Sunday, July 1, 2018

√ Jong Java (Tri Koro Dharmo): Sejarah, Tujuan, Anggota

Apa itu Jong Java (Tri Koro Dharmo)? Mungkin, bagi kita yang hidup di zaman kini ini, jarang mendengar nama ini. Tetapi, di masa kemudian Jong Java gaungnya nyaring menyuarakan persatuan Indonesia. Buku-buku sejarah mengabadikan peran dan usaha mereka untuk mencapai Indonesia merdeka. Meskipun, masanya telah usang berlalu, tetapi kita dapat mengambil semangat usaha mereka sebagai ide dalam mengisi kemerdekaan ini.

 bagi kita yang hidup di zaman kini ini √ Jong Java (Tri Koro Dharmo): Sejarah, Tujuan, Anggota

Nah, pada kesempatan ini, kami akan menguraikan secara singkat sejarah kelahiran Jong Java atau Tri Koro Dharmo, dan bentuk-bentuk perjuangannya.

Sejarah Jong Java (Tri Koro Dharmo)

Jong Java yakni nama organisasi perjaka yang sebagian besar anggotanya berasal dari Pulau Jawa. Java merupakan sebutan lain dari Pulau Jawa. Pendiri organisasi Jong Java yakni Satiman Wirjosandjojo, seorang perjaka Surakarta berusia 23 tahun. Pendirian organisasi Jong Java dilakukan di Gedung Stovia, tepatnya pada tanggal 7 Maret 1915. Jadi, organisasi ini didirikan 3 tahun sebelum Jong Celebes di Sulawesi berdiri. Organisasi ini awalnya berjulukan Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia), Jong Java yakni nama yang digunakan kemudian. 

Pendirian organisasi ini dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan para perjaka kepada organisasi Boedi Oetomo yang dianggap terlalu elit. Pada waktu itu, para perjaka setuju untuk mendirikan organisasi lain yang dapat menampung aspirasi mereka. 

Pada tanggal 12 Juni 1918, Tri Koro Dharmo berubah nama menjadi Jong Java. Perubahan nama ini dilakukan dalam sebuah kongresnya yang pertama di Solo. Perubahan nama ini dimaksudkan untuk merangkul pemuda-pemuda dari Madura, Sunda, dan Bali. Bahkan, pada tahun 1921 atau tiga tahun kemudian sempat terbesit ide untuk melaksanakan fusi antara Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, meskipun upaya ini tidak berhasil.

Organisasi ini lebih bercorak Jawa alasannya yakni sebagian besar anggotanya merupakan murid-murid Jawa. Namun, beberapa anggota luar Jawa pun tetap hadir dalam aneka macam pelaksanaan kongres, menyerupai pada Kongres ke-2 di Yogyakarta pada tahun 1919. Dalam kongres tersebut, dibahas beberapa hal-hal besar, seperti:
  • Menjadikan bahasa Jawa lebih demokratis
  • Arti Pendirian Nasional Jawa dalam pergerakan rakyat
  • Milisi untuk bangsa Indonesia
  • Pendirian perguruan tinggi tinggi
  • Sejarah Sunda
  • Kedudukan Wanita Sunda
Kongres selanjutnya atau kongres ke-3 Jong Java dilakukan di Solo, Jawa Tengah. Sedangkan, kongres ke-4 dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat. Pada kongres ke-3 dan ke-4 itu, dibahas pengembangan rasa persatuan di antara suku-suku bangsa di seluruh nusantara dan keinginan pendirian Jawa Raya.

Organisasi Jong Java menegaskan bahwa mereka bukanlah organisasi politik, sehingga tidak akan mencampuri urusan politik atau melaksanakan agresi politik. Hal ini tercermin dalam semua kongres yang pernah dilaksanakan oleh Jong Java. Komitmen ini dipertegas kembali dalam kongres ke-5 pada tahun 1922, di Solo, Jawa Tengah.

Tetapi, dalam perjalanannya Jong Java mulai terpengaruh dengan paham politik yang dianut oleh Serikat Islam (SI) yang waktu itu dipimpin oleh Haji Agus Salim. Pengaruh itu semakin berpengaruh yang tercermin dalam kongres ke-6 pada tahun 1924. Beberapa tokoh tidak baiklah dengan efek tersebut, khususnya tokoh-tokoh yang berpegang teguh pada asas agama Islam. Para tokoh tersebut balasannya keluar dan mendirikan organisasi lain yang berjulukan Jong Islamieten Bond (JIB).

Organisasi Jong Java kian berkembang, semenjak tahun 1925 mereka mulai memajukan gagasan persatuan Indonesia dan kemerdekaan Indonesia. Setelah dilaksanakannya Kongres Pemuda 2 pada tahun 1928, Jong Java baiklah dengan rencana penggabungan seluruh organisasi perjaka ke dalam wadah yang berjulukan Indonesia Moeda. Pada tahun itu juga, ketua Jong Java, R. Koentjoro Poerbobpranonto menegaskan kepada seluruh anggota Jong Java bahwa demi tanah air Indonesia Jong Java siap membubarkan diri dan bergabung dengan organisasi perjaka lainnya. Terhitung semenjak tanggal 27 Desember 1929, Jong Java pun resmi bergabung dengan Indonesia Moeda.

Tujuan Jong Java (Tri Koro Dharmo)

Tujuan didirikannya Jong Java atau Tri Koro Dharmo yakni untuk menyatukan para pelajar pribumi, memajukan pengetahuan umum, dan membangkitkan minat mereka pada kesenian dan bahasa nasional. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Jong Java (Tri Koro Dharmo) untuk mewujudkan tujuan tersebut, antara lain mendirikan forum yang memberi beasiswa, mengadakan pertemuan dan kursus, menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo, serta menyelenggarakan pertunjukan kesenian.

Anggota Jong Java (Tri Koro Dharmo)

Anggota-anggota pertama pada ketika Jong Java atau Tri Koro Dharmo didirikan adalah:
  • Ketua: Dr. Satiman Wirjosandjojo
  • Wakil Ketua: Wongsonegoro
  • Sekretaris: Sutomo
  • Anggota: Muslich, Mosodo, dan Abdul Rahman.
Demikianlah klarifikasi wacana Jong Java (Tri Koro Dharmo). Bagikan materi ini semoga orang lain juga dapat membacanya. Terima kasih, semoga bermanfaat.

Sumber http://www.ilmusiana.com