Wednesday, March 28, 2018

√ Sebab Cinta Saya Murtad

 Jika kalian ingin mengetahui sumber goresan pena yang akan saya tulis ini silahkan klik √ Karena Cinta Aku Murtad

Sebelumnya, saya ingin berterima kasih kepada Mutiara air mata muslimah karena memperbolehkan saya men - share artikel berikut. Jika kalian ingin mengetahui sumber goresan pena yang akan saya tulis ini silahkan klik disini. Daipada basa kedaluwarsa lagi mendingan eksklusif ke pokok pembahasan

Kisah Nyata : ... KARENA CINTA AKU MURTAD ...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .... Aku seorang perempuan berusia 27 tahun. Dua tahun yang kemudian saya melahirkan seorang anak ke dunia. Hanya saja mungkin keadaanku sebagai seorang ibu berbeda dengan ibu-ibu yang lain. Mereka senantiasa memandang wajah putra dan putrinya dengan tatapan kasih sayang, besar hati dan penuh cinta. Sedangkan aku? Yang kudapat ketika menatap bola matanya ialah kepedihan yang teramat perih dari kisi-kisi hati yang tersayat sesal.

Sebelum insiden pahit itu menyapa dalam hidupku, kehidupanku yang sederhana senantiasa diliputi oleh ketenangan. Aku senang dengan keadaanku, dengan rutinitasku. Setiap hari kujalani dengan hati yang riang sebagai seorang wanita. Kebanggaanku pada kehormatan yang senantiasa kujaga demi satu mimpi mendapat keluarga yang senang suatu ketika nanti. Hingga sosok itu hadir menghancurkannya.

Peristiwa itu bermula ketika saya bekerja sebagai salah satu staf tata usaha di sebuah perguruan tinggi kesehatan di kota Daeng. Aku berkenalan dengan dengan seorang laki-laki yang mengaku bujang. Dia juga bekerja sebagai staf tata usaha di kampus tempatku bekerja, namun jabatannya lebih tinggi dariku.

Seperti kata orang, “mulanya biasa saja,” yah, memang semuanya biasa saja. Saling ber-say hello, bercerita, bercanda, bertegur sapa. Sesuatu yang lazim dilakukan oleh sesama pegawai staf. Apalagi dalam satu kantor. Hingga waktu terus berjalan seiring dengan kekerabatan kami yang begitu akrab. Semuanya mulai menjadi sesuatu yang tidak biasa lagi.

Jujur saja, dalam hal agama, pengetahuanku memang tidak terlalu dalam. Orang mungkin biasa mengatakannya “awam”. Di alam pikiranku, bergaul dengan lawan jenis itu ialah sesuatu yang biasa. Seperti yang terjadi ditengah masyarakat. Apalagi saya dilahirkan dari lingkungan keluarga yang pendidikan agamanya “biasa-biasa saja” tidak mengenal apa itu tarbiyah, ikhtilath, ghibah, dan istilah-istilah yang lain.

Sebenarnya saya tidak pernah berkeinginan untuk dekat dengannya, alasannya pertimbangan beda agama. Dia seorang non muslim. Namun rayuan demi rayuannya, perjuangannya mendekatiku, janji manisnya, perhatiannya yang berlebihan dan tidak henti-henti meski selalu kutolak dengan cara yang halus, bertahap meluluhkan hatiku.

Gayung pun bersambut, alhasil kuterima uluran tangannya. Waktu itu saya tidak berpikir untuk serius. Hanya sekedar pengisi waktu saja. Apalagi ia sudah banyak berkorban untukku, dan saya merasa kasihan padanya. Waktu itu saya berpikir suatu ketika nanti saya akan minta putus. Praktis kan?

Hubungan kami pun berjalan secara rahasia, back street. Untuk menghindari ocehan dan desas desus penghuni kampus.

Seiring dengan waktu yang mengantar kebersamaanku dengannya, entah mengapa tanpa sadar saya sudah mulai menyukainya, mencintainya. Aku tidak tahu, apa yang telah membuatku begitu tergila-gila kepadanya. Kehidupannya juga sederhana, wajahnya malah dibawah rata-rata. Apa alasannya rayuannya? Kelihaiannya mengumbar rayuan gombal menjadikanku merasa tersanjung dan berbunga-bunga. Seakan-akan akulah perempuan yang paling menarik di dunia ini. Di sampingnya saya selalu merasa yang terbaik. Dia sungguh arif menggombal.

Tak pernah kusangka dan kuduga sebelumnya, hubunganku dengannya sudah melewati ambang batas moral dan norma agama.

Tragedi yang tak mungkin pernah bisa kulupakan dalam lembaran sejarah hidupku. Aku hamil. Aku tidak tahu, iblis mana yang merasukiku waktu itu. Mengapa saya bisa menjadi sehina ini? Mengorbankan sesuatu kepada seseorang yang sesungguhnya tidak berhak dan dihentikan mengusiknya.

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak berani lagi pulang ke kampung dengan corengan hitam di wajahku. Tidak hingga di situ, entah darimana pihak birokrasi kampus mengetahui kehamilanku di luar nikah, yang berujung dengan memecatku.

Pihak kampus tidak mengetahui siapa bapak dari bayi yang kukandung. Dia mengancamku dan menyuruhku untuk tutup mulut. Aku tersudut. Entah mengapa ia sudah begitu menguasai hidupku. Seakan membuatku tak bisa bergerak.

Dan saya tidak mengerti, mengapa saya selalu berdasarkan saja pada setiap kata dan perintahnya. Yang bisa kulakukan hanya memohon kepadanya untuk bertanggung jawab atas perbuatannya terhadapku.

Ia bersedia menikahiku dengan satu syarat, saya harus keluar dari Islam dan masuk ke agamanya. Menjadi seorang non muslim sepertinya. Ternyata orang yang selama ini mencurahkan perhatiannya -yang kukira nrimo untukku- ialah seorang misionaris.

Istilah ini juga gres kukenal sesudah semuanya sudah terlanjur terjadi. Selama ini istilah itu hanya lewat saja di kepalaku. Masuk indera pendengaran kiri, keluarpun juga lewat indera pendengaran yang sama. Aku tidak pernah membayangkan jikalau saya akan menjadi korbannya. Aku tidak pernah menerka kalau istilah dan kekhawatiran sebagian kaum muslim wacana misi itu ternyata menimpa kehidupanku.

Mirisnya alasannya saya sudah terlanjur menjadi korbannya. Kakiku sudah sulit dan mungkin tidak bisa lagi saya tarik kembali. Yang ada di kepalaku ketika itu bukan lagi wacana aqidahku, tetapi wacana makhluk kecil yang ada di rahimku. Tentang aib, wacana calon istri bayi yang saya juga mulai mencintainya. Aku tidak ingin menggugurkannya. Ia darahku dan saya ingin mencicipi desahan nafasnya. Merasakan kaki-kaki kecilnya nanti akan meronta di dalam dekapanku.

Otakku sudah buntu, bagiku sudah tak ada lagi pilihan lain. Aku tidak sanggup menghadapi malu ini sendiri, imanku begitu lemah. Aku tidak mau bayiku terlahir tanpa ayah dan akan dicemooh kelak di tengah masyarakat. Ditambah lagi siapa yang akan menanggung beban ekonomi kami nanti? Sedangkan saya sudah dipecat dan menjadi salah satu dari sekian banyak pengangguran yang ada di kota ini.

Akhirnya, kuikuti keinginannya. Kujual akidahku dengan harga yang sangat murah dan tak bernilai. Kulepas jilbab yang selama ini menutup kepalaku, beralih ke agamanya, murtad dari agama Islam yang benar dan suci.

Tapi lagi-lagi, keputusanku itu bukanlah hal yang tepat. Saat ini, meskipun ia sudah berhasil menjadikanku sebagai salah satu korban misinya, ia tengah berusaha mendekati dan mengejar seorang mahasiswi, tetap di kampus yang sama. Korban misi yang berikutnya.

Aku sama sekali tidak berdaya, saya sangat lemah dan pengecut. Aku selalu ketakutan dengan ancaman-ancaman dan perlakuannya yang keras dan kasar. Aku ketakutan pada kekasaran tangannya yang selalu menyiksa tubuhku. Rasanya perih. Aku menjadi semakin lemah. Aku tak tahu mengapa harus menjadi menyerupai ini? Padahal bisa saja saya lari menjauh dari hidupnya. Tapi lagi-lagi tetap saja saya tidak bisa. Ada yang mengikatku dengannya, sesuatu yang tidak saya mengerti.

Tapi hatiku sedikit lega ketika kudengar bahwa mahasiswi itu mempunyai sobat seorang akhwat berjilbab besar yang selalu bersamanya. Akhwat itu pastilah lebih mengerti wacana kristenisasi dan akan memahamkan dirinya. Sehingga mau tidak mau, misionaris yang ketika ini sudah menjadi suamiku sulit unutk bisa mendekatinya.

Saat kisah ini dituturkan, saya masih dalam keadaan menyerupai ini, terkatung dalam penderitaan dan penyesalan. Penderitaanku ini mungkin ialah tanggapan atas dosa besar yag telah kuperbuat.

Hanya ini yang bisa kulakukan untuk para calon ibu di manapun berada. Semoga kisahku ini yang hanya berwujud tinta di atas kertas, sanggup dibaca dan dijadikan sebagai pelajaran bagi seluruh perempuan -khususnya para dewasa muslimah- bahwa misionaris sedang berkeliaran di sekitar kita dengan metode-metodenya yang beragam.

Selagi masih sempat, belajarlah wacana agama Allah. Jangan tunggu hingga menyesal menyerupai keadaanku sekarang. Jangan menunggu hingga kau merasa gundah dengan tindakan apa yang harus kau lakukan ketika kehancuran kita sebagai perempuan yang gagal mempertahankan kehormatannya menyapa.

Selagi muda, berguru dan belajarlah untuk memperkuat aqidah keislaman yang mulia. Kenalilah mereka dari metode-metode apa saja yang mereka gunakan. Tingkatkan kewaspadaan dan tolong sebarkan pada saudarimu yang lain. Agar tidak lagi menjadi tangis penyesalan menyerupai yang saya alami terhadap mereka. Agar tidak ada lagi terjadi perusakan fitrah terhadap bayi-bayi yang tak berdosa. Jika ibu mereka ialah Islam, maka insya Allah anaknya juga akan Islam.

Habiskan waktumu untuk ilmu, dan jangan kau habiskan untuk mencari-cari animo model terbaru, berjalan di mall tanpa manfaat atau menghabiskannya di kegelapan malam dengan lelaki yang kau pandang sebagai kekasih.

Mereka bukan kekasih …, tetapi serigala yang ingin menelanmu bulat-bulat. Bacalah buku-buku atau majalah-majalah Islami. Jadilah perempuan yang cerdas dan tangguh. Belajarlah dari kesalahan dan kelemahanku. Belajarlah dari penyesalan dan penderitaanku. Sungguh …, apa yang kualami sangat menyakitkan. Kau akan merasa antara hidup dan mati. Tak ada lagi senyum ceria. Air matapun mengering. Selagi kau bisa meniti dan merencanakan mada depanmu.

Aku hanya bisa bercerita, setidaknya biar engkau bisa merenung barang sedetik. Sekali lagi …, belajarlah dari hidupku!!! Dan tolong doakanlah saya biar saja suatu ketika nanti keberanian itu akan muncul dalam diriku, sehingga saya bisa kembali ke jalan-Nya yang benar.

Mudah-mudahan Allah mendengar doamu meski hanya seorang diantaranya. Tolong doakanlah saya barang semenit saja. Karena ketika ini saya benar-benar mencicipi ketidakberdayaan sebagai seorang perempuan dan sebagai seorang manusia.

“Anakku, maafkan Ibu dikarenakan telah merusak fithrahmu, cepatlah besar untuk bisa memilih sendiri jalan hidupmu.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR.Bukhari)

Wallahu A'lam Bishawab ..
Semoga kita sanggup mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ..

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga goresan pena ini sanggup membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jikalau berdasarkan sobat note ini bermanfaat ....

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....

# SUMBER : diketik ulang dari buku: “KARENA CINTA AKU MURTAD; kisah-kisah bertabur nasihat dan insprirasi untuk melewati episode keremajaan kamu” Suherni Syamsul, Penerbit: Gen!mirqat, hal 1-11

Sumber http://falah-kharisma.blogspot.com