Thursday, February 1, 2018

√ Sejarah Kerajaan Islam Di Sumatra

 merupakan kerajaan Islam pertama di Aceh √ Sejarah Kerajaan Islam di Sumatra

  Kerajaan Islam di Sumatra

   1. Kerajaan Samudra Pasai

   Kerajaan Samudra Pasai terletak di Aceh, merupakan kerajaan Islam pertama di Aceh, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meruah Silu pada tahun 1267 M. Bukti - bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini yaitu ditemukannya makam raja - raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di erat reruntuhan bangunan sentra kerajaan di desa Beuringin, kecamatan Samudra, sebelah timur Lhokseumawe.

   Di antara makam raja - raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik Al - Saleh, Raja Pasai Pertama. Malik al - Saleh yaitu nama gres Meurah Silu sehabis ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia.

   Pada masa jayanya, Samudra Pasai merupakan sentra perniagaan penting di daerah itu, dikunjungi oleh para saudagar dari banyak sekali negeri, ibarat Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas Utama yaitu lada. Sebagai bandar perdagangan besar, Samudra Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini dipakai secara resmi di kerajaan. Di samping sebagai sentra perdagangan, Samudra Pasai juga merupakan sentra perkembangan agama Islam. Seiring perkembangan zaman, Samudra Pasai mengalami kemunduran, hingga ditaklukan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukan oleh kerajaan Aceh.

   Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan besar, sentra perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan abjad Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu.

   Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu yaitu Durru al - Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan.

   2. Kerajaan Aceh Darussalam

   Kerajaan Aceh berdiri menjelang keruntuhan Samudra Pasai, Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M, Samudra Pasai ditaklukan oleh Majapahit, dan semenjak dikala itu, kerajaan Pasai terus mengalami kemunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya era ke - 14 M, kerajaan Aceh Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah.

   A. Letak Kerajaan Aceh Darussalam

   Pada awalnya, wilayah Kerajaan Aceh ini hanya meliputi Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naik tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukan kerajaan Samudra Pasai.

   Kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari penaklukan kerajaan - kerajaan kecil di sekitarnya. Sejarah mencatat bahwa, perjuangan Mughayat Syah untuk mengusir Portugis dari seluruh bumi Aceh dengan menaklukan kerajaan - kerajaan kecil yang sudah berada di bawah portugis berjalan lancar. Dengan jatuhnya Pasai pada tahun 1524 M, Aceh Darussalam menjadi satu - satunya kerajaan yang mempunyai dampak besar di daerah tersebut.

   Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam mencapai masa kejayaan di masa Sultan Iskandar Muda (1590 - 1636). Pada masa itu, Aceh merupakan salah satu sentra perdagangan yang sangat ramai di Asia Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga mempunyai relasi diplomatik dengan dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa Iskandar Muda, Aceh pernah mengirim utusan ke Turki Usmani dengan membawa hadiah. Kunjungan ini diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim hadiah tanggapan berupa sebuah meriam dan penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang Aceh. Wilayah kekuasaan Aceh mencapai Pariaman wilayah pesisir Sumatra Barat.

   B. Kehidupan Ekonomi

   Perekonomian Kerajaan Aceh berkembang pesat, wilayahnya yang subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah - daerah pantai timur dan barat Sumatra menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menjadikan bertambahnya tubuh ekspor penting timah dan lada. Kapal - kapal Aceh aktif dalam perdagangan dan pelayaran hingga Laut Merah.

   C. Kehidupan Budaya

   Kejayaan yang dialami oleh kerajaan Aceh tersebut tidak banyak diketahui dalam bidang kebudayaan. Walaupun ada perkembangan dalam bidan gkebudayaan, tetapi tidak sepesat perkembangan dalam acara perekonomian. Peninggalan kebudayaan yang terlihat positif yaitu Masjid Baiturrahman.

   D. Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh

   1) Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, tidak ada raja - raja besar yang bisa mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas. Di bawah Sultan Iskandar Thani, sebagai pengganti Sultan Iskandar Muda, kemunduran itu mulai terasa dan terlebih lagi sehabis meninggalnya Sultan Iskandar Thani.

   2) Daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri ibarat Johor, Pahang, Perlak, Minangkabau dan Siak.

   3. Kesultanan Palembang

   A. Sejarah Berdirinya Kesultanan Palembang

   Sebelum berdiri Kesultanan Palembang, telah berdiri kerajaan Palembang, dari Kiyai Gede Sedo Ing Lautan hingga Pangeran Sedo Ing Rejek. Saat itu Palembang menjadi wilayah kekuasaan Demak dan Mataram. Pangeran Ario Kesumo mendirikan kesultanan Palembang Darussalam. Sebagai Sultan pertama dia bergelar Sultan Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayyidatul Iman, yang memerintah dari tahun 1659 - 1706.

   Dalam tahun 1703, dia menobatkan seorang putranya dari Ratu Agung sebagai Raja Palembang Darussalam yang kedua dengan gelar Sultan Muhammad Mansur Jayo Ing Lago (1706 - 1714). Dalam tahun 1709 Sultan Muhammad Mansur Menobatkan puteranya yang sulung, Raden Abubakar, menjadi Pangeran Ratu Purboyo.

   Pada tahun 1813, Sultan Mahmud Badaruddin II kembali ke Palembang, memegang tampuk pemerintahan Kesultanan (1813 - 1821). Saat itu, Sultan Mahmud Badaruddin II menobatkan putra sulungnya menjadi raja dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu  (1819 - 1821), kemudian Sultan Mahmud Badaruddin bergelar Susuhunan.

   Setelah Sultan Mahmud Badaruddin II diasingkan (1821) dia digantikan putra sulung Sultan Ahmad Najamuddin II berjulukan Raden Ahmad dengan gelar  Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom (1821 - 1823). Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom juga melaksanakan perlawanan terhadap Belanda. DIa ditangkap kemudian dibuang ke Banda, kemudian ke Manado. Lantaran seringnya para Sultan Palembang melaksanakan perlawanan, tahun 1825, Belanda kesannya membubarkan kesultanan Palembang Darussalam.

   B. Kehidupan Sosial - Budaya

   Struktur penduduk dalam pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :
   1) Priyayi. Golongan ini merupakan turunan raja - raja (sultan - sultan) atau kaum ningrat.
   2) Rakyat. Golongan ini terbagi ke dalam dua kelompok. Pertama Kelompok "miji" atau di daerah pedalaman. Kedua, kelompok "senan", yaitu golongan rakyat yang lebih rendah dari miji, namun mempunyai keistimewaan tersendiri. Maksudnya, kelompok ini dihentikan dipekerjakan oleh siapapun kecuali hanya untuk sultan. Misalnya menciptakan atau memperbaiki bahtera - bahtera dan rumah - rumah sultan atau mendayung bahtera untuknya.


Sumber http://falah-kharisma.blogspot.com