Thursday, January 25, 2018

√ Makalah Memahami Struktur Dan Proses Fisiologis Sistem Gerak Pada Manusia


MAKALAH
MEMAHAMI STRUKTUR DAN PROSES FISIOLOGIS
SISTEM GERAK PADA MANUSIA

Dosen Pengampu: 
Dwi Rosyidatul Kholidah, M,Pd



Kelompok 11:
                 1.      Dika Ayu Rahmawati
                 2.      Idris Efendi
                 3.      Zuli Setia Ningsih

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL FATTAH
PROGRAM STUDI PGMI
SEMESSTER 1
SIMAN – SEKARAN – LAMONGAN



Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa lantaran dengan rahmat dan petunjuk-Nya kami sanggup menuntaskan Makalah IPA 1MEMAHAMI STRUKTUR DAN PROSES FISIOLOGIS SISTEM GERAK PADA MANUSIA
Makalah ini disusun berdasarkan kiprah yang diberikan oleh Dosen mata kuliah IPA 1 untuk menambah wawasan penulis. Makalah ini disusun dengan keinginan sanggup bermanfaat bagi semua kalangan dan terutama bagi penulis sendiri. Ucapan terima kasih juga tak lupa kami haturkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini, antara lain:
1.      Tuhan Yang Maha Esa, lantaran dengan rahmat-Nya kami sanggup menuntaskan makalah ini dengan lancar dan tanpa gangguan.
2.      Dwi Rosyidatul Kholidah, M.Pd selaku Dosen mata kuliah IPA 1, yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
3.      Keluarga yang senantiasa mendukung kami.
4.      Teman-teman yang telah membantu kami dalam menuntaskan makalah.
5.      Semua pihak yang telah terlibat yang tak sanggup kami sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak mempunyai kekurangan. Untuk itu, kami mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak biar kedepannya kami lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah




Sekaran, 10 September  2015



               Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB  I.......................................................................................................................
PENDAHUAN.........................................................................................................
A.    Latar Belakang...............................................................................................
B.     Rumusan Malasah..........................................................................................
C.     Tujuan............................................................................................................
D.    Manfaat..........................................................................................................
BAB  II......................................................................................................................
PEMBAHASAN......................................................................................................
A.    Tulang Penyusun Rangka Tubuh...................................................................
B.     Proses Perkembangan Tulang.........................................................................
C.     Jenis-jenis Otot Manusia................................................................................
D.    Fisiologi dan Kimiawi Kontraksi ..................................................................
E.     Kelainan pada Tulang dan Otot.....................................................................



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Tulang Penyusun Rangka Manusia
Rangka yaitu susunan tulang-tulang dengan sistem tertentu. Rangka terletak di dalam tubuh, terlindung atau terbalut oleh otot dan kulit. Rangka yang terdapat di dalam tubuh disebut rangka dalam atau endoskeleton. Komponen utama rangka yaitu tulang. Rangka insan tersusun atas ratusan ruas tulang yang mempunyai bentuk dan ukuran sangat beranekaragam. Berdasarkan belahan rangka tubuh yang disusun, tulang-tulang sanggup dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota tubuh (tulang anggota gerak) [1]
1.      Tulang Tengkorak
Tengkorak sebagian besar bersusun atas tulang-tulang pipih. Tulang-tulang tersebut bersambungan sedemikian rupa sehingga membentuk rongga. Di dalam rongga itulah tersimpan otak. Tulang tengkorak sanggup dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tulang belahan kepala dan tulang belahan muka.
Tulang belahan kepala saling bersambungan rapat. Pada tulang ubun-ubun bayi yang belum menutup rapat sehingga terasa lunak. Sebagian besar tulang tengkorak tidak sanggup digerakkan. Pada tulang muka, hanya tulang rahang bawah yang sanggup digerakkan terhadap rahang atas.
2.      Tulang badan
Tulang tubuh mencakup ruas-ruas tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, dan tulang panggul. Tulang tubuh berfungsi melindungi organ-organ dalam yang lunak, menyerupai jantung, paru-paru, ginjal dan organ lainnya.
a.       Tulang belakang
Tulang belakang merupakan sumbu yang menghubungkan dengan tengkorak atau sering disebut sebagai tulang punggung (vertebral colomn). Ruas-ruas tulang belakang saling bekerjasama satu sama lain. Tulang belakang mempunyai struktur yang berpengaruh tetapi tetap fleksibel untuk menyangga kepala. Ruas tulang belakang bembentuk terusan sumsum tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 33 ruas yaitu, tujuh ruas tulang leher, dua belas ruas tulang punggung, lima ruas tulang pinggang, lima ruas tulang lengkang (sakrum), dan empat ruas tulang ekor.
b.      Tulang  Dada
Tulang dada berbentuk pipih yang panjangnya sekitar 15 cm. Tulang dada terletak akrab tulang rusuk atau lebih tepatnya di tengah-tengah dada. Tulang dada terdiri atas belahan hulu, badan, dan taju pedang. Bagian hulu tulang dada bekerjasama tulang selangka, sedangkan belahan tubuh tulang dada bekerjasama dengan enam pasang tulang rusuk. Tulang taju pedang terletak dibagian bawah dari tulang dada, tulang ini terbentuk dari tulang rawan.
c.       Tulang Rusuk
Tulang rusuk berbentuk pipih panjang. Tulang ini bergabung dengan ruas tulang punggung kemudian melungkung keluar dan melingkar ke tubuh belahan depan (tulang dada). Tulang rusuk sanggup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1)      Tulang rusuk sejati (costa vera), berjumlah 7 pasang. Ujung belakangnya menempel pada ruas-ruas tulang panggung. Sedangkan ujung depannya menempel pada tulang dada.
2)      Tulang rusuk palsu (costa spuria), berjumlah 3 pasang. Ujung belakangnya menempel pada ruas-ruas tulang punggung. Sedangkan ujung depannya menempel pada tulang rusuk atasnya.
3)      Tulang rusuk melayang (costa fluktuantes), berjumlah 2 pasang. Ujung belakangnya menempel pada ruas-ruas tulang belakang. Sedangkan ujung depannya tidak menempel pada tulang mana pun.
d.      Tulang Gelang Bahu
Gelang pundak atau pektoralis terdapat pada belahan kiri dan kanan tubuh. Setiap gelang pundak terdiri dari atas tulang selangka (klavikula) dan tulang belikat (skapula). Tulang selangka hanya ada sepasang yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Tulang selangka menghubungkan pundak dengan tulang dada belahan hulu. Pada tulang belikat terdapat cekungan tempat melekatnya tulang anggota gerak atas. Tulang belikat terbentuk segitiga dan mempunyai tonjolan yang disebut paruh gagak.
e.       Tulang Gelang Panggul
Gelang panggul atau pelvis terdiri atas dua tulang usus (ilium), dua tulang kemaluan, dan dua tulang duduk yang bergabung menjadi satu. Gelang panggul wanita berbeda dengan gelang panggul laki-laki. Pada perempuan, tulang-tulang ileumnya melebar dan rongga panggul sedikit dangkal sehingga ruang yang dibuat lebih lebar dibandingkan dengan struktur gelang panggul laki-laki. Struktur gelang panggul yang demikian, merupakan suatu bentuk adaptasi untuk memudahkan bayi lahir dalam proses persalinan.
3.      Tulang Anggota Gerak
Tulang anggota gerak pada insan terdiri dari tulang anggota gerak belahan atas (tangan) dan tulang anggota gerak belahan bawah (kaki). Masing-masing tulang tersebut tersusun oleh beberapa tulang.
Tulang anggota gerak belahan atas tangan terbentuk dari tulang lengan atas (humerus), tulang pengumpil (radius), dan tulang hasta (ulna). Adapun tulang penyusun anggota gerak belahan bawah yaitu tulang paha (femur), tulang betis (fibula), dan tulang kering (tibia).

2.2  Proses Pertumbuhan Tulang Pipa
Bagian-bagian yang terdapat pada tulang pipa
1.      Epifise,  yaitu belahan ujung tulang yang terdiri atas tulang rawan.
2.      Diafise, yaitu belahan tengah yang memanjang dan di pusatnya terdapat rongga berisi sumsum tulang.
3.      Cakra epifise, yaitu belahan sempit di antara epifise dan diafise. Bagian ini terdiri atas tulang spon yang kaya osteoblas. Pada orang sampaumur yang tidak tumbuh meninggi lagi, belahan ini tidak menulang lagi.
Pada awal terbentuknya, tulang pipa berupa tulang rawan. Selanjutnya, secara sedikit demi sedikit mengalami penulangan atau osifikasi dengan tahapan sebagai berikut.[2]
1.      Tulang pipa dalam bentuk awalnya, merupakan tulang rawan yang banyak mengandung osteoblas. Tulang ini dibungkus oleh selaput tulang rawan atau perkondrium.
2.      Osifikasi dimulai dari tempat yang kaya osteoblas, yaitu belahan diafise dan epifise, lantaran belahan ini paling banyak mengandung osteoblas. Sel-sel yang terbentuk secara konsentris tersebut mengelilingi terusan havers.
3.      Di belahan sentral tulang pipa terjadi perombakan sel-sel tulang oleh osteklas. Aktivitas sel ini menyebabkan terbentuknya rongga sumsum tulang yaitu sumsum merah tulang sebagai tempat pembentukan sel darah merah, dan sumsum kuning tulang sebagai tempat pembentukan sel-sel lemak. Pada masa bayi, sumsum tulang pipa sebagian besar terdiri atas sumsum merah. Setelah mulai masa pertumbuhan, sebagian sumsum merah bermetamorfosis sumsum kuning. Sumsum tulang banyak mengandung kapiler darah dan serabut saraf.
4.      Osteosit yang terbentuk menyekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang. Karena adanya senyawa fosfor dan kalsium yang disuplai oleh kapiler darah, matriks mengeras mengalami penulangan.
5.      Penulangan terpusatkan pada diafise dan epifise. Diantara keduanya terdapat tempat yang belum mengalami penulangan dan tersusun  atas tulang spon disebut cakra epifise
6.      Aktivitas osteoblas pada cakra epifise menyebabkan tempat cakra epifise terus mengalami penulangan, sampai seseorang sampaumur tidak akan tumbuh lagi.

2.3  Macam-macam Otot
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot. Berdasarkan bentuk dan cara kerjanya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.[3]
1        Otot Lurik
Disebut otot lurik lantaran jikalau dilihat dengan mikroskop, sel otot tersebut tampak menyerupai tempat gelap dan jelas yang tersusun secara berselang-seling. Karena itu otot lurik disebut pula sebagai otot bergores melintang. Karena menempel pada pada rangka disebut pula otot rangka. Otot lurik dalam pengertian sehari-hari disebut daging. Sel-sel otot lurik membentuk berkas otot, kumpulan berkas otot membentuk otot yang menempel pada tulang.
Bagian ujung otot yang menempel pada tulang disebut tendon atau urut otot. Tendon yang menempel pada tulang yang bergerak disebut origo dan yang menempel pada tulang yang tidak bergerak disebut insersio. Ciri-ciri lurik yaitu sebagai berikut :
1.      Bentuk sel silindris, memanjang, mempunyai banyak inti sel.
2.      Dengan mikroskop tampak garis melintang yang tersusun atas tempat gelap dan jelas berselang-seling.
3.      Bekerja di bawah kesadaran kita, artinya berdasarkan perintah dari otak kanan. Karena itu disebut pula sebagai otot sadar.
2        Otot Polos
Jika diamati dengan mikroskop, sel-sel otot ini tampak polos dan tidak bergaris melintang. Otot ini banyak dijumpai pada organ dalam, contohnya pada usus, pembuluh darah, terusan kemih, dan dinding rahim. Ciri-ciri otot polos yaitu sebagai berikut :
1)      Berbentuk gelondong, kedua ujungnya meruncing dan belahan tengahnya menggelembung. Di dalam sel terdapat satu inti sel yang berada di tengah.
2)      Tidak mempunyai garis-garis melintang
3)      Bekerja di luar kesadaran
3        Otot Jantung
Otot jantung terdapat pada organ jantung. Struktur otot jantung sama dengan otot lurik yaitu bergores melintang, tetapi sel otot jantung bercabang. Otot jantung tidak dibawah kehendak kita, melainkan otomatis. Jadi, otot jantung bergantung otot lurik yang bekerja secara tidak sadar.[4]

2.4  Mekanisme Kerja Otot
Otot bekerja dengan jalan berkontraksi. Pada waktu berkontraksi otot menjadi lebih pendek, mengembang dan tegang. Otot rangka hanya sanggup bekerja jikalau mendapat rangsangan dari saraf. Apabila sarafnya rusak otot tidak sanggup bekerja. Dalam keadaan tidak bekerja otot mengendur (relaksasi).
Otot sanggup menarik, tetapi tidak sanggup mendorong. Oleh lantaran itu, otot hanya sanggup menggerakkan tulang ke satu arah. Misalnya membengkokkan atau meluruskan. Untuk mengembalikan tulang ke kedudukan semula diharapkan kontraksi otot lain yang menarik tulang itu kembali.
Otot yang membengkokkan disebut otot fleksor dan otot yang meluruskan kembali disebut otot ekstensor. Oleh lantaran otot ekstensor dan otot fleksor bekerja secara berlawanan maka kedua otot itu dikatakan bekerja secara antagonis. Contoh otot yang bekerja secara antagonis yaitu otot bisep dan trisep pada lengan atas. Apabila otot bisep berkontraksi, lengan bawah terangkat. Untuk mengembalikan lengan atas pada kedudukan semula, otot trisep relaksasi. Jadi, otot bisep merupakan otot fleksor dan otot trisep merupakan otot ekstensor.
Ada pula dua otot yang sama-sama berkontraksi atau sama-sama berelaksasi untuk menggerakkan tulang. Dua otot atau lebih yang bekerja secara bantu-membantu disebut otot sinergis. Contohnya, otot pronator yang ada pada lengan bawah. Kedua otot ini bekerja bersama menggerakkan lengan bawah memutar sehingga telapak tangan telungkup atau terbuka. Contoh lainnya, otot-otot diantara tulang rusuk. Pada waktu kita bernafas, otot-otot tersebut berkontraksi bantu-membantu sehingga tulang rusuk terangkat.
Otot-otot tidak sanggup berkontraksi secara terus menerus. Setelah berkontraksi otot perlu beristirahat untuk mendapat kesejukan kembali. Apabila dipaksa berkontraksi terus menerus, karenanya otot akan menjadi kejang. Jika otot mendapat latihan yang teratur dalam waktu yang cukup lama, otot sanggup menjadi lebih besar dan berpengaruh atau hipertrofi. Otot yang sehat dan terlatih tidak gampang renggang dan robek. Sebaliknya, otot yang tidak dipakai akan mengecil dan lemah atau atropi, contohnya pada orang yang lumpuh, otot-otot kakinya akan menyusut.
Sumber energi untuk kontraksi otot yaitu senyawa adenosin trifosfat (ATP) dan keratin fosfat. Kedua senyawa tersebut mengandung energi tinggi dan terdapat pada setiap sel otot. Jika kedua senyawa tersebut terurai maka akan dibebaskan sejumlah energi dan sejumlah fosfat. energi yang dibebaskan tersebut akan dipakai untuk konsentrasi otot.[5]
Penguraian ATP dan keratin fosfat pada ketika otot berkontraksi, tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh lantaran itu, fase kontraksi sering disebut fase anaerob.
Jika cadangan ATP dan keratin fosfat di dalam jaringan otot telah sangat rendah, cadangan energi tidak bisa lagi menyediakan energi untuk berkontraksi otot. Untuk itu, keratin fosfat dan ATP harus segera dibuat kembali. Untuk membentuk ATP dan keratin fosfat, diharapkan materi dan energi. Bahannya yaitu ADP, keratin, dan fosfat.
Energi yang dipakai untuk membentuk ATP maupun keratin fosfat berasal dari oksidasi zat masakan dalam otot, biasanya yaitu gula otot (glikogen). Glikogen yaitu senyawa polisakarida yang tidak larut dalam darah. Agar sanggup dioksidasi, glikogen harus sanggup larut dalam darah ataupun plasma sel otot. Peristiwa pembongkaran glikogen disebut glikolisis
Saat otot berkontraksi terus, glikolisis akan berlangsung cepat. proses glikolisis ini akan membebaskan senyawa asam piruvat. Asam piruvat akan diubah menjadi senyawa-senyawa glukosa, CO2, dan asam laktat.
Selanjutnya glukosa akan dioksidasi, membebaskan energi, air dan CO2. Air dan CO2 akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Energi yang dibebaskan dari oksidasi glukosa tersebut, akan dipakai untuk membentuk ATP dan keratin fosfat.
Proses pemecahan glukosa tersebut berlangsung pada ketika otot mengalami relaksasi. Proses ini memerlukan oksigen bebas. Oleh alasannya itu, fase relaksasi otot sering disebut juga sebagai fase aerob.
Sebagai hasil sampingan dari pemecahan glikogen di dalam otot yaitu dihasilkannya senyawa asam laktat. Zat tersebut akan tertinggal di dalam otot dan menyebabkan otot menjadi pegal-pegal, linu, maupun rasa lelah. Oleh alasannya itu, asam laktat sering disebut asam lelah.
Kerja otot yang secara terus-menerus akan meningkatkan kadar asam laktat dan darah tidak sempat mengangkutnya. Akibatnya, asam laktat tertimbun di dalam otot dan menyebabkan terjadinya kelelahan. Bila kadarnya berlebihan dan tidak tertoleransi lagi, akan terjadi kram atau kejang otot.

2.5  Kelainan tulang dan Otot
Kelainan pada sistem gerak insan diantaranya adalah.[6]
1.      Kelainan Pada Tulang
a.       Kelainan Sejak lahir
Kelainan semenjak lahir artinya kelainan yang dibawa semenjak dalam kandungan. Ketika dilahirkan, anak tersebut telah mengalami kelainan tulang. Penyebabnya mungkin lantaran ibu terjatuh atau masakan ibu kurang mengandung vitamin D dan zat kapur (kalsium) atau lantaran faktor genetik. Bentuk kelainan itu misalnya, tulangnya berbentuk X dan O.
b.      Mikrosefalus
Merupakan suatu keadaan dimana ukuran kepala (lingkar kepala) lebih kecil dari ukuran kepala rata-rata pada bayi berdasarkan umur dan jenis kelaminnya. Mikrosefalus merupakan kelainan pada pertumbuhan tengkorak sehingga bentuk kepala kecil. Pertumbuhan tulang tengkorak yang terhambat pada ketika masih bayi lantaran kecacatan tirosin dan kekurangan zat kapur sehingga ukuran kepala menjadi kecil.
c.       Hidrosefalus
Merupakan kelainan penumpukan cairan di dalam tengkorak, yang menyebabkan pembengkakan otak. Hidrosefalus disebabkan oleh persoalan fatwa cairan serebrospinal, cairan yang mengelilingi  otak dan tulang belakang. Cairan ini membawa nutrisi ke otak, menghilangkan limbah dari otak, dan bertindak sebagai alas pelindung untuk otak.
Cairan serebrospinal biasanya bergerak melalui area otak yang disebut ventrikel, di sekitar belahan luar otak dan sumsum tulang belakang. Cairan ini kemudian diserap ke dalam fatwa darah. Penumpukan cairan sanggup terjadi di otak jikalau fatwa atau peresapan terblokir atau jikalau cairan terlalu banyak diproduksi, sehingga kepala membesar.
d.      Kelainan Pada Tulang Belakang
Kebiasaan posisi duduk yang salah sanggup mempengaruhi pertumbuhan tulang seseorang. Kebiasaan posisi tubuh yang salah yang dilakukan dalam waktu yang usang sanggup menyebabkan kelainan tulang. Kelainan bentuk tulang belakang ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.[7]
a)      Lordosis, kelainan pada tulang punggung terlalu melengkung ke depan
b)      Kifosis, kelainan pada tulang punggung yang terlalu melengkung ke belakang. Kelainan ini sanggup terjadi contohnya lantaran kebiasaan menulis yang terlalu membungkuk yang dilakukan selama bertahun-tahun.
c)      Skoliosis, kelainan pada tulang punggung melengkung ke kiri atau ke kanan (ke samping). Skoliosis sanggup terjadi jikalau seseorang sering membebani salah satu sisi tulang bahu, dan kebiasaan ini dilakukan selama bertahun-tahun.




2.      Kelainan Pada Otot
a.       Kedutan
Kedutan diakibatkan serabut saraf di dalam otak mengalami kontraksi sesaat sehingga pembuluh darah mendapat rangsang dalam membangkitkan fatwa listrik yang menyebabkan kejang sesaat.
b.      Hipertropi
Hipertrofi yaitu kelainan otot yang membesar dan menjadi lebih berpengaruh lantaran sel otot diberikan acara atau aktifitas yang terus menerus secara berlebihan.
c.       Distrofi
Distrofi otot yaitu kelainan keturunan di mana otot-otot akan sangat rentan mengalami kerusakan, sehingga otot secara perlahan-lahan akan melemah. Distrofi mulai terjadi pada usia antara 2-3 tahun. Gejala awal yang ditemukan yaitu kendala perkembangan (terutama keterlambatan untuk mulai berjalan), kesulitan berjalan, berlari, melompat, atau menaiki anak tangga. Anak-anak bisa berulang kali jatuh, yang sering menyebbkan terjadinya patah tulang lengan atau tungkai. Anak berjalan dengan sempoyongan, seringkali berjalan dengan jari-jari kaki, dan kesulitan untuk bangun dari lantai. Pada usia 12 tahun, sebagian besar anak bergantung pada dingklik roda.



BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Tulang merupakan alat gerak pasif dan otot merupakan alat gerak aktif. Gerakan tubuh terjadi lantaran adanya kolaborasi antara tulang dan otot. Otot dikatakan alat gerak aktif lantaran bisa berkontraksi sehingga bisa menggerakkan tulang.
Rangka berfungsi untuk memberi bentuk tubuh, melindungi  alat tubuh yang vital, menahan dan menegakkan tubuh, tempat pelekatan otot, tempat menyipan zat kapur, dan tempat pembentukan sel darah.
Otot yang merupakan alat gerak aktif, berdasarkan morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh dibedakan menjadi tiga macam, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Berdasarkan sifat kerjanya, otot sanggup dibedakan menjadi otot antagonis dan sinergis. Mekanisme gerak otot didasarkan adanya dua filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan filamen miosin.
ATP (Adenosin Triphosphate) merupakan sumber energi penting untuk konstraksi otot. ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Mekanisme gerak otot merupakan proses pembebasan dan penggunaan energi.
Kelainan pada tulang sanggup terjadi antara lain lantaran kekurangan vitamin D, penyakit, kecelakaan, dan kebiasaan posisi tubuh yang salah dalam waktu yang lama.




DAFTAR PUSTAKA

Abtokhi, Ahmad. 2008. Sains untuk PGMI dan PGSD. Malang : UIN MALANG PRESS.
Karim, Saeful. 2008. Belajar Ipa Membuka Cakawala Alam Sekitar. Jakarta : Temprina Media Grafika.
Lenggono, Budi. 2012. SEMALAM TUNTAS BIOLOGI Sekolah Menengan Atas KELAS XI. Surakarta : BISA! Publishing.
Pratiwi, D.A. 2012. BIOLOGI UNTUK SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Prawirohartono, Slamet. SAINS BIOLOGI SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Bumi Aksara.
Rositawaty, S. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelass IV. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Inspirasi Penulis. 2014. Password UN BIOLOGI SMA/MA 2015. Jakarta : Masmedia Buana Pustaka.



[1] Ahmad Abtokhi, sains untuk PGMI dan PGSD (Malang : UIN-MALANG  PRESS, 2008) hal.5
[2] Slamet Prawirohartono, SAINS BIOLOGI SMA/MA Kelas IX (Jakarta : Bumi Aksara, 2007) hal. 96
[3] Ahmad Abtokhi, sains untuk PGMI dan PGSD (Malang : UIN-MALANG PRESS, 2008) hal.23
[4] Ahmad Abtokhi, sains untuk PGMI dan PGSD (Malang : UIN-MALANG PRESS, 2008) hal. 25
[5] Slamet Prawirohartono, SAINS BIOLOGI SMA/MA Kelas XI (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hal. 106
[6]Margaretha Jati, UN Biologi SMA/MA 2015 (Jakarta : Masmedia Buana Pustaka, 2014) hal. 47
[7] Pratiwi, BIOLOGI UNTUK SMA/MA KELAS IX (Jakarta : Erlangga, 2012) hal. 71


Sumber http://dikaayurahma.blogspot.com