Thursday, August 9, 2018

√ Ternyata, Letak Kerajaan Majapahit Berpindah-Pindah

Dimanakah letak kerajaan Majapahit? Untuk diketahui, keberadaan kerajaan Majapahit yang berdasarkan naskah kuno Kakawin Nagarakretagama dan sejumlah sumber lain, pernah berdiri dari masa ke-13 hingga masa ke-16 telah menjadi salah satu babak penting dalam kronik perjalanan sejarah masyarakat di nusantara. Kerajaan Hindu-Budha yang diduga beribukota di daerah Trowulan, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur ini, juga meninggalkan jejak arkeologis yang meninggalkan ribuan jejak arkeologis yang menggambarkan kebesaran kerajaan itu di masa lalu.

 keberadaan kerajaan Majapahit yang berdasarkan naskah kuno Kakawin Nagarakretagama dan sejuml √ Ternyata, Letak Kerajaan Majapahit Berpindah-pindah

Riwayat atau narasi perihal kerajaan Majapahit telah usang hidup di masyarakat nusantara, jauh sebelum studi sejarah formal perihal kerajaan itu mulai dilakukan pada masa kekuasaan pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Informasi perihal keberadaan Majapahit ini, bukan hanya terekam lewat sejumlah prasasti, patung, bangunan candi, relief, dan benda-benda lain, namun juga dituturkan dalam sejumlah naskah kuno, baik yang ditulis sezaman atau beberapa ratus tahun setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Di antaranya, dalam naskah Kitab Pararaton atau kitab raja-raja yang diduga ditulis antara masa ke-15 hingga ke-16 dan kitab Kakawin Nagarakretagama yang ditulis Empu Prapanca pada tahun saka 1287 atau sekitar 1365 Masehi.  

Sumber Kerajaan Majapahit

Sumber pertama perihal Majapahit yang otentik yaitu Prasasti Kudadu tahun 1293 Masehi. Prasasti itu menyebutkan adanya pentahbisan raja pertama Majapahit yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Prasasti Kudadu dapat dianggap sebagai prasasti pernyataan pertama Kerajaan Majapahit. Hal ini didukung pula oleh sumber tertulis sezaman lainnya yaitu Kakawin Nagarakretagama yang digubah oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Jadi, masa 14 yang sama menceritakan perihal kemegahan Majapahit.

Informasi terkait sejarah kerajaan Majapahit, belakangan gres terkonstruksi secara komprehensif setelah menjadi materi studi formal semenjak masa ke-19 pada masa kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Perhatian terhadap sejarah kerajaan Majapahit di kalangan ilmuwan barat, muncul setelah Gubernur Jenderal Jawa dari tahun 1811 hingga 1816, Sir Thomas Raffles menulis laporan perihal keberadaan reruntuhan candi yang tersebar di daerah seluas beberapa mil di Mojokerto, Jawa Timur.

Studi formal atau studi ilmiah atas sejarah Majapahit yang kemudian banyak dilakukan, tidak hanya dilakukan lewat penelitian terhadap aneka macam bukti arkeologis yang diduga merupakan peninggalan kerajaan Majapahit, namun juga dilakukan melalui kajian atas aneka macam sumber tertulis. Salah satunya yang populer lewat studi atas manuskrip kitab Kakawin Nagarakretagama yang diselamatkan ilmuwan Belanda, JLA Brandes dari istana Kerajaan Lombok yang dibakar tentara Belanda pada 1894.

Ibukota Majapahit disebutkan di dalam pupuh ke-8 hingga ke-12 Kitab Nagarakretagama. Mpu Prapanca mendeskripsikan dengan terang kondisi kota Majapahit, mulai dari bangunan hingga pintu-pintu masuk ke kerajaan. Dalam kitab Kakawin Nagarakretagama aneka macam gosip perihal kerajaan Majapahit, menyerupai uraian silsilah raja-raja Majapahit, wilayah Majapahit, hingga citra keraton Majapahit semasa kekuasaan raja Hayam Wuruk diuraikan secara cukup terperinci 

Letak Kerajaan Majapahit

Meski sejumlah gosip perihal kerajaan Majapahit dapat ditemukan dalam beberapa catatan sejarah, namun hingga sekarang bukti fisik bekas bangunan keraton Majapahit belum ditemukan dan masih menjadi perdebatan. Sejumlah teori mengemuka terkait hilangnya bukti fisik keraton Majapahit. Di antaranya, dikarenakan letak keraton Majapahit yang kerap berpindah-pindah pada setiap masa kepemimpinan, serta jauhnya rentang waktu keberadaan keraton Majapahit hingga ketika ini.

Kajian yang dilakukan selama ini di Trowulan, meyakinkan peneliti bahwa tempat kedudukan keraton berpindah-pindah. Jadi, tempat awal Raden Wijaya memerintah hingga Jayanegara sebagai raja kedua, bukan di keraton yang dideskripsikan oleh Mpu Prapanca dalam Nagarakretagama. Tetapi, keraton yang digambarkan dalam Nagarakretagama itu yaitu keraton pada masa kejayaan Majapahit yaitu masa raja Hayam Wuruk hingga penggantinya, yaitu Wikramawardhana dan mungkin juga Suhita.
 keberadaan kerajaan Majapahit yang berdasarkan naskah kuno Kakawin Nagarakretagama dan sejuml √ Ternyata, Letak Kerajaan Majapahit Berpindah-pindah
Situs Trowulan
Pada masa-masa final Majapahit, menjelang keruntuhannya diperkirakan keraton berpindah lagi, tidak di Trowulan tetapi di luar situs Trowulan. Sebagaimana tercatat di sejarah, setelah Hayam Wuruk keadaan kerajaan Majapahit diramaikan dengan konflik dan peperangan antar keluarga keraton sendiri yang memperebutkan tahta. Keraton jadi rusak, jadi serangan kerajaan Demak itu bukan penyebab utama runtuhnya keraton, melainkan hanya pemukul terakhir saja.

Meski bukti fisik keraton Majapahit belum ditemukan, para andal setuju berdasarkan bukti-bukti temuan arkelologis, lokasi sentra atau ibukota kerajaan Majapahit terletak di daerah Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Berbeda dengan keberadaan bukti fisik bangunan keraton Majapahit yang hingga sekarang masih belum ditemukan, lokasi tempat yang diduga sebagai sentra atau ibukota kerajaan Majapahit telah diketahui. Sejauh ini para arkeolog setuju ibukota kerajaan Majapahit terletak di daerah Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Kesepakatan ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan ribuan temuan arkeologis di situs Trowulan, baik berupa artefak, ekofak, serta fitur.

Di situs Trowulan ketika ini, jejak-jejak arkeologis kemegahan kerajaan Majapahit masih dapat dilacak. Baik dari sejumlah bangunan candi, petirtaan, gapura, patung, serta temuan aneka macam fragmen keramik kuno, gerabah, perhiasan, koin uang logam, dan lain-lain.

Salah satu candi di situs arkeologi Trowulan yang menjadi bukti kemegahan ibukota kerajaan Majapahit yaitu Candi Brahu, di Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Candi setinggi 25,7 meter dengan lebar 20,7 meter persegi ini diperkirakan dibangun pada masa ke-15 masehi, meski ada yang menduga umur candi itu lebih renta dari yang diperkirakan. [ilm]

Sumber http://www.ilmusiana.com