Thursday, January 25, 2018

√ Makalah Kuliah Ringkasan Ringsum Ipa Biologi Perihal Ekosistem



Nama : 1. Dika Ayu Rahmawati
             2. Idris Efendi
EKOSISTEM
Makhluk hidup merupakan cuilan dari lingkungan tempat hidupnya. Selain makhluk hidup, dalam suatu lingkungan terdapat komponen tak hidup yang dinamakan komponen abiotik. Komponen ekosistem yang terdiri benda-benda hidup atau makhluk hidup disebut komponen biotik. Komponen biotik dalam ekosistem memiliki peranan/profesi yang berbeda-beda. Peranan/profesi suatu organisme dalam ekosistem disebut viche atau relung. Antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dan abiotiknya terjadi hubungan timbal balik atau interaksi. Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dan abiotiknya inilah yang dinamakan ekosistem. Cabang biologi yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan biotik dan abiotiknya disebut ekologi.
Keseimbangan dan kelestarian ekosistem sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia. Dengan ekosistem yang seimbang proses-proses kehidupan secara alamiah akan terjaga kelangsungannya. Karena itu insan sangat berkepentingan untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem demi menjaga kelangsungan hidup insan dan makhluk hidup lainnya. Peran serta secara aktif seluruh warga negara sangat diperlukan untuk mewujudkan lingkungan yang lestari dan seimbang.
A.    Pengertian Ekosistem
Pengertian ekosistem pertama kali dikemukakan oleh spesialis ekologi berkebangsaan Inggris berjulukan A.G.Tansley pada tahun 1935, walaupun konsep itu bukan merupakan konsep yang baru. Sebelum simpulan tahun 1800-an, pernyataan-pernyataan resmi perihal istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistam mulai terbit cukup menarik dalam literatur-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia (Odum, 1993).
Beberapa definisi perihal ekosistem sanggup diuraikan sebagai berikut:
1.      Ekosistem ialah suatu unit ekologi yang didalamnya terdapat kekerabatan antara struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut ialah bekerjasama dengan keanekaragaman spesies. Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks, mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi.sedangkan istilah fungsi dalam definisi ekosistem berdasarkan A.G.Tansley bekerjasama dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen-komponen ekosistem.
2.      Ekosistem ialah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan dalam alam (Dephut, 1997)
3.      Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks didalamnya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi cuilan mata rantai siklus materi dan aliran energi (Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983 )
4.      Ekosistem yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang didalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (biotik dan abiotik ) dan diantara keduanya saling mempengaruhi (Odum, 1993)
5.      Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi (UU Lingkungan Hidup Tahun 1997)
6.      Ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang tebentuk oleh kekerabatan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983)

Ekosistem ialah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh kekerabatan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang gotong royong dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, gotong royong dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan"
B.     Arti  Penting Ekosistem Bagi Manusia
Secara sederhana ekosistem sanggup diartikan sebagai suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh kekerabatan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Manusia mendapat banyak manfaat dari jasa yang diberikan oleh ekosistem yang mencakup jasa penyediaan, jasa pengaturan, dan jasa kultural. Jasa penyediaan oleh ekosistem ialah produk yang diperoleh dari ekosistem mirip makanan, serat, materi bakar, obat-obatan alami, sumber air, dan biokimia. Sedangkan jasa pengaturan oleh ekosistem antara lain ialah pengaturan aliran air pada sistem sungai melalui proses limpasan dan pengisian kembali cekungan air tanah. Jika suatu ekosistem sungai tidak dipelihara dengan baik, maka fungsinya akan terganggu, sehingga akan mengurangi service yang diberikan dan akan mengubah respon terhadap regim aliran sungai yang sangat dipengaruhi oleh perubahan kapasitas penampungan air. Sebagai contoh, suatu bantaran sungai yang sudah beralih fungsi menjadi tempat sampah atau pemukiman akan mengurangi kapasitas penampungan sungai tersebut, sehingga tidak bisa lagi berfungsi untuk mengalirkan air dikala debit puncak pada ekspresi dominan hujan.
Hal ini juga berlaku untuk ekosistem hutan dan ekosistem pantai. Suatu ekosistem pantai yang terdiri dari hutan bakau dan terumbu karang yang terpelihara dengan baik memperlihatkan jasa berupa pengaturan intensitas dan pengurangan resiko kerusakan akhir tragedi gelombang pasang. Hutan yang terjaga dengan baik di hulu suatu daerah aliran sungai akan memperlihatkan jasa berupa pengurangan resiko tragedi tanah longsor di daerah tersebut dan berfungsi sebagai daerah resapan air. Pada kenyataannya beberapa hal mirip pertumbuhan penduduk, kemiskinan, budaya konsumerisme, pengembangan pertanian intensif, industrialisasi, urbanisasi, pengembangan infrastruktur transportasi, dan pengembangan pariwisata yang semuanya terkait dengan aspek sosial-ekonomi yang dilakukan oleh insan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem. Ketika kerusakan lingkungan meluas dan ekosistem sudah tidak lagi seimbang, maka tragedi pun tak terelakkan, dan yang paling menderita ialah manusia. Untuk itu sinergi antara daerah hulu dan daerah hilir suatu daerah aliran sungai merupakan faktor penting dalam pengelolaan lingkungan sehingga tragedi akhir ketidakseimbangan ekosistem sanggup dikurangi.


C.    Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem
Kesatuan dari makhluk hidup disuatu tempat dengan lingkungan tempat tinggalnya membentuk suatu kesatuan fungsional yang disebut Ekosistem. Organisasi makhluk hidup dalam ekosistem:
1.      Individu          : satu makhluk hidup tunggal yang berdiri sendiri
Contohnya: seekor ayam, seekor kambing, sebatang pisang.
2.      Populasi           : sekumpulan individu sejenis yang tinggal pada waktu dan tempat tertentu.
Contohnya      : sepuluh pohon mangga di kebun, dua puluh ekor itik di kandang.
3.      Komunitas       : sekumpulan populasi yang berbeda-beda yang tinggal disuatu tempat tertentu secara alami atau buatan. Komunitas mencakup komunitas air dan komunitas darat.
Contoh komunitas air alami    : sungai, danau, laut
Contoh komunitas air buatan  : akuarium, waduk, kolam
Contoh komunitas darat alami : hutan, padang pasir, sabana
Contoh komunitas darat buatan : sawah, ladang,
4.      Lingkungan : semua yang terdapat diluar atau disekitar makhluk.
a.       Lingkungan biotik : terdiri dari makhluk hidup
b.      Lingkungan abiotik : terdiri dari benda mati
5.      Habitat : tempat suatu organisme mempertahankan dan melaksanakan aktifitas kehidupan.
Contoh : habitat teratai di air, habitat katak di darat dan di air.
6.      Ekosistem : kesatuan komunitas dengan lingkungannya yang membentuk kekerabatan timbal balik.
7.      Bioma : beberapa komunitas yang membentuk ekosistem yang khas.
Contoh : hutan cemara, hutan jati.
8.      Biosfer : lapisan permukaan bumi yang digunakan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya

D.    Komponen Ekosistem
Secara garis besar komponen ekosistem terdiri atas komponen abiotik dan komponen biotik.
1.    Komponen abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen ekosistem yang bersifat tak hidup. Komponen ini mencakup hal-hal berikut.
a.    Tanah
Tanah merupakan habitat sebagian besar makhluk hidup. Tumbuhan membutuhkan tanah sebagai sumber unsur hara maupun air. Akar flora masuk ke dalam tanah untuk mendapat air dari tanah serta mineral yang diharapkan untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula hewan-hewan yang memakai tanah sebagai tempat hidupnya serta melaksanakan segala aktivitasnya. Beberapa serangga dan cacing meletakkan telurnya dalam tanah untuk melanjutkan kerurunannya. Setelah menetas lalumenjadi larva, kemudian tumbuh dan bermetamorfosis dewasa.
b.    Air
Tidak akan ada kehidupan tanpa air. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk keperluan hidupnya. Hewan dan insan membutuhkan air untuk minum. Dalam tubuh hewan dan insan air berfungsi sebagai pelarut makanan, menjaga tekanan osmotik sel, sebagai sarana transportasi zat (air merupakan cuilan terbesar plasma darah). Bagi tumbuhan, air merupakan komponen penting dalam fotosintesis, sarana transportasi zat, membantu proses pertumbuhan sel-sel, serta menjaga tekanan osmotik sel. Bahkan mikroorganisme mirip basil serta jamur mempersyaratkan kondisi yang lembap semoga sanggup hidup dengan baik. Dalam ekosistem air mengalami daur ulang yang disebut daur hidrologi.


c.    Udara
Atmosfer bumi kita merupakan adonan banyak sekali macam gas serta partikel-partikel debu. Sekitar 78% gas di atmosfer berupa gas nitrogen, 21% gas oksigen, 1% gas argon, serta sekitar 0,035% terdiri gas CO2, sisanya berupa uap air. Semua makhluk hidup membutuhkan gas oksigen untuk bernapas serta membebaskan CO2 ke udara. Di samping membebaskan CO2 dikala bernapas, flora juga menyerap CO2 dari udara untuk fotosintesis. Kegiatan insan yang sanggup meningkatkan kadar CO2 di udara sanggup menurunkan kualitas udara bagi kehidupan.
d.    Suhu
Setiap makhluk hidup membutuhkan suhu tertentu yang sesuai untuk melaksanakan acara hidupnya dengan optimum. Suhu tertentu yang sesuai untuk melaksanakan acara hidup dengan optimum tersebut dinamakan suhu optimum. Tumbuhan sanggup melaksanakan fotosintesis dengan hasil optimum pada suhu yang tidak terlalu panas, tetapi juga tidak terlalu hambar (antara 26o – 30o C) meskipun di luar kisaran suhu tersebut fotosintesis tetap sanggup dilakukan, namun hasilnya kurang optimum. Jamur memerlukan suhu yang relatif hangat semoga sanggup hidup dan berkembang dengan baik. Sebaliknya basil akan mati kalau suhu terlalu tinggi (tapi tidak berlaku untuk basil termo), dan sanggup melaksanakan metabolisme pada suhu yang terlalu rendah. Suhu tertinggi di mana makhluk hidup tetap sanggup melaksanakan akivitas hidup meski kurang optimal dinamakan suhu maksimum, dan suhu terendah di mana makhluk hidup tetap sanggup melaksanakan acara hidup meski kurang optimal disebut suhu minimum.
e.    Sinar
Sinar matahari mengandung energi kehidupan yang sangat tinggi. Tumbuhan hijau bisa mengubah zat anorganik menjadi zat organik kalau ada santunan energi sinar matahari. Energi kimia yang tersimpan dalam senyawa organik hasil fotosintesis flora hijau sangat diharapkan sebagai energi kehidupan bagi makhluk hidup lain. Dengan energi sinar matahari insan bisa membangun pembangkit listrik untuk pemenuhan kebutuhan energi.
f.     Kelembapan
Kelembaban udara menyatakan persentase jumlah uap air di udara. Uap air tersebut berasal dari penguapan air laut, sungai, danau, waduk dan sumber lain, maupun dari pelepasan uap air dari badan makhluk hidup. Makin tinggi kadar uap air di udara makin tinggi tingkat kelembapan udaranya. Udara yang lembap sangat membantu pertumbuhan jamur dan bakteri. Bahkan udara yang kelembabannya tinggi sangat berpeluang mendatangkan hujan, yang berarti mengembalikan air kembali lagi ke asalnya. Lumut dan flora paku juga menyukai udara yang lembap bagi kehidupannya.
g.    Altitude dan latitude
Ketinggian tempat dari permukaan maritim (altitude) dan perbedaan letak alasannya ialah perbedaan jarak dari garis lintang (latitude) sangat memengaruhi sebaran/distribusi makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, maupun mikroorganisme. Seekor beruang kutub tidak akan ditemukan di daerah tropis, atau sebaliknya pohon kelapa mustahil tumbuh di daerah kutub. Perbedaan faktor fisik yang sangat tajam antara daerah kutub dan daerah tropis mengakibatkan perbedaan sebaran tumbuhan. Spesies flora dan binatang pada dua daerah yang secara fisik berbeda akan berbeda pula.

2.    Komponen biotik
Komponen ekosistem yang bersifat hidup dinamakan komponen biotik. Komponen biotik ekosistem berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi berikut ini.
a.    Produsen
Semua organisme yang mempunyai kemampuan melaksanakan sintesis senyawa organik dari zat-zat anorganik disebut produsen. Organisme berklorofil, mirip flora hijau, merupakan komponen pokok dalam ekosistem. Tumbuhan hijau bisa melaksanakan fotosintesis, menghasilkan zat organik berupa glukosa yang tersimpan dalam buah, biji, atau umbi dalam bentuk zat tepung/amilum. Kemampuan menghasilkan senyawa organik ini akan meningkat kalau flora hijau mendapat air, CO2, dan cahaya matahari dalam jumlah yang melimpah. Senyawa organik hasil sintesis oleh produsen ini akan dimanfaatkan oleh organisme lain untuk memenuhi kebutuhan energi hidupnya. Semua alga, lumut, flora paku, flora berbiji dan beberapa jenis basil tergolong sebagai produsen.
b.    Konsumen
Organisme yang mendapat kuliner dari organisme lain dinamakan konsumen. Organisme kelompok ini tidak mempunyai kemampuan melaksanakan sintesis senyawa organik secara mandiri, karenanya kebutuhan makanannya murni bergantung pada organisme lain. Jika organisme tersebut mendapat zat organik pribadi dari produsen, disebut herbivora atau konsumen primer. Jika organisme tersebut mendapat zat organik dari herbivora, maka disebut karnivora atau konsumen sekunder. Hewan karnivora sanggup memangsa karnivora lain. Organisme yang mendapat zat organik baik dari produsen maupun dari konsumen disebut omnivora atau pemakan segala. Omnivora mendapat energi dari produsen, herbivora, maupun dari karnivora.
c.    Detritivor
Sisa-sisa organisme maupun bangkai organisme yang telah hancur/lapuk dinamakan detritus. Detritus merupakan sumber energi bagi detritivor. Jadi, detritivor merupakan organisme pemakan detritus. Luwing, cacing tanah, rayap dan teripang merupakan detritivor. Organisme ini sangat membantu dalam penghancuran secara mekanik sampah organik sebelum mengalami proses penguraian secara kimia. Dengan demikian detritivor juga mempunyai peranan yang tidak kalah penting dalam proses daur ulang sampah organik, di samping organisme pengurai.
d.    Dekomposer
Setelah dihancurkan oleh detritivor, selanjutnya sampah organik akan diuraikan secara kimia menjadi zatzat anorganik oleh organisme pengurai atau decomposer. Hasil dekomposisi (proses penguraian) sampah organik dikembalikan ke tanah sebagai mineral-mineral tanah. Pada hasilnya mineral-mineral tanah ini akan diserap kembali oleh akar flora untuk digunakan dalam proses pertumbuhan, termasuk sintesis senyawa organik lagi. Bakteri dan jamur merupakan organisme pengurai, yang sangat berjasa dalam proses daur ulang sampah organik.

Ekosistem merupakan interaksi antara organisme dengan lingkungan biotik maupun abiotiknya. Komponen abiotik merupakan komponen ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Komponen biotik ekosistem terdiri dari benda-benda hidup.
Organisme dalam ekosistem sanggup dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan cara mendapat makanan, yaitu berikut ini.
1.      Organisme autotrof, merupakan organisme yang bisa mensintesis zat makanannya sendiri. Organisme atutotrof dibedakan menjadi berikut ini.
a.       Fotoautotrof; kalau dalam mensintesis makanannya memerlukan santunan energi cahaya. Contohnya semua flora hijau, basil hijau, basil ungu. Tumbuhan hijau mempunyai pigmen berwaran hijau yaitu klorofil. Bakteri hijau mempunyai pigmen yang ibarat klorofil yaitu bakterioklorofil. Bakteri ungu mempunyai pigmen berwarna ungu yang disebut bakteriopurpurin.
b.      Kemoautotrof; kalau dalam mensintesis makanannya memanfaatkan energi hasil reaksi kimia. Contohnya basil pereduksi sulfur (bakteri belerang), basil besi, basil Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrobacter.
2.      Organisme heterotrof, merupakan organisme yang tidak bisa menghasilkan zat kuliner sendiri, hidupnya bergantung pada organisme lain. Contohnya hewan, manusia, dan basil (di luar basil kemoautotrof).

Satuan organisasi kehidupan dalam ekosistem terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu berikut ini.
1.      Individu merupakan organisme tunggal, contohnya seekor ayam, sebatang pohon mangga.
2.      Populasi; merupakan sekumpulan organisme sejenis (satu spesies) yang mendiami habitat tertentu pada waktu tertentu. Misalnya populasi padi di sawah merupakan sekumpulan tumbuhan padi (tidak termasuk tumbuhan lain) di sawah; populasi kambing di padang rumput merupakan sekumpulan kambing (tidak termasuk domba, atau kerbau, atau kuda) di padang rumput.
3.      Komunitas merupakan kumpulan dari beberapa populasi yang menempati suatu habitat tertentu. Misalnya komunitas sawah, terdiri dari populasi padi, populasi eceng gondok, populasi belalang, populasi wereng, yang hidup di suatu sawah.
4.      Ekosistem merupakan interaksi antara komunitas dengan lingkungan biotik dan abiotiknya.
5.      Bioma merupakan sekelompok ekosistem daratan pada sebuah benua yang mempunyai struktur dan ketampakan/fisiognomi vegetasi yang sama.
6.      Biosfer merupakan kesatuan dari banyak sekali ekosistem, yang ada di muka bumi ini.

Dalam ekosistem terjadi interaksi baik antara komponen abiotik dengan komponen biotik, interaksi antara sesama komponen biotik, atau interaksi antara sesama komponen abiotik.
1.      Interaksi antarkomponen abiotik
Komponen abiotik sanggup memengaruhi komponen abiotik lain secara timbal balik. Sebagai referensi kalau intensitas cahaya matahari yang mengenai suatu perairan meningkat menjadikan laju penguapan meningkat. Dari insiden tersebut terbentuklah awan yang apabila dalam jumlah banyak sanggup menghalangi sinar matahari ke bumi, sehingga intensitas cahaya matahari ke bumi berkurang, di samping juga sanggup mengakibatkan hujan yang airnya kembali lagi ke perairan.
2.      Interaksi antara komponen abiotik dengan biotik
Komponen abiotik sanggup memengaruhi komponen biotik dalam ekosistem, demikian pula sebaliknya. Sebagai referensi setiap flora mengambil air dari lingkungannya (dari dalam tanah), tapi flora juga membebaskan air ke lingkungan (ke udara) dalam bentuk uap air. Bersama uap air dari sumber yang lain, akan terbentuk awan dan turun sebagai hujan. Akhirnya air meresap ke dalam tanah (kembali lagi ke tanah). Di samping itu flora juga mengambil zat hara dari tanah, namun juga mengembalikannya lagi dalam bentuk ranting, dedaunan, dan sisa flora yang telah lapuk dan mengalami penguraian.
3.      Interaksi antara komponen biotik dengan komponen biotik
Komponen biotik secara timbal balik sanggup memengaruhi komponen biotik lainnya. Sebagai referensi dalam insiden simbiosis, masing-masing simbion memengaruhi satu sama lain. Seekor lebah menghisap madu dari sekuntum bunga, lebah mendapat kuliner (berupa madu) dari bunga, namun lebah juga menjadi mediator penyerbukan bunga tersebut. Jadi, antarkomponen dalam ekosistem terjadi kekerabatan timbal balik. Interaksi antarkomponen biotik dalam ekosistem sanggup dibedakan menjadi dua macam, yaitu berikut ini.
a.       Interaksi intraspesifik, yaitu interaksi antarindividu dalam satu spesies. Sebagai referensi contohnya dalam koloni lebah madu (Aphis sp) atau pada koloni rayap (Termit). Pada masing-masing koloni terdapat pembagian kerja yang sangat rapi antara ratu, prajurit, maupun pekerja. Interaksi pada koloni rayap dan lebah ini lebih bersifat saling membantu dan menguntungkan.


b.      Interaksi interspesifik, yaitu interaksi antarindividu yang berbeda spesies
1)      Predasi: merupakan interaksi antara organisme pemangsa (predator) dengan mangsanya (prey). Contohnya interaksi antara seekor harimau (predator) dengan seekor kijang (prey), interaksi antara kucing dengan tikus.
2)      Kompetisi: merupakan interaksi antara dua individu (dapat berbeda atau dalam satu spesies) berupa persaingan. Interaksi ini sanggup terjadi alasannya ialah terdapat kepentingan yang sama antarindividu yang bersaing (kompetitor). Misalnya persaingan mendapat makanan, persaingan mendapat daerah/wilayah kekuasaan (dominasi), berebut wilayah mencari makan (feeding ground), berebut tempat tinggal (sarang), berebut pasangan.
3)      Simbiosis: kehidupan bersama antara dua makhluk hidup atau lebih berbeda spesies dalam kekerabatan yang erat.
a)      Simbiosis mutualisme: kekerabatan simbiotik yang menguntungkan kedua belah pihak. Contohnya: simbiosis antara basil Rhizobium dengan akar tumbuhan Leguminoceae. Bakteri membantu menambat (fiksasi) nitrogen dari udara untuk kepentingan tumbuhan, tapi basil juga memperoleh senyawa organik sebagai sumber kuliner dari tumbuhan Leguminoceae.
b)      Simbiosis komensalisme: kekerabatan simbiotik yang menguntungkan salah satu pihak, tapi pihak lain tidak dirugikan. Contohnya ikan hiu dengan ikan remora.
c)      Simbiosis parasitisme: kekerabatan simbiotik yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Contohnya parasit dengan pohon inang, cacing pita dengan inangnya, cacing hati dengan inangnya
4)      Netral: kehidupan bersama antara populasi dua spesies atau lebih dalam satu daerah dan masing-masing populasi tersebut tidak saling meng-ganggu. Contohnya seekor cacing dengan belalang di sawah.

Jika antarkomponen dalam ekosistem terjadi kekerabatan yang dinamis, perubahan dalam batas-batas tertentu tidak akan menimbulkan gangguan dalam ekosistem tersebut. Ini berarti ekosistem tersebut telah mencapai keseimbangan yang mantap, dengan kata lain telah mencapai kondisi homeostatis. Ekosistem dalam keadaan homeostatis penting untuk dipertahankan, semoga keseimbangan ekosistem selalu terjaga dari generasi ke generasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh insan jangan hingga menggoyahkan keadaan homeostatis tersebut. Namun, sayang dalam kenyataannya cita-cita mirip ini sangat sulit terwujud. Manusia cenderung ingin menguasai dan melaksanakan manipulasi pada ekosistem atau lingkungan untuk tujuan-tujuan tertentu yang tidak selaras dengan konsep keseimbangan ekosistem. Demi tujuan sesaat insan rela mengorbankan kepentingan jangka panjang yang jauh lebih penting, dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjadikan kemunduran ekosistem.
Dewasa ini pembabatan hutan secara liar (illegal logging) sangat marak. Kerusakan hutan yang terjadi sudah berada pada taraf yang sangat mengkhawatirkan. Sebagian besar hutan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua tak ada yang luput dari acara illegal logging. Upaya-upaya yang dilakukan oleh banyak sekali pihak, baik pemerintah maupun swasta seolah sia-sia. Upaya aturan pun, seolah tidak menciptakan jera para pelakunya. Tidak sanggup dipungkiri bahwa ekonomi menjadi salah satu faktor pendorong para pelaku illegal logging, namun bergotong-royong alasan ini tidak berlaku bagi para pemodal (cukong) di balik maraknya praktik illegal logging.
Dampak yang timbulkan illegal logging pun tidaklah kecil. Kerusakan ekosistem hutan sedemikian parah, satwa yang biasa hidup di hutan menjadi terusik sehingga merusak wilayah pemukiman dan daerah pertanian warga, belum ancaman punahnya beberapa satwa langka dan dilindungi. Penebangan hutan juga menimbulkan ancaman banjir dan tanah longsor yang sewaktu-waktu sanggup terjadi. Mengingat banyak sekali kerugian yang mungkin terjadi, ialah sangat penting untuk segera menghentikan penebangan hutan secara liar, penegakan aturan yang tidak pandang bulu bagi para pelakunya, serta upaya pemulihan hutan yang terprogram dan terencana.

E.     Aliran Energi dan Daur Materi
Energi matahari merupakan sumber energi yang penting di alam, di samping sumber energi lain. Melalui serangkaian organisme energi matahari akan berpindah dan berubah dari satu bentuk energi ke bentuk lain. Energi mengalami aliran dari cuilan satu ke cuilan lain, tanpa mengalami pengurangan. Tidak ada energi yang hilang (musnah) dalam aliran energi. Banyaknya energi matahari yang ditangkap oleh produsen berbeda-beda jumlahnya, dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan maritim (dpl) dan penutupan oleh flora suatu wilayah. Hanya sebagian kecil energi matahari yang bisa diserap oleh klorofil dan digunakan oleh sintesis senyawa organik. Energi ini kemudian disimpan dalam bentuk energi kimia. Kecepatan menyimpan energi kimia oleh produsen disebut produksi primer kotor (PPK). Sekitar 20% dari PPK digunakan oleh flora (produsen) untuk kegiatan respirasi dan fotorespirasi. Sisanya disimpan oleh produsen sebagai produksi primer higienis (PPB). Energi dalam produsen, kira-kira sebesar 10%, akan berpindah ke konsumen primer (herbivora) melalui insiden konsumsi (memakan). Oleh konsumen primer energi tersebut digunakan untuk respirasi yang menghasilkan energi, selanjutnya energi yang dihasilkan digunakan untuk pertumbuhan, reproduksi, mengganti sel-sel yang rusak. Melalui rantai kuliner energi akan berpindah ke karnivora I, kemudian berpindah ke karnivora II.
Produktivitas yang menghasilkan energi yang tersimpan dalam badan konsumen disebut produktivitas sekunder. Adapun produktivitas yang menghasilkan energi yang tersimpan dalam badan produsen disebut produktivitas primer. Energi yang terkandung dalam badan produsen maupun konsumen akan dimanfaatkan oleh detritivor dan dekomposer kalau organisme produsen dan konsumen mati. Demikian pula energi dalam zat buangan sisa pencernaan (egesta), dan zat buangan sisa metabolisme badan (ekskreta). Melalui proses dekomposisi (penguraian) senyawa organik dari bangkai, egesta dan ekskreta akan diuraikan menjadi zat-zat anorganik yang hasilnya kembali ke alam. Jadi, energi mengalami perpindahan dari sumbernya ke komponen-komponen biotik ekosistem (produsen, konsumen, detritivor, dekomposer), tapi tidak kembali lagi ke sumbernya (matahari). Inilah yang dinamakan aliran energi (energy flow), bukan siklus energi.
F.     Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan
1.      Rantai makanan
Perpindahan materi dan energi dalam ekosistem berlangsung melalui serangkaian organisme. Organisme konsumen, baik herbivora, karnivora, maupun omnivora, serta detritivor dan dekomposer berperan penting dalam proses tersebut. Demikian pula produsen sebagai pihak yang menyediakan energi kimia bagi konsumen. Proses perpindahan materi dan energi melalui serangkaian organisme dalam insiden makan dan dimakan dengan urutan tertentu yang berlangsung satu arah dinamakan rantai makanan. Tiap-tiap kedudukan dalam rantai kuliner disebut tingkat trofi. Dalam rantai kuliner tingkat trofi pertama tidak selalu ditempati oleh produsen. Oleh alasannya ialah itu ada beberapa macam rantai kuliner ditinjau dari komponen yang menduduki tingkat trofi pertamanya, yaitu sebagai berikut.
a.    Rantai kuliner perumput
Jika kedudukan tingkat trofi pertamanya ditempati produsen.
Contohnya: padi       tikus        ular       elang
Pada referensi tersebut tingkat trofi pertamanya padi (produsen), tingkat trofi kedua tikus (konsumen pertama), tingkat trofi ketiga ular (konsumen kedua), dan tingkat trofi keempat ditempati oleh elang (konsumen ketiga).
b.    Rantai kuliner detritus
Jika kedudukan tingkat trofi pertamanya ditempati oleh detritus.
Contoh: kayu lapuk        rayap        ayam        elang
Gambar  1 Piramida Ekologi     Sumber: Microsoft Encarta 2006
Pada referensi rantai kuliner di atas tingkat trofi pertamanya ditempati oleh kayu lapuk (detritus), tingkat trofi keduanya rayap (detritivor), tingkat trofi ketiga ditempati ayam (konsumen kedua), dan tingkat trofi keempat ditempati oleh elang (konsumen ketiga).
2.      Piramida Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem sanggup disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.
a.       Piramida Jumlah
Organisme dengan tingkat trofik masing-masing sanggup disajikan dalam piramida jumlah. Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal, jumlah flora selalu lebih banyak daripada organisme herbivora. Demikian pula jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1. Karnivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida jumlah dibentuk berdasarkan jumlah organisme di tiap tingkat trofik.
b.      Piramida Biomassa
Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik sanggup disajikan dengan piramida biomassa. Biomassa ialah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik, maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan. Piramida biomassa berfungsi untuk menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu yang diukur dalam gram. Untuk menghindari kerusakan habitat, biasanya hanya diambil sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan pengukuran mirip ini akan didapat informasi yang lebih akurat perihal apa yang terjadi pada ekosistem.
c.       Piramida Energi
Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang dibutuhkan untuk menggambarkan suatu ekosistem. Oleh alasannya ialah itu dibentuk piramida energi berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktu yang lebih lama. Piramida energi bisa memperlihatkan citra paling akurat perihal aliran energi dalam ekosistem. Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurangnya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi alasannya ialah hal-hal berikut.
1)      Hanya sejumlah kuliner tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
2)      Beberapa kuliner yang dimakan tidak bisa dicerna dan dikeluarkan sebagai sampah.
3)      Hanya sebagian kuliner yang dicerna menjadi cuilan dari badan organisms, sedangkan sisanya digunakan sebagai sumber energi.
3.      Jaring-jaring makanan
Dalam ekosistem tiap trofi sanggup dimakan atau memakan lebih dari satu organisme pada tingkat trofi yang lain. Dari hal tersebut dimungkinkan terjadi proses makan dan dimakan dengan rangkaian yang kompleks. Bila beberapa rantai kuliner saling bekerjasama terbentuk jalinan yang kompleks akan membentuk jaring-jaring makanan. Jadi, jaring-jaring kuliner merupakan kumpulan dari beberapa rantai kuliner yang saling berhubungan
.
G.    Daur Biogeokimia
Gambar  2  Jaring-Jaring Makanan      Sumber: Biologi, 1983
Di alam ini banyak terdapat unsur-unsur kimia, baik yang terdapat dalam badan organisme, di air, dalam tanah maupun di batuan serta mineral. Unsur-unsur tersebut terikat dalam bentuk senyawa kimia, baik senyawa organik maupun senyawa anorganik Melalui serangkaian organisme dan lingkungan fisik, unsur-unsur tersebut mengalami daur atau siklus. Daur yang melibatkan unsur-unsur senyawa kimia dan mengalami perpindahan melalui serangkaian organisme inilah yang disebut daur biogeokimia. Dalam cuilan ini akan dibahas mengenal beberapa daur.
1.    Daur nitrogen (N)
Nitrogen merupakan cuilan terbesar penyusun gas dalam atmosfer bumi (sekitar 78%). Nitrogen di udara bebas tidak banyak bermanfaat bagi organisme. Oleh alasannya ialah itu nitrogen bebas tersebut perlu difiksasi (ditambat) semoga lebih dirasakan manfaatnya. Proses fiksasi nitrogen dari udara sanggup berlangsung oleh kegiatan fiksasi industri (misalnya industri pupuk nitrogen), fiksasi oleh mikroorganisme baik secara simbiotik maupun nonsimbiotik (bakteri, alga biru), maupun fiksasi oleh insiden alam mirip kilat atau petir yang mengakibatkan terbentuknya senyawa nitrat. Selanjutnya nitrat diserap oleh akar flora untuk digunakan dalam sintesis asam amino, komponen pembentuk protein. Protein flora dikonsumsi oleh binatang dan manusia, dan dikeluarkan lagi melalui feses, urin, ekskret bernitrogen lain.
Bersama dengan binatang dan flora mati, zat buangan bernitrogen tersebut akan mengalami pembusukan dan penguraian oleh basil dan fungi membentuk senyawa amoniak dan amonium.
Gambar  3  Daur  nitrogen    Sumber: Biologi, 1983
Oleh basil Nitrosomonas, Nitrosococcus amoniak dan amonium diubah menjadi nitrit. Proses perubahannya dinamakan nitritasi. Oleh basil Nitrobacter nitrit diubah menjadi nitrat, proses perubahannya dinamakan nitratasi. Gabungan dari nitritasi dan nitratasi dinamakan nitrifikasi. Senyawa nitrat tersebut hasilnya diserap kembali oleh akar tumbuhan. Ada jenis basil yang bisa mengubah nitrat dalam tanah menjadi nitrogen bebas, yaitu basil Thiobacillus denitrificans dan Pseudomonas denitrificans (keduanya disebut basil denitrifikasi). Proses perubahan nitrat dalam tanah menjadi nitrogen di udara bebas dinamakan denitrifikasi. Perubahan ini tentu sangat merugikan bagi kesuburan tanah.
2.    Daur Karbon (C)
Gas karbon dioksida (CO2 ) hanya terdapat sekitar 0,035% di atmosfer bumi. Kadar tersebut akan mengalami peningkatan sejalan dengan pembebasan gas CO2 baik oleh kegiatan insan maupun oleh insiden alam. Gas tersebut berasal dari pembakaran materi bakar fosil (minyak bumi), pembakaran atau kebakaran hutan, acara gunung api. Organisme produsen memanfaatkan CO2 udara untuk melaksanakan sintesis senyawa organik, baik melalui fotosintesis maupun kemosintesis. Senyawa organik hasil fotosintesis dimanfaatkan oleh organisme heterotrof (hewan, manusia) sebagai sumber energi. Melalui respirasi senyawa organik tersebut dibakar (dioksidasi), CO2 hasil pembakaran dibebaskan lagi ke udara. Selain sebagai sumber energi, senyawa organik tersebut sebagian disimpan dalam badan organisme. Jika organisme mati, senyawa karbon akan diuraikan dan diendapkan menjadi batuan karbonat dan kapur. Jika tersimpan dalam perut bumi dalam jangka waktu yang sangat lama, senyawa karbon sisa organisme mati sanggup menghasilkan materi bakar fosil (minyak bumi). Akhirnya oleh kegiatan insan materi bakar fosil tersebut kembali membebaskan CO2 ke udara.
3.   Daur Fosfor (P)
Gambar  5  Daur  Fosfor       Sumber: Biologi, 1983
Gambar  4  Daur   Karbon             Sumber: Biologi, 1983
Fosfor merupakan unsur penting pembentuk asam nukleat, protein, Adenosin Tri Pospat (ATP), dan senyawa organik lain. Fosfor (P) tidak pernah ditemukan dalam bentuk gas, tapi dalam bentuk fosfor dalam tanah, fosfor dalam air tawar dan laut. Oleh organisme produsen, fosfor diserap dan dimanfaatkan untuk sintesis senyawa organik (protein, asam nukleat, ATP). Senyawa organik yang mengandung fosfor ini hasilnya berpindah ke konsumen. Protein dalam badan organisme digunakan untuk metabolisme dan membangun bagian-bagian tubuh. Jika organismenya mati, senyawa organik yang mengandung fosfor mengalami perombakan oleh pengurai, hasilnya fosfor kembali lagi ke tanah, air tawar dan laut. Fosfor dalam tanah terbawa oleh air, diendapkan di danau atau lautan membentuk batuan yang mengandung fosfor. Batuan fosfor tererosi menghasilkan tanah, hasilnya fosfor kembali ke tanah.
4.    Daur Sulfur ( S )
Gambar  5  Daur  Sulfur        Sumber: Biologi, 1983
Sulfur banyak terdapat di kerak bumi. Sulfur sanggup diserap oleh flora dalam bentuk sulfat. Sulfur diharapkan dalam sintesis senyawa protein. Sulfat dalam tanah diserap oleh tumbuhan, selanjutnya digunakan untuk sintesis protein. Melalui rantai kuliner sulfur berpindah ke konsumen. Jika organisme mati, senyawa sulfur dalam organisme akan terurai secara aerob membentuk sulfat kembali, dan bila penguraian berlangsung secara anaerob menghasilkan gas sulfur dan sulfida. Gas sulfur dan sulfida juga berasal dari hasil reduksi senyawa sulfat secara anaerob oleh basil pereduksi sulfur. Oleh basil sulfur, gas sulfur dan sulfida di udara dioksidasi menghasilkan sulfur, selanjutnya sulfur dioksidasi lagi membentuk sulfat dalam tanah.
5.      Daur air
Air merupakan kebutuhan vital bagi semua makhluk hidup. Tak ada makhluk hidup yang bisa bertahan hidup tanpa adanya air. Air terdapat secara melimpah di laut, tetapi ketersediaannya relatif terbatas di daratan. Bagi tumbuhan, air merupakan salah satu faktor penting untuk fotosintesis, perkecambahan dan pertumbuhan, serta sarana transportasi zat. Bagi binatang dan manusia, air merupakan faktor penting dalam melaksanakan transportasi zat. Daur air disebut juga daur hidrologi. Secara garis besar daur hidrologi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu daur hidrologi pendek, daur hidrologi sedang, dan daur hidrologi panjang.
a.       Daur hidrologi pendek
Air maritim menguap, uap air naik ke udara kemudian bersatu menjadi awan. Pada ketinggian tertentu awan mengalami kondensasi dan presipitasi menjadi titik-titik air, kemudian turun sebagai hujan. Pada daur hidrologi pendek ini terbentuknya awan dan hujan terjadi di atas laut, jadi hujan tidak mencapai daratan.
b.      Daur hidrologi sedang
Air maritim menguap, uap air naik ke udara dan terbawa angin hingga di atas daratan membentuk awan. Pada ketinggian tertentu awan mengalami kondensasi dan presipitasi membentuk titik-titik air, kemudian turun sebagai hujan di daratan. Sebagian air meresap ke dalam tanah, sebagian lain kembali ke maritim melalui sungai.
c.       Daur hidrologi panjang
Uap air yang berasal dari penguapan air laut, kolam, danau, sungai maupun hasil transpirasi flora naik ke udara, kemudian bersatu menjadi awan. Awan terbawa oleh angin ke arah daratan dan pada jarak tertentu terhalang oleh pegunungan. Akhirnya awan mengalami kondensasi dan presipitasi menjadi titik-titik air dan turun sebagai hujan di atas pegunungan. Air hujan meresap ke tanah di pegunungan, kemudian diserap oleh flora di pegunungan, sebagian muncul sebagai mata air. Melalui sungai air mengalir kembali lagi ke laut.

H.    Macam-macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
1.      Ekosistem Darat         
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma. Bioma-bioma yang dimaksud sanggup dijabarkan sebagai berikut :
a.       Bioma gurun       
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun ialah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula flora menahun berdaun mirip duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan mempunyai akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
b.      Bioma padang rumput    
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya ialah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas flora terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
c.       Bioma Hutan Basah        
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan lembap terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang pribadi terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan lembap tropika sering terdapat flora khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
d.      Bioma hutan gugur         
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya ialah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat ekspresi dominan (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
e.       Bioma taiga         
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya ialah suhu di ekspresi dominan hambar rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies mirip konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan flora lembap sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada ekspresi dominan gugur.
f.       Bioma tundra      
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam bulat kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tumbuhan di daerah ini hanya 60 hari. Contoh flora yang lebih banyak didominasi ialah Sphagnum, liken, flora biji semusim, flora kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang dingin.  Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang tiba pada ekspresi dominan panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap mempunyai rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
2.      Ekosistem Perairan
Dalam ekosistem perairan dibagi atas ekosistem air tawar dan air laut, dimana sanggup dijabarkan sebagai berikut.
a.       Ekosistem Air Tawar       
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam flora yang terbanyak ialah jenis ganggang, sedangkan lainnya flora biji. Hampir semua filum binatang terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.  
Adaptasi organisme air tawar ialah sebagai berikut  :
b.      Ekosistem Air Laut
Ekosistem air maritim dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang. Dimana telah dijabarkan sebagai berikut:
1)      Ekosistem Laut          
Habitat maritim (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah maritim tropik, alasannya ialah suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu maritim sekitar 25°C. Perbedaan suhu cuilan atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di cuilan atas dengan air yang hambar di cuilan bawah disebut daerah termoklin.
2)      Ekosistem pantai        
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai mempunyai penyesuaian struktural sehingga sanggup menempel dekat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam dikala pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.


3)      Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.  Salinitas air berubah secara sedikit demi sedikit mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
4)      Terumbu karang
Di maritim tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang watu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih sanggup ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis sanggup berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.

I.       Manfaat dari Komponen-komponen Ekosistem
Komponen-komponen ekosistem mempunyai manfaat yang sangat besar bagi insan dan makhluk hidup lain, diantaranya sebagai berikut.
1.    Sebagai sumber materi kuliner bagi makhluk hidup lain. Misalnya produsen menyediakan materi kuliner bagi konsumen primer (herbivora), konsumen primer menyediakan kuliner bagi konsumen sekunder (karnivora), dan seterusnya.
2.    Berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem yang dinamis. Contohnya keberadaan harimau (karnivora) di suatu padang rumput untuk mencegah terjadinya ledakan populasi herbivora di wilayah tersebut, semoga ketersediaan rumput selalu terjaga. Kehadiran predator dan parasitoid ikut mengontrol populasi hama semoga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
3.    Menjamin tetap berlangsungnya daur ulang sampah organik di ekosistem. Contohnya jamur dan basil pengurai berperan menguraikan sampah organik menjadi zat-zat anorganik yang sangat diharapkan bagi kehidupan flora dan sekaligus sanggup mengatasi problem sampah organik.
4.    Sebagai sumber senyawa anorganik yang sangat diharapkan bagi kehidupan. Contohnya tanah merupakan sumber air dan unsur hara penting bagi kehidupan flora dan makhluk hidup yang lain. Udara merupakan sumber CO2 untuk fotosintesis tumbuhan, juga sebagai sumber O2 bagi semua makhluk hidup.
5.    Membantu mengatasi permasalahan polusi. Misalnya flora menyerap CO2 udara untuk fotosintesis, menyediakan O2 bagi organisme lain.


J.      Daftar Pustaka

Anshori, Moch. 2009. Biologi untuk Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) - Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Budiati, Herni. 2009. Biologi untuk Sekolah Menengan Atas dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Kistinah, Idun dkk. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Kusumawati, Rohana dkk. 2012. Detik-Detik Ujian Nasional Biologi. Klaten : Intan Pariwara.
Subardi dkk. 2009. Biologi Untuk Kelas X Sekolah Menengan Atas dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi untuk Sekolah Menengan Atas & MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Inspirasi guru. 2014. Pasword UN Biologi SMA/Ma 2015. Jakarta : Masmedia



Sumber http://dikaayurahma.blogspot.com