Friday, March 16, 2018

√ Tanda - Tanda Kecintaan Allah Terhadap Hambanya

 Tanda Kecintaan Allah Terhadap Hambanya √ Tanda - Tanda Kecintaan Allah Terhadap Hambanya

Allah berfirman: Katakanlah: "Jika kau (benar-benar) menyayangi Allah, ikutilah aku, pasti Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."  [Ali Imran:31]   Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 Ayat ini meliputi beberapa hal penting:

1. Allah menghukumi atas orang yang mengaku menyayangi Allah, namun bukan dengan cara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, maka beliau yaitu seorang pendusta dalam pengakuannya, hingga beliau mengikuti syariat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan agama yang dibawanya dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaannya. 
2. Dengan mengikuti Nabi saw., maka beliau akan mendapat cinta Allah kepadanya, yang mana hal itu lebih agung daripada cintanya kepada Allah.
  • Sebagian orang bijak yang alim berkata: Hal yang terpenting bukanlah kau mencintai, namun yang terpenting yaitu kau dicintai.
  • Hasan Basri dan ulama Salaf lainnya mengatakan: Suatu kaum mengira bahwa mereka menyayangi Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini: "Katakanlah: 'Jika kau (benar-benar) menyayangi Allah, ikutilah aku, pasti Allah menyayangi kamu'" [Ali Imran:31]
3. Dengan mengikuti Rasulullah saw., maka dosa-dosa akan terampuni. Allah telah menyifati diri-Nya dengan sifat pengampun dan pengasih. 
(Ibnu Katsir: 2/25)

Hadis - hadis perihal kecintaan Allah terhadap Hambanya : 
1. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman -dalam hadits Qudsi: "Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahukan padanya bahwa ia akan Kuperangi (Kumusuhi). Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melaksanakan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan melaksanakan hal-hal yang sunnah, sehingga hasilnya Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah telinganya yang ia pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk melihat, Akulah tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi dan jikalau ia mohon tunjangan padaKu, pasti Kulindungi." (Riwayat Imam Bukhari).

Penjelasan:
Namanya hadits Qudsi yakni yang menyatakan firman-firman Allah selain yang tercantum dalam al-Quran. Dalam hadits ini dijelaskan betapa tingginya derajat seseorang itu apabila telah diakui sebagai kekasih oleh Allah Ta'ala atau yang lazim disebut waliyullah. Banyak orang yang salah pengertian perihal siapa yang sanggup disebut waliyullah itu. Sebagian ada yang menyampaikan bahwa waliyullah ialah semacam dukun yang sanggup menyembuhkan beberapa orang sakit atau yang sanggup meneka nasib seorang dikemudian harinya, atau orang yang tidak gampang ditemui lantaran selalu menghilang-hilang saja dan siapa yang ditemui olehnya yaitu orang yang bahagia, dan bahkan ada yang menyampaikan bahwa waliyullah itu tidak perlu bershalat dan berpuasa lantaran telah menjadi kekasih Allah.

Persangkaan sebagaimana di atas itu tidak benar, lantaran memang tidak sedemikian itu sifatnya waliyullah. Maka yang lebih dulu perlu kita ketahui ialah: Siapakah yang sebetulnya sanggup disebut waliyullah atau kekasih Allah itu? Jawabnya: Dalam al-Quran, Allah berfirman: "Tidak ada yang dianggap sebagai kekasih Allah, melainkan orang-orang yang bertaqwa kepadaNya." Alangkah ringkasnya pengertian waliyullah itu, tetapi benar-benar sanggup menyeluruhi semua keadaan. Kalau ada pengertian waliyullah selain yang difirmankan oleh Allah sendiri itu, jelaslah bahwa itu hanyalah penafsiran insan sendiri dan tidak menurut kepada agama Islam sama sekali. Waliyullah yang berupa orang-orang yang bertaqwa kepada Allah itulah yang dijamin oleh Allah akan mendapat tunjangan dan penjagaanNya selalu dan siapa saja yang hendak memusuhinya, pasti akan ditumpas oleh Allah, lantaran Allah sendiri menyatakan permusuhan terhadap orang tadi. Sekarang bagaimanakah taraf pertamanya biar supaya kita dikasihi oleh Allah? Jawabnya: Mendekatkan (bertaqarrublah) kepada Allah dengan penuh melaksanakan segala yang difardhukan (diwajibkan). Inilah cara taqarrub yang sebaik-baiknya dalam taraf permulaan. Kemudian sempurnakanlah taqarrub kepada Allah Ta'ala itu dengan jalan melaksanakan hal-hal yang sunnah-sunnah. Kalau ini telah dilaksanakan, pastilah Allah akan menyatakan kecintaanNya. 

Selanjutnya, apabila seorang itu telah benar-benar bertaqarrub kepada Allah dan Allah sudah mencintainya, maka baik pendengarannya, penglihatannya, tindakan tangan dan kakinya semuanya selalu mendapat petunjuk dari Allah, selalu diberi bimbingan dan hidayat serta pertolongan oleh Allah. Bahkan Allah menjanjikan kalau orang itu meminta apa saja, pasti dikabulkanNya, mohon tunjangan dari apa saja, pasti dilindungiNya. Dengan demikian, maka seringkali timbullah beberapa macam karamah dengan izin Allah. Karamah ialah sesuatu yang tampak luar biasa di mata umum yang sanggup dilakukan oleh seorang waliyullah itu, semata-mata sebagai suatu kemuliaan atau penghargaan yang dikurniakan oleh Allah kepadanya. Tetapi ingatlah bahwa tidak seorang waliyullah pun yang sanggup mengetahui bahwa dirinya itu menjadi waliyullah. Kalau seorang sudah menyampaikan sendiri bahwa dirinya itu waliyullah, jelaslah bahwa ia telah tertipu oleh anggapan atau persangkaannya sendiri dan sudah pasti ia telah tertipu oleh undangan syaitan yang menyesatkan. Selain itu, bagaimana juga hal ihwal dan keadaan seorang waliyullah itu, pasti ia tidak sanggup mengetahui hal-hal yang ghaib, contohnya mengetahui apa yang tersimpan dalam hati orang lain, mengetahui nasib orang di kemudian harinya, kaya miskinnya dan lain-lain lagi. Dalam al-Quran, Allah berfirman: "Allah yang Maha Mengetahui masalah ghaib, maka tidak diberitahukanlah keghaiban-keghaiban itu kepada siapapun jua, selain kepada Rasul yang dipilih olehNya."

2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. pula dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam., sabdanya: "Jikalau Allah Ta'ala itu menyayangi seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan bahwa Allah menyayangi si Fulan, maka cintailah olehmu -hai Jibril- si Fulan itu. Jibril kemudian mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni langit memberitahukan bahwa Allah menyayangi si Fulan, maka cintailah olehmu semua (wahai penghuni-penghuni langit) si Fulan itu. Para penghuni langitpun kemudian mencintainya. Setelah itu diletakkanlah penerimaan baginya (yang dimaksudkan ialah kecintaan padanya) di kalangan penghuni bumi." (Muttafaq 'alaih). 

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala apabila menyayangi seorang hamba, kemudian memanggil Jibril kemudian berfirman: "Sesungguhnya Saya menyayangi si Fulan, maka cintailah ia." Jibril kemudian mencintainya. Seterusnya Jibril memanggil pada seluruh penghuni langit kemudian berkata: "Sesungguhnya Allah menyayangi si Fulan, maka cintailah olehmu semua si Fulan itu." Orang itupun kemudian dicintai oleh para penghuni langit. Selanjutnya diletakkanlah penerimaan (kecintaan) itu baginya dalam hati para penghuni bumi. Dan jikalau Allah membenci seorang hamba, maka dipanggillah Jibril kemudian berfirman: "Sesungguhnya Saya membenci si Fulan itu, maka bencilah engkau padanya." Jibril kemudian membencinya, kemudian ia memanggil semua penghuni langit sambil berkata: "Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah engkau semua padanya." Selanjutnya diletakkanlah rasa kebencian itu dalam hati para penghuni bumi."

3. ” Allah memperlihatkan dunia pada yang Dia cintai dan yang Dia benci . Tetapi Dia tidak memperlihatkan (kesadaran ber) agama, kecuali kepada yang Dia Cintai. Maka barang siapa diberikan (kesadaran ber) agama oleh Allah, berarti ia dicintai olehNya” ( HR. Imam Ahmad, Al Hakim dan Al Baihaqi)

Sumber http://falah-kharisma.blogspot.com