. Namun angin ribut terus menghantam, dan gelombang pasir bergerak ke lembah. Kaum 'Ad merasa gembira pada kekuatan mereka. Mereka mengira bahwa mereka bisa mengatasi kemarau, kekeringan, dan badai. Mereka pikir bahwa bada itu akan segera mereda di malam hari atau keesokan harinya.
Namun, angin ribut dahsyat muncul di hari Rabu itu, terus mengamuk hingga 7 malam 8 hari. Sehingga, saat angin ribut itu mereda pada hari Rabu berikutnya, dia telah memenuhi lembah-lembah yang sebelumnya subur, dengan pasir. Angin telah mengubur kota Iram, yang indah, di bawah pasir, menghancurkan rumah-rumah dan tiang-tiang pualam yang kokoh, juga menghantam orang-orang yang tidak beriman kepada risalah Nabi Hud as. Mereka bergelimpangan di pasir kolam pohon kurma yang layu.
Sisa bangunan kota Iram yang tertimbun pasir |
Baca Juga:Demikianlah uraian perihal Kisah Nabi Hud AS, Nabi Kaum 'Ad, semoga bermanfaat.
Referensi:
- Sayyid, Kamal. 1999. Kisah-kisah Terbaik Al-Quran. Jakarta: Pustaka Zahra.