Nabi Saleh as. yakni nabi kelima dalam Islam yang wajib diyakini. Lewat kisah ini, kami akan menceritakan bagaimana usaha Nabi Saleh as. dalam berdakwah menegakkan tauhid kepada umatnya, kaum Tsamud. Saleh yakni seorang cowok cerdas, perilakunya santun, tutur katanya sopan. Hormat kepada yang besar dan sayang kepada yang kecil. Ia populer sangat rajin beribadah. Nabi Saleh yakni putra dari Ubaid bin Asaf bin Masyikh bin Ubaid bin Nadzir bin Tsamud. Jadi, ia yakni keturunan suku Tsamud. Nasab Nabi Saleh bersambung ke Sam bin Nuh.
Tsamud, Kaum Nabi Saleh as.
Siapakah kaum Tsamud umat Nabi Saleh itu? Nama Tsamud diambil dari nama kakek Nabi Nuh. Kaum Tsamud tinggal di sebuah lembah yang luas, berjulukan Wadi al Qura, di sebelah utara Semenanjung Arab, pada masa prasejarah. Mereka yakni salah satu di antara suku Arab yang terlupakan. Sejarah tidak menyebutkannya. Namun, Al-Qur'an menyebutkan kisah mereka; Rasulullah saw juga menyebutkan mereka dalam hadis-hadis beliau. Pada suatu ketika, Nabi Muhammad saw. memimpin tentara Muslimin pada tahun 9 H. Beliau menuju Tabuk, lantaran hendak menghadapi tentara Romawi di sebelah utara Semenanjung Arab. Tentara Muslimin menempuh perjalanan bermil-mil. Karena itu mereka menjadi lelah dan kehausan. Sehingga, Nabi Muhammad saw. memerintahkan mereka untuk berhenti di lembah sebuah desa (Wadi al Qura), erat Tabuk.
Mereka berkemah di sekitar gunung tersebut, yang di dekatnya terdapat puing-puing dan sumur-sumur. Salah seorang dari mereka bertanya perihal puing-puing tersebut, "Siapa pemilik puing-puing ini?" Dijawab, "Itu yakni puing-puing kaum Tsamud. Dulu, kaum Tsamud mendiami kawasan ini." Nabi Muhammad saw. mencegah kaum Muslim untuk meminum air dari sumur-sumur tersebut. Kemudian dia memperlihatkan kepada mereka sebuah mata air di erat gunung. Beliau berkata kepada mereka, "Unta betina Nabi Saleh minum dari mata air ini." Nabi Muhammad saw mencegah para tentaranya memasuki puing-puing tersebut, lantaran dia hendak menyampaikan sebuah pelajaran perihal kaum tersebut, yang memperoleh kutukan Allah dan hancur.
Kaum Tsamud muncul sesudah kaum 'Ad musnah di lembah Al Ahqaf. Masyarakat Tsamud bekerja sebagai petani. Mereka menggali sumur-sumur dan membajak ladang-ladang mereka. Mereka membangun rumah-rumah mereka di gunung-gunung. Ternak mereka digembalakan dengan damai di padang rumput. Kebun dan pertanian mereka berkembang dan dipenuhi buah-buahan. Itulah kehidupan yang dijalani oleh kaum Tsamud. Tetapi kaum tersebut tidak mengenal rasa syukur dan tak mau menyembah Allah. Mereka justru menyembah berhala-berhala. Sementara, kaum kaya mereka menjadi tiran.
Dakwah Nabi Saleh as.
Nabi Saleh hidup pada masa ini. Beliau yakni seorang yang baik dan bijaksana. Masyarakat pun sangat mencintainya, lantaran mereka tahu keutamaan dia yang masyhur. Bahkan beberapa dari mereka berpikir bahwa Saleh akan memperoleh kedudukan penting nantinya, dan akan menjadi pemimpin kaum Tsamud yang kuat. Nabi Saleh as. mengetahui bahwa penyembahan berhala telah berakar besar lengan berkuasa dalam hati kaumnya itu, lantaran ayah-ayah dan kakek-kakek mereka yakni penyembah berhala.
Nabi Saleh as. pun tahu bahwa para pemimpin kaum ini yakni orang-orang jahat; mereka tidak menyuk kebaikan dan menghukum siapa saja yang menghalangi orang-orang dari menyembah berhala. Namun demikian, Nabi Saleh as. yakni rasul Allah. Beliau tidak takut apa pun kecuali Allah Yang Mahabesar. Sehingga, Nabi Saleh as. menyerukan risalahnya pada kaumnya. Dari sinilah pertarungan antara hak dan batil dimulai. Para pengikut Nabi Saleh as. memulai usaha mereka melawan kaum kafir Tsamud, yang mempunyai Sembilan orang yang berkuasa.
Para penduduk pergi ke sebuah kerikil besar di gunung. Mereka begitu usang menyembah kerikil itu. Anak-anak melihat ayah-ayah mereka menyembah kerikil tersebut, sehingga mereka pun melaksanakan hal yang sama. Ketika mereka tumbuh dewasa, mereka pun meneruskan tradisi menyembah kerikil itu. Mereka mengelilingi kerikil itu. Lalu mereka menyembelih domba untuknya, dan memohon rahmat darinya.
Nabi Saleh as. melihat apa yang dilakukan kaumnya, dia pun menjadi sedih atas hal ini. Sehingga dia pergi ke kerikil yang disucikan itu. Dan dia melihat bahwa kaumnya sedang menyembahnya. Lalu Nabi Saleh as. berkata kepada mereka, "Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tak ada Tuhan selain Dia." Salah seorang dari mereka berkata, "Mengapa kau meminta karni untuk menyembah Allah?" Nabi Saleh as. menjawab, "Karena Dialah yang membuat kalian. Dia pula yang memberi kalian kehidupan." Mereka berkata lagi, "Allah sangat jauh dari kami. Kami tak sanggup memohon kepada-Nya. Oleh lantaran itu, kami menyembah beberapa ciptaan-Nya. Dia mempercayakan urusan kami pada mereka. Kami ingin Allah bahagia pada kami melalui penyembahan kami terhadap ciptaan-Nya."
Nabi Saleh as. berkata dengan sedih, "Wahai kaumku, Allah-lah yang membuat kalian. Allah pula yang mengutus saya untuk kalian. Dia ingin kalian menghamba kepada-Nya dan tidak menyembah kepada selain-Nya. Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Allah. Bertobatlah kepada-Nya. Tuhanku yakni dekat. Dia akan menjawab seruan kalian." Mereka berkata lagi, "Wahai Saleh, sebelum ini engkau yakni salah seorang di antara kami, di mana kami menaruh impian besar. Kami menganggap bahwa kami akan sanggup memanfaatkan pemikiran dan kebijaksanaanmu. Namun, sekarang, engkau justru membawakan kepada kami sebuah risalah yang aneh. Mengapa kau menyeru kami untuk meninggalkan Tuhan-tuhan kami? Mengapa kau menyeru kami untuk meninggalkan sesembahan ayah-ayah dan kakek-kakek kami? Kami mewaspadai keadaanmu. Wahai Saleh, kau telah menjadi gila!"
Nabi Saleh as. kemudian berkata, "Allah telah mengutus saya untuk kalian, maka mengabdilah kepadaNya. Aku tidak akan meminta apa pun dari kalian atas seruanku ini. Aku hanya mengabdi kepada Allah yang menciptakanku." Mereka pun berkata, "Jika kau yakni rasul Allah, dapatkah kau mengeluarkan seekor unta betina hamil dari kerikil itu?" Nabi Saleh as. menjawab, "Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dialah yang membuat kita semua dari bumi ini." Mereka berkata, "Kami tak akan mempercayaimu hingga kau keluarkan seekor unta betina dari kerikil tersebut." Salah seorang dari mereka menambahkan, "Ya, unta betina itu mesti dalam keadaan hamil!"
Nabi Saleh as. berkata, "Aku akan memohonkan kepada Allah. Jika Dia mengabulkannya, maukah kalian percaya bahwa ada satu Tuhan? Maukah kalian percaya bahwa saya yakni rasul Allah yang diutus untuk kalian?", "Ya," jawab mereka."Kapan akad itu akan terpenuhi?" tanya mereka. Nabi Saleh as. menjawab, "Janji itu akan terpenuhi besok, di sini."
Ketika fajar menyingsing, Nabi Saleh as. pergi ke gunung kawasan kerikil itu berada. Tugas yang dibebankan pada Nabi Saleh as. begitu sulit, lantaran kaumnya meminta kepadanya untuk mengeluarkan seekor unta betina hamil dari kerikil tersebut. Kaum Tsamud berkumpul di sekitar kerikil itu. Beberapa dari mereka mewaspadai Nabi Saleh as., beberapa di antaranya memandang kerikil tersebut, dan yang lainnya lagi menatap Nabi Saleh as. Mereka melihat Nabi Saleh as. menatap ke langit dengan rendah hati. Mereka mendengar dia mengucapkan beberapa patah kata. Mereka melihat tangannya menunjuk ke arah kerikil itu dan kaum Tsamud.
Mereka mengerti bahwa Nabi Saleh as. sedang berdoa kepada Tuhannya untuk mendukung ajaran-Nya. Nabi Saleh as. memohon kepada Allah untuk sesuatu yang ajaib. Beliau memohon kepada Allah biar mengeluarkan seekor unta betina hamil dari kerikil tersebut. Semua orang memandang Nabi Saleh as. dan kerikil itu. Nabi Saleh as. pun duduk. Matanya dipenuhi dengan air mata. Beliau memohon kepada Allah untuk menyampaikan sebuah tanda untuk meyakinkan kaumnya. Karena dia ingin biar kaumnya kembali ke fitrah mereka, dan hanya menyembah Allah SWT.
Tiba-tiba Nabi Saleh as. bangkit. Beliau menunjuk dengan jarinya ke arah kerikil itu. Semua penduduk Tsamud mendengar sebuah bunyi keras. Mereka melihat kerikil tersebut pecah, kemudian keluarlah seekor unta betina yang indah darinya. Dan unta tersebut dalam keadaan hamil. Orang-orang sangat menyukainya, lantaran unta itu jinak. Nabi Saleh as. pun bersujud kepada Allah. Beliau bersyukur dan memuliakan-Nya. Allah telah mengeluarkan seekor unta betina hamil dengan kekuasaan absolut-Nya. Orang-orang Tsamud pun menundukkan kepalanya untuk memuliakan Allah. Beberapa di antaranya bersujud kepada-Nya.
Mereka melihat keajaiban besar di depan mata mereka. Lalu mereka berkata, "Apa yang dikatakan Saleh yakni benar. Allah yakni satu-satunya Tuhan, dan tak ada sekutu bagi-Nya." Meskipun mereka berjumlah sedikit, tetapi keyakinan mereka seteguh batu, dari mana unta betina itu keluar. Seluruh penduduk Tsamud melihat mukjizat itu dengan takjub. Sehingga, unta betina itu menjadi simbol dari risalah Nabi Saleh as., dan simbol dari keesaan Allah.
Setelah tiga hari, unta betina itu melahirkan seekor unta jantan yang cantik. Unta jantan muda ini selalu mengikuti dan berada di samping ibunya. Dan ibunya pun merawatnya dengan penuh kasih sayang. Unta betina dan anaknya itu menjadi simbol kasih sayang. Kaum Tsamud menyampaikan bahwa unta betina itu yakni unta betina Nabi Saleh as. Namun, Nabi Saleh as. selalu berkata, "Ini yakni unta betina Allah. Ini yakni sebuah tanda kekuasaan Allah. Maka berhati-hatilah kalian, jangan menyakitinya. Jika kalian melaksanakan itu, maka kutukan Allah akan menimpa kalian."
Hari-hari berlalu. Unta betina itu tinggal di lembah yang sangat luas, makan dari tumbuh-tumbuhan yang ada di lembah tersebut, dan minum dari beberapa mata air di sana. Unta betina itu juga menghasilkan susu yang enak untuk semua penduduk.
Orang ketiga menambahkan, "Kita bunuh Saleh juga." Orang keempat bertanya, "Siapa yang akan membunuh untanya?" Orang kelima pun bertanya, "Siapa yang sanggup membunuhnya?" Lalu orang keenam menjawab, "Aku tahu siapa yang sanggup membunuhnya." Lalu orang ketujuh bertanya, "Siapa dia?" Dan yang lainnya pun serentak melontarkan pertanyaan serupa. Orang keenam tadi kemudian menjawab, "Ia yakni Qaydar, seorang yang tak kenal belas kasihan." Kemudian semua orang serentak berteriak, "Ya, kami baiklah dengan Qaydar, seorang yang tak mengenal belas kasihan!"
Mereka kemudian bertanya kepada Qaydar, "Ke mana kau akan pergi, hai Qaydar?" Qaydar menjawab, "Aku akan membunuh unta itu malam ini juga." Kesembilan orang jahat itu berkata, "Tunggu hingga fajar menyingsing. Unta itu akan pergi ke mata air. Sehingga kau sanggup membunuhnya dengan mudah." Qaydar kemudian menghabiskan malam itu dengan minum anggur. Wajahnya menjadi menakutkan.
Esok harinya, unta betina dan anaknya bangun dari tidur, mereka pun pergi ke mata air untuk minum. Unta jantan muda bermain dengan gembira. Matahari pun terbit, sehingga padang rumput yang hijau terlihat ibarat taman bermain yang indah. Unta jantan muda suka bermain-main di padang rumput itu. Induknya setiap hari membawanya ke sana. Tetapi, apa yang terjadi pagi itu? Mengapa unta muda itu tak bermain-main?
Qaydar, si penjahat itu, tiba-tiba muncul. Ia menghadang unta betina dan anaknya. Ia menghunus pedangnya, sementara unta betina itu mencoba banyak sekali cara untuk pergi. Tetapi Qaydar segera memukulnya, dan unta itu pun roboh ke tanah. Lalu orang jahat ini membacok lehernya. Si unta betina itu hanya sanggup memandang anaknya dengan sedih. Anaknya menjadi ketakutan, sehingga berlari ke arah gunung. Tak usang kemudian, kesembilan orang jahat itu tiba dan mulai menikam unta betina itu dengan belati mereka. Unta betina itu pun bersimbah darah, dan jadinya tewas.
Para penjahat itu tidak puas dengan hanya membunuh unta betina itu. Tangan-tangan mereka berlumuran darah unta betina yang tak bersalah itu. Mereka kemudian memotong-motongnya menjadi beberapa bab layaknya sekawanan serigala. Namun mereka tetap tidak merasa puas dengan itu. Mereka mengejar si unta jantan muda. Unta tersebut menjadi ketakutan, dan kemudian memanjat bebatuan di gunung. Ia mencari kawasan untuk bersembunyi dari kesembilan orang jahat yang lebih kejam daripada serigala tersebut.
Unta jantan muda itu berhenti di puncak gunung dan melihat induknya yang telah terpotong-potong oleh belati para penjahat. Ia juga melihat mereka, yang membawa belati, sedang mendaki gunung itu untuk membunuhnya pula. Unta jantan muda itu sudah tak menemukan kawasan untuk lari. Oleh lantaran itu, ia memandang ke langit dan menggeram tiga kali. Lalu salah seorang dari mereka menikamnya dengan pisau yang tajam. Unta muda itu pun jatuh ke bebatuan, dan berlumuran darah. Kemudian para penjahat itu menyerangnya lagi, dan dengan kejam memotong-motongnya menjadi beberapa bagian. Bahkan serigala pun masih lebih baik ketimbang kaum kafir ini.
Sementara itu, Nabi Saleh as. dan para pengikutnya pergi untuk melihat unta betina Allah. Namun, mereka tak menemukan apa pun kecuali darah yang menodai tanah dan puncak gunung. Awan hitam pun muncul di kaki langit. Langit terlihat menakutkan. Segala yang indah menjadi hilang, lantaran perbuatan orang-orang jahat itu, yang membenci kebaikan. Mereka bahkan membunuh unta betina yang telah memberi mereka susu setiap hari. Mereka membunuh unta betina itu lantaran dia menjadi tanda kekuasaan Allah dan bukti kebenaran anutan Nabi Saleh as.
Nabi Saleh as. kemudian berkata kepada mereka, "Nikmatilah rumahmu selama tiga hari ini, lantaran eksekusi Allah akan menimpa kalian. Kalian telah menindas orang lain, mengingkari anutan Allah, dan membunuh unta betina-Nya. Kalian juga tidak menyukai kebaikan." Kaum Tsamud tersebut tidak mau meminta maaf kepada Nabi Saleh as., walaupun mereka telah membunuh unta betina itu. Mereka juga tak mau bertobat kepada Allah. Bahkan mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh as. dan keluarga beliau.
Mereka bertemu lagi dan memutuskan untuk membunuh Nabi Saleh as. di rumahnya. Lalu mereka akan menyiksa para pengikutnya sesudah itu. Tetapi, apa yang terjadi? Sebelum mereka melaksanakan pembunuhan tersebut, sebuah insiden mengerikan terjadi. Tiba-tiba awan hitam berkumpul di langit, menutupi bulan dan bintang-bintang. Lembah-lembah dan pegunungan menjadi gelap gulita. Saat tengah malam, petir menghantam dengan kuat, dan menghancurkan kaum Tsamud. Tak ada yang seorang pun yang selamat dari petir itu, kecuali Nabi Saleh as. dan para pengikutnya. Itulah simpulan dari kaum Tsamud. Empat hari sesudah terbunuhnya unta betina itu, matahari gres bersinar lagi di atas reruntuhan orang-orang yang zalim tersebut.
Referensi:
Sumber http://www.ilmusiana.comPara penduduk pergi ke sebuah kerikil besar di gunung. Mereka begitu usang menyembah kerikil itu. Anak-anak melihat ayah-ayah mereka menyembah kerikil tersebut, sehingga mereka pun melaksanakan hal yang sama. Ketika mereka tumbuh dewasa, mereka pun meneruskan tradisi menyembah kerikil itu. Mereka mengelilingi kerikil itu. Lalu mereka menyembelih domba untuknya, dan memohon rahmat darinya.
Nabi Saleh as. melihat apa yang dilakukan kaumnya, dia pun menjadi sedih atas hal ini. Sehingga dia pergi ke kerikil yang disucikan itu. Dan dia melihat bahwa kaumnya sedang menyembahnya. Lalu Nabi Saleh as. berkata kepada mereka, "Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tak ada Tuhan selain Dia." Salah seorang dari mereka berkata, "Mengapa kau meminta karni untuk menyembah Allah?" Nabi Saleh as. menjawab, "Karena Dialah yang membuat kalian. Dia pula yang memberi kalian kehidupan." Mereka berkata lagi, "Allah sangat jauh dari kami. Kami tak sanggup memohon kepada-Nya. Oleh lantaran itu, kami menyembah beberapa ciptaan-Nya. Dia mempercayakan urusan kami pada mereka. Kami ingin Allah bahagia pada kami melalui penyembahan kami terhadap ciptaan-Nya."
Nabi Saleh as. berkata dengan sedih, "Wahai kaumku, Allah-lah yang membuat kalian. Allah pula yang mengutus saya untuk kalian. Dia ingin kalian menghamba kepada-Nya dan tidak menyembah kepada selain-Nya. Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Allah. Bertobatlah kepada-Nya. Tuhanku yakni dekat. Dia akan menjawab seruan kalian." Mereka berkata lagi, "Wahai Saleh, sebelum ini engkau yakni salah seorang di antara kami, di mana kami menaruh impian besar. Kami menganggap bahwa kami akan sanggup memanfaatkan pemikiran dan kebijaksanaanmu. Namun, sekarang, engkau justru membawakan kepada kami sebuah risalah yang aneh. Mengapa kau menyeru kami untuk meninggalkan Tuhan-tuhan kami? Mengapa kau menyeru kami untuk meninggalkan sesembahan ayah-ayah dan kakek-kakek kami? Kami mewaspadai keadaanmu. Wahai Saleh, kau telah menjadi gila!"
Nabi Saleh as. kemudian berkata, "Allah telah mengutus saya untuk kalian, maka mengabdilah kepadaNya. Aku tidak akan meminta apa pun dari kalian atas seruanku ini. Aku hanya mengabdi kepada Allah yang menciptakanku." Mereka pun berkata, "Jika kau yakni rasul Allah, dapatkah kau mengeluarkan seekor unta betina hamil dari kerikil itu?" Nabi Saleh as. menjawab, "Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dialah yang membuat kita semua dari bumi ini." Mereka berkata, "Kami tak akan mempercayaimu hingga kau keluarkan seekor unta betina dari kerikil tersebut." Salah seorang dari mereka menambahkan, "Ya, unta betina itu mesti dalam keadaan hamil!"
Nabi Saleh as. berkata, "Aku akan memohonkan kepada Allah. Jika Dia mengabulkannya, maukah kalian percaya bahwa ada satu Tuhan? Maukah kalian percaya bahwa saya yakni rasul Allah yang diutus untuk kalian?", "Ya," jawab mereka."Kapan akad itu akan terpenuhi?" tanya mereka. Nabi Saleh as. menjawab, "Janji itu akan terpenuhi besok, di sini."
Unta Betina Allah
Mereka mengerti bahwa Nabi Saleh as. sedang berdoa kepada Tuhannya untuk mendukung ajaran-Nya. Nabi Saleh as. memohon kepada Allah untuk sesuatu yang ajaib. Beliau memohon kepada Allah biar mengeluarkan seekor unta betina hamil dari kerikil tersebut. Semua orang memandang Nabi Saleh as. dan kerikil itu. Nabi Saleh as. pun duduk. Matanya dipenuhi dengan air mata. Beliau memohon kepada Allah untuk menyampaikan sebuah tanda untuk meyakinkan kaumnya. Karena dia ingin biar kaumnya kembali ke fitrah mereka, dan hanya menyembah Allah SWT.
Tiba-tiba Nabi Saleh as. bangkit. Beliau menunjuk dengan jarinya ke arah kerikil itu. Semua penduduk Tsamud mendengar sebuah bunyi keras. Mereka melihat kerikil tersebut pecah, kemudian keluarlah seekor unta betina yang indah darinya. Dan unta tersebut dalam keadaan hamil. Orang-orang sangat menyukainya, lantaran unta itu jinak. Nabi Saleh as. pun bersujud kepada Allah. Beliau bersyukur dan memuliakan-Nya. Allah telah mengeluarkan seekor unta betina hamil dengan kekuasaan absolut-Nya. Orang-orang Tsamud pun menundukkan kepalanya untuk memuliakan Allah. Beberapa di antaranya bersujud kepada-Nya.
Mereka melihat keajaiban besar di depan mata mereka. Lalu mereka berkata, "Apa yang dikatakan Saleh yakni benar. Allah yakni satu-satunya Tuhan, dan tak ada sekutu bagi-Nya." Meskipun mereka berjumlah sedikit, tetapi keyakinan mereka seteguh batu, dari mana unta betina itu keluar. Seluruh penduduk Tsamud melihat mukjizat itu dengan takjub. Sehingga, unta betina itu menjadi simbol dari risalah Nabi Saleh as., dan simbol dari keesaan Allah.
Setelah tiga hari, unta betina itu melahirkan seekor unta jantan yang cantik. Unta jantan muda ini selalu mengikuti dan berada di samping ibunya. Dan ibunya pun merawatnya dengan penuh kasih sayang. Unta betina dan anaknya itu menjadi simbol kasih sayang. Kaum Tsamud menyampaikan bahwa unta betina itu yakni unta betina Nabi Saleh as. Namun, Nabi Saleh as. selalu berkata, "Ini yakni unta betina Allah. Ini yakni sebuah tanda kekuasaan Allah. Maka berhati-hatilah kalian, jangan menyakitinya. Jika kalian melaksanakan itu, maka kutukan Allah akan menimpa kalian."
Hari-hari berlalu. Unta betina itu tinggal di lembah yang sangat luas, makan dari tumbuh-tumbuhan yang ada di lembah tersebut, dan minum dari beberapa mata air di sana. Unta betina itu juga menghasilkan susu yang enak untuk semua penduduk.
Persekongkolan Jahat
Suatu malam, sesudah orang-orang pergi tidur, kesembilan orang tersebut mengadakan pertemuan. Mereka makan-makan hingga kenyang, juga minum-minum anggur hingga mabuk. Mata mereka pun merah. Mereka berbicara perihal bahayanya posisi Nabi Saleh as. bagi mereka. Mereka berkata pada satu sama lain, "Apa yang akan kita lakukan? Bagaimana cara kita melenyapkan Saleh?" Lalu, salah seorang dari mereka mengatakan, "Aku pikir kita lebih baik melenyapkan unta betinya. "Yang lain juga berkata, "Ya, kita lebih baik membunuhnya, lantaran itu yakni bukti kebenaran risalah Saleh. Ketika kita membunuhnya, maka ia akan menjadi lemah di hadapan kita."Orang ketiga menambahkan, "Kita bunuh Saleh juga." Orang keempat bertanya, "Siapa yang akan membunuh untanya?" Orang kelima pun bertanya, "Siapa yang sanggup membunuhnya?" Lalu orang keenam menjawab, "Aku tahu siapa yang sanggup membunuhnya." Lalu orang ketujuh bertanya, "Siapa dia?" Dan yang lainnya pun serentak melontarkan pertanyaan serupa. Orang keenam tadi kemudian menjawab, "Ia yakni Qaydar, seorang yang tak kenal belas kasihan." Kemudian semua orang serentak berteriak, "Ya, kami baiklah dengan Qaydar, seorang yang tak mengenal belas kasihan!"
Terbunuhnya Unta Allah
Mereka memutuskan untuk membunuh unta betina itu. Salah seorang dari mereka keluar untuk menemui Qaydar. Saat itu tengah malam. Qaydar pun tiba dengan membawa pedangnya. Ia kemudian minum anggur hingga matanya menjadi Merah. Ia juga menaruh dendam pada unta betina itu, alasannya sudah menjadi simbol kebenaran. Qaydar membenci perbuatan baik, dan ia berperangai kasar. Ketika kesembilan orang jahat itu memperlihatkan kepadanya sejumlah uang, ia pribadi bangkit.Mereka kemudian bertanya kepada Qaydar, "Ke mana kau akan pergi, hai Qaydar?" Qaydar menjawab, "Aku akan membunuh unta itu malam ini juga." Kesembilan orang jahat itu berkata, "Tunggu hingga fajar menyingsing. Unta itu akan pergi ke mata air. Sehingga kau sanggup membunuhnya dengan mudah." Qaydar kemudian menghabiskan malam itu dengan minum anggur. Wajahnya menjadi menakutkan.
Esok harinya, unta betina dan anaknya bangun dari tidur, mereka pun pergi ke mata air untuk minum. Unta jantan muda bermain dengan gembira. Matahari pun terbit, sehingga padang rumput yang hijau terlihat ibarat taman bermain yang indah. Unta jantan muda suka bermain-main di padang rumput itu. Induknya setiap hari membawanya ke sana. Tetapi, apa yang terjadi pagi itu? Mengapa unta muda itu tak bermain-main?
Qaydar, si penjahat itu, tiba-tiba muncul. Ia menghadang unta betina dan anaknya. Ia menghunus pedangnya, sementara unta betina itu mencoba banyak sekali cara untuk pergi. Tetapi Qaydar segera memukulnya, dan unta itu pun roboh ke tanah. Lalu orang jahat ini membacok lehernya. Si unta betina itu hanya sanggup memandang anaknya dengan sedih. Anaknya menjadi ketakutan, sehingga berlari ke arah gunung. Tak usang kemudian, kesembilan orang jahat itu tiba dan mulai menikam unta betina itu dengan belati mereka. Unta betina itu pun bersimbah darah, dan jadinya tewas.
Para penjahat itu tidak puas dengan hanya membunuh unta betina itu. Tangan-tangan mereka berlumuran darah unta betina yang tak bersalah itu. Mereka kemudian memotong-motongnya menjadi beberapa bab layaknya sekawanan serigala. Namun mereka tetap tidak merasa puas dengan itu. Mereka mengejar si unta jantan muda. Unta tersebut menjadi ketakutan, dan kemudian memanjat bebatuan di gunung. Ia mencari kawasan untuk bersembunyi dari kesembilan orang jahat yang lebih kejam daripada serigala tersebut.
Unta jantan muda itu berhenti di puncak gunung dan melihat induknya yang telah terpotong-potong oleh belati para penjahat. Ia juga melihat mereka, yang membawa belati, sedang mendaki gunung itu untuk membunuhnya pula. Unta jantan muda itu sudah tak menemukan kawasan untuk lari. Oleh lantaran itu, ia memandang ke langit dan menggeram tiga kali. Lalu salah seorang dari mereka menikamnya dengan pisau yang tajam. Unta muda itu pun jatuh ke bebatuan, dan berlumuran darah. Kemudian para penjahat itu menyerangnya lagi, dan dengan kejam memotong-motongnya menjadi beberapa bagian. Bahkan serigala pun masih lebih baik ketimbang kaum kafir ini.
Kaum Nabi Saleh Dibinasakan Allah
Nabi Saleh as. kemudian berkata kepada mereka, "Nikmatilah rumahmu selama tiga hari ini, lantaran eksekusi Allah akan menimpa kalian. Kalian telah menindas orang lain, mengingkari anutan Allah, dan membunuh unta betina-Nya. Kalian juga tidak menyukai kebaikan." Kaum Tsamud tersebut tidak mau meminta maaf kepada Nabi Saleh as., walaupun mereka telah membunuh unta betina itu. Mereka juga tak mau bertobat kepada Allah. Bahkan mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh as. dan keluarga beliau.
Mereka bertemu lagi dan memutuskan untuk membunuh Nabi Saleh as. di rumahnya. Lalu mereka akan menyiksa para pengikutnya sesudah itu. Tetapi, apa yang terjadi? Sebelum mereka melaksanakan pembunuhan tersebut, sebuah insiden mengerikan terjadi. Tiba-tiba awan hitam berkumpul di langit, menutupi bulan dan bintang-bintang. Lembah-lembah dan pegunungan menjadi gelap gulita. Saat tengah malam, petir menghantam dengan kuat, dan menghancurkan kaum Tsamud. Tak ada yang seorang pun yang selamat dari petir itu, kecuali Nabi Saleh as. dan para pengikutnya. Itulah simpulan dari kaum Tsamud. Empat hari sesudah terbunuhnya unta betina itu, matahari gres bersinar lagi di atas reruntuhan orang-orang yang zalim tersebut.
Baca Juga:Demikianlah uraian perihal Kisah Nabi Saleh AS, Nabi Kaum Tsamud, semoga bermanfaat.
Referensi:
- Sayyid, Kamal. 1999. Kisah-kisah Terbaik Al-Quran. Jakarta: Pustaka Zahra