Monday, March 19, 2018

√ Penerapan Analisis Performance Assessment Dalam Pembelajaran Fisika Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Di Sekolah?

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Permasalahan besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang lagi banyak diperbincangkan yaitu rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. (Depdiknas, 2007). Adapun masalah lain yaitu bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan penerima didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kurang memperlihatkan kesempatan kepada peserta didik dalam banyak sekali mata pelajaran, untuk membuatkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis. Akibatnya penerima didik menjadi kurang memahami secara terang wacana konsep-konsep fisika dan aplikasinya, sehingga tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan terus diusahakan, diantaranya yaitu pembaharuan di bidang pendidikan. Dalam pembaharuan pendidikan ada tiga persoalan pokok yang harus diperhatikan, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran (Nurhadi, 2003:1). Kualitas proses berguru mengajar di sekolah harus ditingkatkan juga. Usaha untuk meningkatkan keberhasilan proses berguru mengajar dilakukan dengan cara melakukan penilaian dalam tiap tahapan proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Menengan Atas yang ada di jember salah satunya yaitu Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Jember dan Sekolah Menengan Atas Negeri 5 Jember telah memakai performance assessment untuk melaksanakan penilaian kinerja terhadap psikomotor siswa. Adapun untuk sekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama yang sedang menerapkan performance assessment yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Jember. Meskipun demikian, masih banyak sekolah terutama guru-gurunya yang belum banyak memakai performance assessment untuk melaksanakan penilaian kinerja terhadap siswa khususnya dalam pembelajaran fisika.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Astutik wacana implementasi pengembangan pembelajaran IPA aktif (SAL) dengan memakai performance assessment pada mata kuliah pengembangan pembelajaran IPA terhadap mahasiswa S1 PGSD yang sedang dilaksanakan. Hal ini dilakukan sebagai upaya bahwa pada pembelajaran IPA terutama untuk tingkat SD penilaian kinerja ini penting untuk menilai psikomotor siswa dan sejauhmana keterlibatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Evaluasi atau penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran dan keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan. Penilaian tersebut meliputi penilaian terhadap kognitif, afektif dan psikomotor. Akan tetapi menurut kenyataan yang ada masih banyak para pengajar yang hanya mengutamakan penilaian dari segi kognitif. Hal ini bisa diketahui dengan seringnya diadakan penilaian hanya melalui ulangan harian tanpa memperhatikan penilaian kinerja, contohnya keaktifan siswa dalam diskusi dan percobaan.

Karakteristik pembelajaran fisika yaitu mempelajari fisika dari konsep yang gampang hingga yang sulit, dari yang sederhana hingga yang kompleks dari yang nyata hingga yang abstrak, dari yang mikroskopik hingga makroskopik. Melihat karakteristik tersebut maka diharapkan penilaian proses dan penilaian produk dalam pembelajaran fisika. Penilaian proses dilakukan dengan memakai performance assessment.

Performance assessment sangat penting untuk menilai siswa dari segi psikomotor meliputi persepsi, kesiapan melaksanakan pekerjaan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, keaslian/organisasi. Pengembangan keterampilan psikomotor dalam pembelajaran fisika ini sangat penting untuk membuatkan kompetensi yang ada dalam diri siswa, sehingga siswa lebih siap dan paham kalau dihadapkan dalam sebuah kegiatan atau permasalahan yang berkaitan dengan insiden yang memperlihatkan tanda-tanda fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merasa perlu dan penting melaksanakan Analisis Performance Assessment dalam Pembelajaran Fisika Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Sekolah.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan persoalan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:
Bagaimanakah penerapan analisis performance assessment dalam pembelajaran fisika sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah?
1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan  rumusan persoalan  maka tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk mengkaji penerapan analisis performance assessment dalam pembelajaran fisika sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
1.4  Manfaat Penulisan
1.Bagi Sekolah
Dengan adanya performance assessment dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah.

2.Bagi Guru
Sebagai salah satu materi referensi dalam memperlihatkan pemahaman wacana pentingnya penyusunan performance assessment dalam pembelajaran fisika untuk menilai psikomotor dan keterampilan diri siswa selama proses pembelajaran.

3.Bagi Siswa
Performance assessment sebagai instrumen yang akan memotivasi siswa untuk selalu aktif dan membuatkan keterampilan yang dimiliki pada tiap tahapan pembelajaran fisika lantaran penilaian dilakukan terus selama proses pembelajaran.


BAB 2 TELAAH PUSTAKA

2.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Teori kurikulum menyatakan bahwa kurikulum yaitu sebagai perangkat pernyataan yang memperlihatkan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi lantaran adanya penegasan kekerabatan antara unsur-unsur kurikulum lantaran adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan penilaian kurikulum. (Sukmadinata, 2009:27)

Kurikulum yaitu seperangkat planning atau pengaturan mengenai tujuan, isi dan materi pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan siswa. Oleh lantaran itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian aktivitas pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum ini dilandaskan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 wacana Standar Nasional Pendidikan, dan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum ini berlaku pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan antara lain:

a.      Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan siswa dan lingkungannya.
Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa untuk membuatkan kompetensisnya semoga menjadi insan yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pengembangan kompetensi siswa diubahsuaikan dengan potensi perkembangan,kebutuhan, dan kepentingan siswa serta tuntutan lingkungan. 

b.      Beragam dan Terpadu
Pengembangan kurikulum memperhatikan keragaman karakteristik siswa, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, etika istiadat, status sosial, ekonomi, dan gender. Kurikulum haruslah luas meliputi seluas-luasnya mata pelajaran dan muatan di setiap mata pelajaran harus ada keterkaitan di antara butir-butir kurikulum.

c.       Tanggap terhadap perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pengembangan kurikulum menurut ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Sains, teknologi, dan seni berkembang begitu cepatnya. Kurikulum hendaknya memperlihatkan pengalaman berguru kepada siswa untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d.      Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan kurikulum relevan dengan kebutuhan kehidupan;  kehidupan sehari-hari siswa, kehidupan kemasyarakatan, dunia perjuangan dan dunia kerja. Oleh lantaran itu, sudah seharusnya kurikulum membuatkan beberapa keterampilan atau keahlian menghadapi hidup (life skills) yaitu keterampilan pribadi berpikir sosial, akademik, dan vokasinal kurikulum melayani kebutuhan siswa masa sekarang dan masa yang akan datang.

e.       Menyeluruh atau komprehensif dan berkesinambungan
Menyeluruh atau komprehensif yaitu meliputi keseluruhan kompetensi, keilmuan, mata pelajaran yang dipelajari, metode pembelajran yang dipergunakan dan pengalaman berguru yang tersedia. Berkesinambungan artinya keseluruhan kompetensi, keilmuan, dan mata pelajaran itu direncanakan dan disajikan antar sesama jenjang pendidikan.

f.       Belajar seumur hidup
Siswa berguru seumur hidup melalui proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan. Pengembangan kurikulum meliputi pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan insan seutuhnya.

g.      Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kepentingan nasional dan kawasan yang seimbang, saling mendukung dan memberdayakan bertujuan untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.2  Pembelajaran Fisika
Pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan penerima didik. Dalam pembelajaran terdapat dua konsep kegiatan yang  tidak sanggup dipisahkan satu dengan yang lainnya yaitu berguru dan  mengajar. Definisi lain wacana berguru dikemukakan oleh Slameto (2003:2) bahwa berguru merupakan suatu proses perubahan tingkah laris sebagai hasil dari interaksi dengan temannya melalui latihan dan pengalaman. Menurut Sudjana (2004:29) mengajar yaitu kegiatan mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar penerima didik sehingga sanggup menumbuhkan dan mendorong penerima didik melaksanakan proses belajar.

Berdasarkan definisi di atas sanggup disimpulkan bahwa berguru dan mengajar merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi antara guru dengan penerima didik, penerima didik dengan penerima didik dan penerima didik dengan lingkungan.

Pembelajaran fisika yaitu upaya sistematik untuk membantu penerima didik dalam proses berguru mengajar untuk mempelajari fisika. Pembelajaran fisika dikatakan baik, bila penerima didik sanggup menguasai fisika wacana : (1) prinsip yang konstan atau selalu tunduk dengan aturan kesepakatan, yang harus dikuasai secara kognitif ; (2) sesuatu yang diamati dan terukur yang penguasaannya harus terlihat adanya keterlibatan fisik atau otot yang dikenal dengan kemampuan psikomotor; (3) kebermanfaatan ilmu pengetahuan tersebut secara pribadi atau tidak pribadi dalam menunjang kebutuhan hidup atau dalam sistem sosial, penguasaan fisika yang berkaitan dengan kebermanfaatan ini dikenal dengan kemampuan afektif (Sutarto, 1996:10).

Berdasarkan  uraian di atas, sanggup dipahami bahwa mempelajari fisika tidak hanya mendengarkan ceramah saja tetapi harus disertai keaktifan penerima didik secara pribadi dalam pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan pembelajaran fisika di sekolah yaitu semoga penerima didik menguasai konsep-konsep fisika dengan benar, sistematis dan praktis.

2.3  Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan unsur kegiatan penting dalam proses proses pembelajaran, lantaran melalui penilaian sanggup diketahui apakah tujuan yang direncanakan atau perubahan tingkah laris sebagai hasil berguru sanggup tercapai atau tidak, serta seberapa jauh keberhasilan berguru tersebut sanggup dicapai.  

Sebagai alat penilai hasil pencapaan tujuan dalam pengajaran, evalussi harus dilaksanakan secara terus-menerus. Evaluasi itu lebih dari sekedar untuk memilih angka keberhasilan belajar. Hal paling penting mengenai penilaian yaitu sebagai dasar untuk umpan balik atau feed back dari proses berguru mengajar yang dilaksanakan. Oleh lantaran itu, kemampuan guru menyusun alat dan melaksanakan penilaian merupakan bab dari kemampuan menyelenggarakan proses berguru mengajar secara keseluruhan (Ali, 2004:113).



Penilaian digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang meliputi banyak sekali segi pengalaman berguru yang sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan penilaian hendaknya dilakukan secara terus menerus, melalui penilaian terhadap proses pembelajaran itu sendiri, dan penilaian terhadap hasil yang dicapai.

Menurut Ibrahim (2007) menyatakan ada dua focus penilaian yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Evaluasi proses difokuskan pada proses pendidikan yang dilaksanakan serta banyak sekali variabel yang terlibat dalam proses pendidikan tersebut. Sedangkan dalam penilaian hasil focus utama penilaian yaitu pada hasil berguru penerima didik. Evaluasi ini biasanya sanggup dijadikan sebagai dasar baik untuk kepentingan mengetahui keberadaan hasil berguru maupun sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut sanggup diketahui bahwa penilaian proses selain mengevaluasi kesesuaian proses pembelajaran dengan upaya pencapaian tujuan, juga mengevaluasi perubahan-perubahan tingkah laris yang secara sedikit demi sedikit dicapai oleh siswa. Sedangkan penilaian terhadap hasil pembelajaran yang dicapai dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang direncanakan sanggup dicapai, serta seberapa jauh keberhasilan pencapaian tujuan tersebut.

Jenis penilaian Pembelajaran, Authentic assessment yaitu bentuk penilaian yang mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa, yang tidak hanya meninjau dari aspek hasil selesai dari suatu pembelajaran, tetapi juga meninjau dari proses dan kinerja yang dilakukan siswa dalam mencapai pengetahuan dan keterampilan tersebut (Nurhadi dan senduk, 2003:51).

O’Malley dan Pierce dalam Ilman (dalam Silaningtyas, 2009) mengelompokkan penilaian autentik menjadi tiga, sebagai berikut (1) Penilaian kinerja (Performance assessment), Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan yang dirancang khusus untuk menghasilkan respon, (2) Penilaian portofolio, portofolio merupakan bentuk penilaian yang didasarkan pada kumpulan hasil karya siswa dengan tujuan untuk memperlihatkan kemampuan hasil belajarnya, (3) Penilaian oleh siswa sendiri, penilaian oleh siswa sendiri dilakukan secara terintegrasi.

Penelitian yang dilakukan Moon (2005) telah menandakan bahwa pengembangan penilaian otentik di sekolah telah menerima respon yang positif baik oleh guru maupun siswa. Hasil penilaian otentik lebih sanggup memperlihatkan informasi hasil berguru yang konsisten dibanding dengan teknik penilaian yang tradisional (paper and pencil test). La Lopa (dalam Haryono, 2009) menyatakan bahwa penilaian yang sanggup mengungkap pengetahuan siswa secara baik, yang merujuk pada taksonomi Bloom yaitu: knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation guru harus mengungkap dengan banyak sekali teknik. Kemampuan siswa tersebut tidak sanggup hanya diungkap dengan paper and pencil test. Salah satu cara yang diutarakan oleh La Lopa yaitu dengan teknik penilaian yang menyeluruh, baik secara tertulis maupun lisan.

Bentuk-bentuk penilaian pelaksanaan penilaian ditinjau dari target yang hendak dicapai sanggup dibedakan ke dalam empat macam, yaitu: (1) Evaluasi formatif, yaitu penilaian yang dilaksanakan setiap kali selesai pelaksanaan proses pembelajaran tertentu, (2) Evaluasi sumatif, yaitu penilaian yang dilaksanakan setiap selesai pembelajaran pada suatu aktivitas atau sejumlah unit pelajaran tertentu, (3) Evaluasi diagnostik, yaitu penilaian yang dilaksanakan sebagai sarana diagnose, (4) Evaluasi penempatan, yaitu penilaian kalau perencanaan pembajaran menuntut adanya pembedaan siswa menurut kelompok, baik dalam keberhasilan atau aktivitas yang dipilih. (Hakiim, 2008: 166)

Menentukan tingkat keberhasilan menurut hasil penilaian sanggup digunakan tiga macam acuan, yaitu: (1) Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Refference Evaluation. Dalam penilaian semacam ini ditentukan terlebih dahulu patokan keberhasilan. Nilai keberhasilan penilaian didasarkan pada patokan ini, (2) Penilaian pola Norma (PAN) atau Norm Refference Evaluation. Nilai keberhasilan ditentukan menurut norma keberhasilan kelompok, (3) Gabungan pola patokan dan  norma.

Evaluasi menurut taksonomi bloom, meliputi: (1) Evaluasi Aspek Kognitif, ada enam tingkatan yang dinilai yaitu, pengetahuan (knowledge) bekerjasama dengan kemampuan mengingat, pemahaman (comprehension) bekerjasama dengan kemampuan  memahami arti suatu materi pembelajaran, penerapan (application) bekerjasama dengan kemampuan menerapkan atau menafsirkan suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari ke dalam situasi gres atau situasi yang konkret, menyerupai menerapkan suatu metode, konsep prinsip atau teori, Analisis (Analysis) bekerjasama dengan kemampuan menguraikan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bab sehingga susunannya sanggup dimengerti, sintesis (synthesis) memperlihatkan pada menghimpun bab ke dalam suatu keseluruhan, Evaluasi (evaluation) bekerjasama dengan kemampuan menciptakan penilaian terhadap sesuatu menurut pada maksud atau kriteria tertentu, (2) Evaluasi Aspek Psikomotor, Psikomotor atau keterampilan yaitu melaksanakan suatu jenis kegiatan tertentu, dicapainya keterampilan yang diperoleh siswa ditandai oleh adanya kemampuan menampilkan bentuk-bentuk gerakan tertentu dalam melaksanakan suatu kegiatan, sebagai respon dari rangsangan yang datang, (3) Evaluasi Aspek Afektif, Evaluasi pada siswa berkaitan dengan afektif atau sikap dilakukan melalui pengamatan dan interaksi pribadi dengan siswa secara terus menerus. Instrumen penilaian memakai angket atau inventori, bukan menurut tes (Hakiim, 2008:171-172).

Pelaksanaan penilaian sanggup dilakukan dengan dua macam teknik yaitu
1.      Teknik Non Tes, umumnya memakai alat-alat yaitu:
a.             Wawancara atau interview
Teknik ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab, baik secara pribadi maupun tidak langsung.
b.            Angket, dianggap mempunyai kesamaan dengan wawancara akan tetapi anget dilaksankan secara tertulis, sedangkan wawancara secara ekspresi maupun tulisan.
c.             Pengamatan atau observasi, melaksanakan pengamatan terhadap objek atau kegiatan baik pribadi maupun tidak langsung, alat yang digunakan berupa panduan observasi yang disusun dalam bentuk check list atau skala evaluasi.
d.            Daftar Check
e.             Skala Evaluasi
Bentuk bukan tes banyak sekali digunakan terutama dalam melaksanakan penilaian terhadap keterampilan lantaran pelaksanaannya lebih banyak menekankan pada proyek kegiatan atau kehidupan.

2.Teknik Tes
Teknik tes sanggup dilaksanakan dengan tiga cara, yaitu
a.                   Tes lisan
Tes ekspresi dilakukan secara verbal untuk menilai kemampuan memecahkan masalah, proses berpikir melihat kekerabatan lantaran akibat, dan mempertanggungjawabkan pendapat
b.                  Tes tulisan
Dilakukan secara tertulis baik soal maupun jawabannya. Teknik ini mempunyai kegunaan yang sangat luas
c.                   Tes perbuatan
Tes yang dilaksanakan dengan balasan memakai tindakan atau perbuatan. Ini banyak berfungsi menilai psikomotor siswa. Tes ini terutama bertujuan untuk menilai kemampuan:
1)                  Manipulatif, yaitu kemampuan memakai alat-alat tertentu.
2)                  Manual, yaitu kemampuan melaksanakan perbuatan menurut petunjuk kerja tertentu.
3)                  Non verbal kemampuan yang susah diungkapkan secara verbal, namun diungkapkan dalam bentuk perbuatan.
4)                  Meningkatkan kesadaran diri wacana kemampuannya, sehingga menjadikan motivasi belajar.

Bentuk-bentuk soal tes yang digunakan dalam penilaian proses pembelajaran ada dua yaitu berupa tes essay (uraian) dan tes objektif atau pilihan ganda (Hakiim, 2008:167-168).

2.4  Performance Assessment dalam Pembelajaran Fisika
Perbedaan Individual dalam perkembangan kognitif memperlihatkan kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual penerima didik akan tercermin dalam sifat-sifat atau ciri-ciri mereka baik dalam kemampuan, keterampilan maupun sikap dan kebiasaan belajar, kualitas proses dan hasil belajar, baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Asrori, 2007:56).

Berkaitan dengan penilaian dari segi psikomotor atau keterampilan siswa maka diharapkan alat penilaian yang biasa disebut Performance assessment . Performance assessment merupakan penilaian kinerja yang dilakukan terhadap siswa berupa keaktifan dalam berdiskusi, melaksanakan percobaan serta hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan siswa dalam menerapkan konsep.

Pembelajaran fisika mengutamakan proses dalam mentransfer ilmu, konsep, hukum-hukum. Adanya konsep-konsep yang diajarkan dalam materi fisika diharapkan adanya pendiskusian serta percobaan untuk menandakan suatu insiden dan konsep yang ada dengan tujuan semoga konsep atau materi tersebut gampang dipahami siswa. Oleh lantaran itu, Performance Assessment mempunyai kaitan yang erat dengan pembelajaran fisika.

BAB 3 METODE PENULISAN

3.1 Bentuk Penulisan
Penulisan karya tulis ini yaitu penulisan non eksperimental yang berbentuk literary review dimana persoalan dikaji dan ditelusuri dari informasi menurut pustaka atau literatur yang ada.

3.2 Sumber Data
Studi pustaka dilakukan di UPT Perpustakaan Universitas Jember dengan media teknologi informasi internet. Data yang digunakan yaitu jenis data sekunder yang didapat dari laporan kiprah akhir, jurnal dan banyak sekali macam buku serta sumber lainnya.

3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini yaitu studi pustaka yang meliputi:
1.      Merumuskan permasalahan yang berkaitan wacana analisis penggunaan performance assessment dalam pembelajaran fisika
2.      Menelusuri pustaka lewat browshing internet dan diskusi serta sharing dengan jago dan sejawat.
3.      Mendeskripsikan secara representatif permasalahan dari beberapa pustaka yang ada.
4.      Melakukan kajian pemecahan masalah-masalah yang ada menurut data dan informasi yang ada dan dilanjutkan dengan menarik kesimpulan dari hasil pembahasan terhadap permasalahan yang dirumuskan.

3.4 Batasan Masalah
Dalam karya tulis ini pembahasan dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan Analisis Performance Assessment dalam pembelajaran fisika sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di Sekolah. Performance assessment yang dimaksudkan yaitu penilaian kinerja terhadap psikomotor atau keterampilan siswa yang digunakan dalam mengevaluasi proses pembelajaran fisika.

BAB 4 ANALISIS DAN SINTESIS

Berdasarkan permasalahan yang ada dan telaah pustaka yang dilakukan maka diketahui bahwa sebagian besar guru fisika belum menciptakan performance assessment dan sebagian lain menciptakan performance assessment tetapi kurang begitu maksimal untuk menilai psikomotor atau keterampilan kinerja siswa.

Fisika merupakan bab dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu wacana alam secara sistematis berupa penemuan, penguasaan, kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam  menerapkan pengetahuan di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003:2).

Pembelajaran fisika berbasis kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengutamakan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menganggap siswa sebagai subjek dalam pembelajaran.  Tuntutan pada kurikulum KTSP penilaian harus mengarah pada kompetensi siswa, sesuai dengan kompetensi tuntutan kurikulum. Kompetensi yang dimaksud pada kurikulum yaitu kemampuan yang sanggup dilakukan penerima didik yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan perilaku. Penilaian harus mengacu pada pencapaian standar kompetensi siswa.

Dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan siswa dan lingkungannya dengan harapan bahwa pencapaian tujuan  pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan  relevan dengan apa yang dibutuhkan di masyarakat. Beragam dan Terpadu yaitu pengembangan kurikulum memperhatikan keragaman karakteristik siswa, kondisi daerah,  jenjang dan jenis pendidikan.

Pengembangan kurikulum menurut ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Sains, teknologi, dan seni berkembang begitu cepatnya. Kurikulum hendaknya memperlihatkan pengalaman berguru kepada siswa untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Relevan dengan kebutuhan kehidupan, kurikulum yang disusun hendaknya bisa untuk membuatkan beberapa keterampilan atau keahlian menghadapi hidup (life skills). Menyeluruh atau komprehensif dan berkesinambungan berkaitan dengan pembelajaran fisika maka kita ketahui bahwa materi dalam pelajaran fisika bersifat menyeluruh dan saling berkaitan diantara jenjang pendidikan. Belajar seumur hidup, berkaitan dengan pembelajaran fisika maka kita ketahui bahwa fisika sangat erat dengan insiden yang ada dalam kehidupan sehari-hari maka siswa berguru seumur hidup melalui proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan. Memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan insan seutuhnya.

Pembelajaran fisika merupakan upaya sistematik untuk membantu penerima didik dalam proses berguru mengajar untuk mempelajari fisika. Adapun hakikat pembelajaran fisika yaitu proses dan produk. Sehingga adanya proses dalam pembelajaran inilah sangat penting untuk diperhatikan. Di dalam proses pembelajaran terjadi transfer ilmu, sehingga diharapkan adanya perubahan tingkah laris pada diri siswa, perubahan tingkah laris dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Hal tersebut sanggup dilihat dan diamati melalui banyak sekali bentuk keaktifan siswa dalam  pembelajaran yang sangat beranekaragam. Keaktifan itu meliputi keaktifan dalam penginderaan yaitu, mendengar melihat, mencium, merasa dan meraba, mengolah ide-ide dan menyatakan ide-ide dan melaksanakan latihan yang berkaitan dengan pembentukan keterampilan jasmaniah.

Kegiatan penginderaan dalam proses pembelajaran yang paling menonjol yaitu mendengar dan melihat. Melalui mendengar dan melihat sanggup ditangkap kesan wacana objek yang tiba dari luar diri, yang menjadi dasar pembentukan pemahaman dan segi-segi tingkah laris lain. Mendengar berkaitan dengan penginderaan terhadap suara, sedangkan melihat berkaitan dengan objek nyata menyerupai peragaan atau demonstrasi, meningkatkan hasil pembelajaran melalui proses melihat dan mendengar, sering digunakan alat bantu dengar pandang atau biasa disebut media pembelajaran atau alat peraga. Penggunaan indera diubahsuaikan dengan tuntutan kebutuhan dan semua bentuk pengideraan mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran.

Dalam proses mengolah ide, siswa melaksanakan proses berpikir atau proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan kepadanya baik secara ekspresi maupun tulisan, serta tanggapannya, dimungkinkan terbentuk pengetahuan, pemahaman dan  kemampuan menerapkan prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan  menilai. Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah laris kogntif yang sanggup dicapai dalam proses pembelajaran.

Kemampuan yang bekerjasama dengan aspek kognitif ada yang termasuk dalam taraf  kemampuan rendah, dan adapula yang termasuk taraf kemampuan tinggi. Taraf kemampuan rendah meliputi kemampuan mengetahui dan memahami, sedangkan kemampuan kognitif tinggi meliputi penerapan menganalisis, sintesis / penyimpulan, dan penilaian. Makara kemampuan kognitif rendah dipandang sebagai  kemampuan yang berkaitan dengan proses berpikir sederhana, sedangkan kemampuan kognitif yang tinggi bekerjasama dengan proses berpikir yang rumit atau komplek.

Bentuk perubahan tingkah laris lain yang seharusnya sanggup dicapai melalui proses belajar, disamping tingkah laris kognitif, juga tingkah laris afektif (sikap), dan tingkah laris psikomotorik (keterampilan). Kedua bentuk tingkah laris ini berkaitan erat dengan kemampuan kognitif. Sikap sanggup muncul kalau siswa mempunyai kemampuan kognitif dan keterampilan tertentu. Demikian pula keterampilan  muncul kalau siswa mempunyai kemampuan kognitif wacana hal yang bekerjasama dengan pelaksanaan suatu kegiatan tertentu, dan mempunyai sikap positif  terhadap kegiatan tersebut. Namun demikian, segi kognitif yang berkaitan dengan segi keterampilan merupakan dasar saja. Untuk meningkatkan keterampilan  tersebut diharapkan latihan-latihan tertentu. Oleh lantaran itu, kegiatan dalam proses berguru yang bertujuan untuk membentuk tingkah laris psikomotorik sanggup dicapai dengan melalui latihan-latihan.


Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) beropini bahwa ranah psikomotor bekerjasama dengan hasil berguru yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor yaitu mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri memperlihatkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu kiprah atau sekumpulan kiprah tertentu.

Ada beberapa jago yang menjelaskan cara menilai hasil berguru psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil berguru keterampilan sanggup diukur melalui (1) pengamatan pribadi dan penilaian tingkah laris penerima didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sehabis mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memperlihatkan tes kepada penerima didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sehabis pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) beropini Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor bahwa penilaian hasil berguru psikomotor mencakup: (1) kemampuan memakai alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.

Dari klarifikasi di atas sanggup diketahui bahwa dalam penilaian hasil berguru psikomotor atau keterampilan harus meliputi persiapan, proses, dan produk. Penilaian sanggup dilakukan pada ketika proses berlangsung yaitu pada waktu penerima didik melaksanakan praktik, atau sehabis proses berlangsung dengan cara mengetes penerima didik.

Evaluasi dalam proses berguru mengajar bahu-membahu bukan hanya siswa tetapi juga sistem pengajarannya. Oleh lantaran itu dalam proses berguru mengajar terdiri dari rangkaian tes yang dimulai dari tes awal/entering behavior untuk mengetahui mutu/isi pembelajaran apa yang sudah diketahui oleh siswa dan apa yang belum terhadap planning pelajaran yang akan diajarkan (Harjanto, 1997: 297).

Berdasarkan pada jenis-jenis penilaian terdapat penilaian proses dan hasil belajar. Evaluasi proses berguru bertujuan mengetahui tinggi rendahnya keaktifan berguru dari setiap siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan pengamatan. Penyusunan panduan memakai  model daftar cek (check list) atau skala evaluasi, dengan prinsip pembuatan skala. Segi-segi yang dinilai dari penilaian proses meliputi: (1) Bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan, (2) Kesungguhan dalam belajar, (3) Hasil yang dicapai dari setiap kegiatan yang dilakukan.

Segi-segi yang dievaluasi itu dikembangkan secara lebih rinci diubahsuaikan dengan maksud evaluasi. Pembuatan daftar cek sanggup menggambarkan frekuensi melaksanakan kegiatan, sedangkan dengan skala penilaian melalui pengamatan menggambarkan tinggi rendahnya kemampuan melaksanakan kegiatan dalam pembelajaran, serta keberhasilan yang dicapai melalui bentuk kegiatan yang dilakukan.

Dalam pembelajaran fisika, pengembangan dari segi psikomotorik dilakukan dengan penilaian terhadap keaktifan siswa pada ketika melaksanakan praktikum, merangkai percobaan, melaksanakan demonstrasi dan berdiskusi. Dari kegiatan tersebut keterampilan siswa sanggup dilatih. Pemahaman siswa akan lebih luas dan mendalam  karena siswa melaksanakan  langsung apa yang ada pada konsep fisika. Sehingga selanjutnya hal tersebut menjadi dasar yang sangat penting bagi seorang guru untuk menciptakan instrument performance assessment.

Berkaitan dengan teknik pelaksanaan penilaian yang ada pada telaah pustaka, teknik  non tes maupun tes bisa digunakan untuk menilai performance siswa. Pada teknik non tes yaitu wawancara misanya untuk menanyakan hal yang berkaitan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran fisika, angket contohnya berisi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan keaktifan siswa, observasi atau melaksanakan pengamatan terhadap keaktifan siswa dan check list untuk menilai beberapa hal yang berkaitan dengan kinerja yang perlu dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Alat non tes tersebut banyak digunakan sebagai instrument penilaian kinerja atau keterampilan. Selain itu juga, teknik tes yang berupa tes perbuatan banyak berfungsi untuk menilai aspek psikomotor siswa berkaitan dengan tujuan untuk menilai siswa atau kemampuan siswa melaksanakan perbuatan menurut petunjuk kerja atau aturan tertentu.

Jenis kegiatan yang sanggup dilakukan dalam pengembangan non tes yang baik, ada beberapa tahapan yaitu:
1.            Merencanakan non tes (biasanya memakai kisi-kisi)
2.            Menulis butir-butir pertanyaan
3.            Mereview atau menelaah pernyataan menurut pertimbangan para pakar
4.            Mengujicobakan ke lapangan
5.            Mengolah hasil uji coba
6.            Menyempurnakan butir-butir pernyataan yang belum baik berdasarkan  pengolahan hasil uji coba.
7.            Menyimpan buir-butir pernyataan non tes

Pengembangan non tes perlu dilakukan semoga suatu alat penilaian tersebut mempunyai nilai validitas dan reliabilitas yang baik. Validitas merupakan nilai kebenaran atau keabsahan dari suatu non tes, sedangkan reliabilitas berkaitan dengan tingkat ketelitian dari alat non tes.

Penilaian performance assessment lebih mengarah pada penilaian psikomotorik, adapun kita ketahui bahwa bentuk-bentuk keterampilan seseorang itu ada tiga macam yaitu:
a.             Rangkaian  respons atau  reaksi merupakan rangkaian gerakan-gerakan yang  mengikuti urutan tertentu untuk menuntaskan pekerjaan tertentu.
b.            Koordinasi gerakan, siswa dituntut untuk memadukan sejumlah anggota badan.
c.             Pola-pola respons atau reaksi berkaitan dengan keterampilan yang dimilki dalam mereaksikan rangsangan, sehingga sanggup diperlihatkan respons gres dalam mereaksi rangsangan tersebut.

Berdasarkan  ketiga macam  bentuk keterampilan di atas maka bentuk tes untuk mengukur aspek  psikomotor, penampilan  atau  kinerja (performance) yang telah dikuasai siswa yaitu:
a.             Tes identifikasi yaitu mengukur kemampuan siswa mengidentifikasi sesuatu.
b.            Tes simulasi yaitu mengukur kemampuan siswa melalui simulasi atau dukungan alat peraga.
c.             Tes sampel atau contoh kerja (work sampel), yaitu untuk mengetahui penguasaan keterampilan dalam penggunaan suatu alat dengan memakai alat yang sesungguhnya, dalam pembelajaran fisika biasanya disebut dengan tes ketika pratikum.
Ketiga bentuk tes di atas itu kalau diterapkan dalam pembelajaran fisika tertuang dalam rubrik penilaian.

Rubrik merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau kiprah (Rustaman, 2006). Rubrik yaitu alat skoring yang memuat kriteria suatu pelaksanaan pekerjaan atau hasil kerja, pedoman penilaian yang digunakan dalam penilaian. Dengan adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak adil sanggup dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih gampang menilai prestasi yang sanggup dicapai penerima didik, dan penerima didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaikbaiknya lantaran kriteria penilaiannya jelas.

Rubrik untuk menilai tingkat keaktifan, kemampuan dan keterampilan siswa dalam  melakukan suatu mekanisme kerja, misalkan saja dalam diskusi yang dinilai yaitu berkaitan dengan bagaimana siswa tersebut mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kemampuan memahami materi diskusi, kemampuan memberikan pendapat, serta kemampuan  menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Dalam hal praktikum yang dinilai yaitu mengenai identifikasi variabel, merangkai alat percobaan, pemahaman mengikuti langkah kerja, atau mendemostrasikan suatu insiden fisika yang ada di alam.

Adapun langkah pengembangan rubrik meliputi memilih konsep/kinerja yang akan dinilai dalam hal tertentu, merumuskan urutan konsep berkaitan dengan kriteria yang akan dinilai, memilih prioritas konsep, memilih skala atau penskoran, mendeskripsikan kinerja sesuai dengan proses yang akan dinilai, uji coba penggunaan rubrik terhadap siswa, revisi & review skala.

Berikut ini yaitu contoh bentuk rubrik sebagai bentuk instrumen performance assessment dalam hal penilaian presentasi hasil kerja kelompok.
Rubrik                         : penilaian presentasi hasil kerja kelompok
Anggota
Kelompok    : 1)…………… 2) …………… 3) ………………….
Nilai               
            : ……………………………..
Nilai
Deskripsi
4
Substansi yang dipresentasikan sangat lengkap
Cara menyajikan sangat runtut/sistematis
Media/alat bantu yang digunakan sangat menarik dan sempurna
Semua anggota terlibat aktif dalam diskusi
3
Substansi yang dipresentasikan lengkap
Cara menyajikan cukup runtut 
Media/alat bantu yang digunakan menarik dan  tepat 
Semua anggota terlibat aktif dalam diskusi
2
Substansi yang dipresentasikan cukup lengkap
 Cara menyajikan runtut
 Media/alat bantu yang digunakan menunjang
 Sebagian besar anggota kelompok aktif dalam diskusi
1
Substansi yang dipresentasikan kurang lengkap
Cara menyajikannya tidak runtut
Tidak memakai media/alat bantu
Anggota kelompok tidak terlibat aktif dalam diskusi


Rubrik sebagai salah satu instrumen penilaian performance assessment harus disusun diubahsuaikan dengan  materi yang diajarkan, metode pembelajaran yang digunakan sehingga terjadi kesesuaian antara yang dinilai yaitu  kemampuan atau  keterampilan yang harus dikuasai siswa dengan  materi yang diajarkan. Serta kesesuaian dengan  tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

Berdasarkan analisis permasalahan, hakikat pembelajaran fisika berupa proses dan produk maka untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran fisika sangat diharapkan adanya performance assessment. Performance assessment ini untuk menilai siswa dari segi psikomotornya sehingga pembuatan performance assessment atau instrumen penilaian kinerja berupa rubrik sangat diharapkan untuk menilai seberapa besar keaktifan siswa dan pemahaman siswa mengenai materi melalui kegiatan kinerja menyerupai diskusi, praktikum, eksperimen dan demonstrasi. Seorang guru hendaknya menyusun performance assessment secara baik, benar dan tepat. Selain itu, diharapkan tindakan yang tegas dari pihak dinas pendidikan kepada kepala sekolah untuk memperlihatkan pengarahan kepada guru fisika agar  menyusun performance assessment.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap kurikulum KTSP, pembelajaran fisika, jenis-jenis penilaian dan kekerabatan antara performance assessment dengan pembelajaran fisika maka sanggup disimpulkan bahwa analisis performance assessment sangat diharapkan dalam pembelajaran fisika sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran fisika performance assessment sangat diharapkan untuk memperlihatkan penilaian dari segi psikomotorik siswa.

5.2 Rekomendasi
Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini bisa memperlihatkan alternatif  bahwa pengembangan performance asssessment sangat penting dalam  menilai  perkembangan  psikomotorik siswa maka pentingnya seorang guru menciptakan instrumen penilaian performance assessment dalam pembelajaran fisika berupa rubrik untuk menilai  keaktifan dan keterampilan siswa dan diharapkan sebuah training pembuatan performance assessment bagi guru-guru yang belum bisa menciptakan performance assessment secara baik, benar dan tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Depdiknas. 2007.  Belajar Tuntas. http://www.scribd.com/doc/2408962/Belajar tuntas [01 Mei 2010]
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Balitbang Depdiknas
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Balitbang Depdiknas
Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Haryono, Agung. 2009. Authentic Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam Pengembangan Kemampuan Siswa. JPE-Volume 2, Nomor 1
Ibrahim, R dan Mohammad Ali. 2007. Teori Evaluasi Pendidikan. Bandung: PT IMTIMA
Leighbody, G.B. 1968. Methods of teaching shop and technical subjects. New York: Delmar Publishing
Nurhadi dan Senduk. 2003. Pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM PRESS
Moon T.R. et. al. 2005. Development of  Authentic Assessments for the Middle School Classroom, The Journal of  Secondary Gifted Education Vol XVI No.2/3 Winter/Spring
Rustaman, Nuryani Y. 2006. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan Penerapannya dalam Pembelajaran Sains. http://client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=data+SMA+yang+menerapkan+performance+assessment&meta=&btnG=Penelusuran+Google [03 Mei 2010]
Ryan, D.C. 1980. Characteristics of teacher. A Research study: Their description,
comparation, and appraisal. Washington, DC: American Council of
Singer, R.N. 1972. The psychomotor domain: Movement behavior. London: Henry Kimton Publisher
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sudjana, N. 2004. Dasar-dasar proses berguru mengajar. Bandung: Sinar Baru Argesindo
Sudjana, N. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Argesindo
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih dan R. Ibrahim. 2007. Teori Kurikulum. Bandung: PT IMTIMA
Sutarto. 1996. Pembelajaran Fisika. Jember: UNEJ PRESS

Sumber http://koleksiperpustakaan.blogspot.com