Saturday, January 27, 2018

√ Makalah Kuliah Psikologi Perkembangan Ranah Kognitif, Afektif Dan Psikomotor



PERKEMBANGAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pembimbing:
Dwi Rosyidatul Kholidah, M.Pd.I
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memenuhi Tugas √ makalah kuliah psikologi PERKEMBANGAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR

Disusun Oleh Kelompok 5:
Alfina Aghniya Fitri
Alif Alfian
M. Ubaidillah Arrosyid
Zuli Setya Ningsih

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)



Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fatah

Lamongan
2016

 
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah selalu kami limpahkan kepada Allah SWT, yang telah menawarkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga penulis sanggup menuntaskan makalah mata kuliah Psikologi Perkembangan.
Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan dan memberi pola kepada kita akan banyak sekali ilmu pengetahuan agama, dengan warisan terbesarnya al Qur’an dan al Hadits.
Kami sadar bahwa penyusunan kiprah makalah ini sanggup diselesaikan sempurna pada waktunya alasannya ialah dukungan, bimbingan serta pemberian banyak sekali pihak. Oleh alasannya ialah itu pada kesempatan baik ini penyusun memberikan banyak terima kasih kepada :
1.            Bapak Drs. H. Malik Zuhri, S.Pd.MM.Pd. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fatah.
2.            Ibu Dwi Rosyidatul Kholidah, M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Perkembangan, serta selaku pembimbing dalam penulisan makalah ini.
3.            Kedua orang bau tanah kami yang telah banyak memberi pemberian materiil maupun spiritual selama menempuh studi di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fatah Lamongan.
4.            Teman-teman serta semua pihak yang ikut membantu dalam menuntaskan penulisan makalah ini.
Dalam penulisan kiprah Makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan baik pada teknis maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan Makalah ini.
Lamongan, 19 April 2016
Penyusun,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………...………..1
KATA PENGANTAR………………………………………………………...………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...……..3
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang………………………………………………………………...4
  2. Rumusan Masalah……………………………………………………………..4
  3. Tujuan…………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
  1. Kognitif…………………………………………………………………..……6
  2. Afektif…………………………………………………………………………8
  3. Psikomotor………………………………………………………….…………9
  4. Evaluasi………………………………………………………………………10

BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan……………………………………………...………...…………14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….…………...………..15

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diharapkan penerima didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan penerima didik. Kita ketahui bahwa penerima didik merupakan objek yang berkaitan eksklusif dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat memilih keberhasilan penerima didik dalam sekolah.
Dalam kehidupan insan yang semakin usang semakin menuntut perlunya pendidikan bagi setiap manusia, tentu harus dilaksanakan secara merata dan efektif. Oleh alasannya ialah itu pendidikan merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dalam setiap kehidupan manusia. Perkembangan dalam dunia pendidikan sangat pesat dan cepat, oleh alasannya ialah itu dibutuhkan sebuah keahlian dan kemauan yang baik untuk menjalankan pendidikan. Akan tetapi untuk menjalankan semua itu tentu ada komponen-komponen di dalamnya. Seperti halnya guru sebagai fasiilisator dan kurikulum sebagai panduan dalam menjalankan pendidikan tersebut.
Orang bau tanah juga tidak kalah penting dalam kognitif anak alasannya ialah perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang bau tanah belum terlalu memahami ihwal perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berafiliasi dengan persoalan perkembangan kognitif anak.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara membuatkan kecakapan Kognitif?
2.      Bagaimana cara membuatkan kecakapan Afektif?
3.      Bagaimana cara membuatkan kecakapan Pikomotor?
4.      Bagaimana cara pengevaluasian ketiga ranah tersebut?
C.  Tujuan
1.      Mengetahui cara membuatkan kecakapan Kognitif
2.      Mengetahui cara membuatkan kecakapan Afektif
3.      Mengetahui cara membuatkan kecakapan Psikomotor
4.      Mengetahui cara pengevaluasian ketiga aspek tersebut

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Kognitif
1.    Mengembangkan Kecakapan Kognitif
Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanya ialah knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti luas ialah perolehan, penataaan dan penggunaan pengetahuan.Dalam dunia pendidikan aspek yang berafiliasi dengan tingkat kecerdasan penerima didik yang telah dicapai sesudah pembelajaran yang diberikan oleh guru untuk mengetahui hal tersebut seorang guru harus melaksanakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui berapa banyak siswa yang telah memahami dan tidak memahami bahan yang telah diberikan. Sehingga guru sanggup dengan gampang memeberikan bimbingan khusus kepada siswa yang belum memahami.
Pada umumnya ada dua preferensi dalam membuatkan kecakapan kognitif yang pertama yaitu timbul alasannya ialah dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang menjadikan siswa menganggap berguru hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya pun bukan ingin menguasai bahan secara mendalam melainkan hanya sekedar asal lulus atau naik kelas. Sebaliknya, preferensi yang kedua biasanya timbul alasannya ialah dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motif instrinsik) dalam arti siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Oleh karenanya siswa ini llebih memusatkan perhatiannya untuk benar-benar memahami dan juga memikirkan cara menerapkannya (Good&Brophy, 1990).[1]
Tugas guru dalam hal ini ialah memakai pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa memakai taktik berguru yang berorientasi dan pemahaman yang mendalam terhadap isi bahan pelajaran. Seiring dengan upaya ini , guru juga diharapkan bisa menjauhkan para siswa dari taktik dan preferensi kebijaksanaan yang hanya mengarah pada aspirasi asal lulus atau naik kelas. Guru juga dituntut untuk membuatkan kecakapan kognitif para siswa dalam memecahkan persoalan dengan memakai pengetahuan yang dimilikinya yang dan keyakinan-keyakinan terhadap pesan-pesan moral atau nilai yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuannya.. seiring denagn upaya ini, guru diharapkan tak bosan-bosan melatih penggunaan procedural knowledge (pengetahuan ihwal cara melaksanakan sesuatu) yang relevan dengan pengetahuan normative (declarative knowledge) yang ia ajarkan.
Cara-cara menganilis kognitif antara lain :
a.    Melakukan penilaian dengan melaksanakan ujian harian atau test.
b.    Melakukan umpan balik terhadap siswa.
c.    Melakukan test interview.
Guru diharapkan lebih banyak melaksanakan variasi dalam mengajar, metode-metode lebih efektif dalam memakai metode pembelajaran, sehingga guru tidak lebih monoton dan membuat siswa lebih aktif dan ulet dalam belajar. Karena dalam hal ini dituntut lebih bisa untuk menawarkan semua hal yang dibiutuhkan siswa supaya gampang dipahami dan di mengerti oleh siswa.
2.    Perkembangan aspek kognitif
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia SD / MI / SDLB / Paket A, merupakan Periode Of Formal Operation. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa ialah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (Meaningfully) tanpa memerlukan objek yang kongkrit atau bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pengajaran teknologi informasi dan Komunikasi ialah bahwa pelajar akan bermakna kalau Input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan talenta siswa. Pengajaran teknologi informasi dan komunikasi akan berhasil kalu penulis silabus dan guru bisa menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik siswa sehingga motivasi berguru mereka berada pada tingkat maksimal. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu : 1) Kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional) 2) Kecerdasan logis- matematis (kemampuan berfikir runtut) 3) Kecerdasan musical (kemampuan menangkap dan membuat pola nada dan irama) 4) Kecerdasan spasial (kemapuan membentuk imaji mental ihwal realitas) 5) Kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus) 6) Kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan membuatkan rasa jati diri) 7) Kecerdasan antar pribadi ( kemampuan memahami orang lain).[2]

B.  Afektif
Afektif ialah ranah yang berafiliasi dengan perilaku atau tingkahlaku dan pengembangan diri siswa dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru. Salah satu kegiatan penilaian yang sanggup membantu penerima didik dan guru untuk melihat dan mengetahui hasil berguru siswa dan kiprah mengajar guru didalam kelas ialah kegiatan penilaian diri (self assesment atau self evalution).
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Sebagai contoh, seorang guru agama piawai dalam membuatkan kecakapan kognitif dengan cara yang penyusun uraikan diatas, akan berdampak positif terhadap ranah afektif para siswa. Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam terhadap arti penting bahan pelajaran agama yang disajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap.
Dampak positif lainnya ialah dimilikinya perilaku mental keagamaan yang lebih tegas sesuai dengan tuntunan pemikiran yang telah dipahami dan diyakini secara mendalam. Sebagai pola , apabila seorang siswa diajak kawannya untuk berbuat tidak senonoh, menyerupai kumpul kebo atau penyalahgunaan narkoba, ia akan serta merta menolak dan bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap daya dan upayanya.[3]
Penilaian diri bagi penerima didik dan guru bisa memberi cara berfikir metakognitif yang sanggup berkembang terus menerus untuk melaksanakan perbaikan mutu pendidikan. Para andal menyebutkan bahwa tujuan penilaian selalu berpedoman pada empat hal yaitu : Menentukan arah, memeriksa, menemukan dan menyimpulkan. Oleh alasannya ialah itu mereka menyatakan bahwa terdapat tiga perilaku mental yang sanggup dipakai dalam penilaian, yaitu : perilaku rasa percaya, perilaku lebih tertarik dan perilaku keyakinan dalam pembelajaran akan sukses. Pengaruh perilaku mental akan melahirkan kerangka kerja responsive bagi guru dalam mengajar dan bagi penerima didik dalam belajar.

C.  Psikomotor
Psikomotor ialah aspek menilai ihwal perkembangan anak untuk mengubah dirinya memerlukan bentuk kegiatan tertentu serta latihan-latihan yang diarahkan sesuai dengan keberadaan dirinya sehingga terpenuhi kebutuhan psikologis, serta perasaan dicintai oleh orang-orang disekitanya.[4]
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang faktual dan gampang diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, alasannya ialah sifatnya yang terbuka. Namun kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta perilaku mentalnya.
Dalam perkembangan psikomotor anak, interaksi anak terhadap lingkungannya dihadapkan ada tiga dimensi anak yaitu kemampuan (Capanilities) lingkungan daerah anak melaksanakan fungsi kegiatan (environment)dan kebutuhan dengan banyak sekali tingkat keperluan (functioning & Support). Aspek ini sanggup dilihat sesudah siswa itu lulus dan bisa juga dari masa sekolah. Aspek ini berafiliasi eksklusif dengan keterampilan atau talenta siswa yang bisa di eksplorasi. Diperlukan sebuah bimbingan khusus menyerupai ekstrakurikuler yang bisa mengeksplorasi bakat-bakat yang masih terpendam dalam siswa tersebut.
Banyak pola mengambarkan bahwa kecakapan kognitif itu besar lengan berkuasa besar terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik dalam bidang pelajaran agama contohnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah sholat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau pemberian kepada orang yang memerlukan. Sebab ia merasa memberi pemberian itu ialah kebajikan (afektif), sedangkan perasan yang berkaitan dengan kebajiakan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap bahan pelajaran agama yang diterima dari gurunya (kognitif).

D.  Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata penilaian berasal dari bahasa ingris Evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran (John M. Echols dan Hasan Shadily : 1983). Menurut Stufflebean, dkk (1971) mendefinisikan penilaian sebagai ”the Proccess Of Delineating, Obtaining, and Providing Useful Information For Judging Decision Alternatives“Artinya penilaian merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berkhasiat untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi ialah peroses penilaian yang sistematis meliputi pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang di temukan. Evaluasi ini dilakukan tidak lain alasannya ialah adanya suatu tindakan dalam bentuk penelitian dan penilaian terhadap suatu proses yang terjadi secara tidak efektif.
a.    Soal kognitif
1. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab?
2. Mengapa di suatu negara harus ada Hukum?
3. Apa yang dimaksud dengan Negara?
4. Sebutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di dasarkan pada ... Undang-Undang Dasar 1945.
5. Menurut teori ketuhanan , terjadinya negara karena?
6. Pengusul pemerintahan republik dalam sidang BPUPKI adalah?
7. Nama lain sistem pemerintahan kerajaan adalah?
8. Siapa presiden pertama negara Indonesia?
9. Setiap bentuk negara mempunyai ciri khas berbeda. Ciri khas dari negara kesatuan adalah?
10. Apa yang menjadi Hukum dasar yang tetap terjaga sapai ketika ini di indonesia?
Jawab :
1. Menerima dan Menanggung segala apa yang telah kita perbuat
2. Agar sistem pemerintahan tetap berjalan dengan baik dan memberi batasan bagi warga negara dalam bertindak dan supaya Negara tidak kacau
3. Alat yang di buat oleh masyarakat bangsa, di beri kekuasaan untuk mengatur hubungan antar insan atau kelompok dalam suatu masyarakat bangsa,mengarahkan masyarakat secara bahu-membahu ke arah tercapainya tujuan dan impian bersama
4. Pasal 1 ayat 1 5. Adanya kekuasaan
6. Mr. Susanto Tirtoprodjo
7. Patria
8. Ir. Soekarno
9. Setiap provinsi mempunyai undang-undang dasar sendiri
10. PANCASILA
b.    Soal Afektif
1. Adat jawa lebih mengarah pada . . . . . . . . . .dan . . . . . . .antar masyarakat.
2. Bagaimana perilaku siswa yang baik ketika berteman dengan siswa yang berbeda agama?
3. Di Sekolah siswa di tuntut untuk bertingkahlaku . . . . . . . .dan . . . . . . . .pada semua warga sekolah
4. Apa yang dilakukan Siswa / Peserta didik yang baik ketika beliau menemukan Dompet temannya yang tertinggal?
5. Apa yang dilakukan siswa yang baik ketika beliau merasa bersalah kepada temannya?
6. Siswa harus taat peraturan yang di terapkan di sekolah. Penerapan tatatertib di sekolah yang harus ditaati oleh setiap siswa di sekolah tersebut merupakan wujud dari?
7. Beberapa dewasa berusaha untuk tampil sama persis dengan tokoh yang dikagumi. Dalam proses interaksi sosial tersebu sangat dipengaruhi oleh factor?
8. Sikap siswa yang baik ketika mengikuti Upacara Bendera adalah?
9. Interaksi sosial yang dilakukan secara berulang – ulang disebut?
10. Contoh kerjasama yang kaitannya dengan kepentingan umum atau masyarakat misalnya?
Jawab :
1. Kesopanan dan Tata krama
2. Saling Menghargai dan Menghormati
3. Disiplin dan Sopan
4. Mengembalikan Dompet tersebut tanpa mengambil apa yang ada dalam dompet tersebut.
5. Meminta Maaf dan Berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi.
6. Coercion
7. Identifikasi
8. Mendengarkan,megikuti dan Melaksanakan semua isyarat dalam pelaksanaan Upacara.
9. Proses Sosial
10. Ronda Malam
c.    Soal Psikomotor
1. Bagaimana refleks siswa ketika melihat sahabatnya kecelakaan atau jatuh?
2. Apa yang di lakukan siswa ketika guru cara mengajarnya monoton atau membosankan?
3. Apa yang di lakukan siswa ketika di suruh menjelaskan di depan kelas tetapi siswa itu pemalu?
4. Bagaimna respon siswa ketika di berikan pertanyaan secara tiba-tiba?
5. Bagaimana respon kita ketika mata ke masukan debu?
6. Apa yang kita lakukan ketika tiba-tiba kita melihat jurang ketika mengendarai sepeda motor?
7. Bagaimana respon guru ketika murid tidak mendengarkan ketika pelajaran berlangsung?
8. Bagaimana respon siswa ketika buku pelajaranya hilang?
9. Apa yang di lakukan oleh guru ketika melihat siswa yang terlambat?
10. Bagaimana respon siswa ketika melihat guru yang membawa buku yang banyak?
Jawab:
1. Terkejut dan eksklusif berlari menghampiri untuk menolong sahabatnya tersebut
2. Malas dan Tidak semngat dalam berguru
3. Bingung dan gugup
4. Terkejut tapi siswa eksklusif menjawabnya
5. Merasa perih dan berusaha mengucek mata secara perlahan
6. Menghindarinya
7. Menghampiri siswa dengan Marah dan menghukum siswa
8. Bingung dan takut dimarahi oleh guru
9. Menasehati disertai eksekusi
10. Membantu dan membawakannya

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada penerima didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melaksanakan kebijaksanaan budi dan pemecahan persoalan yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan afektif dan kecakapan psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA

·         Syah, muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013
·         Dr. Iskandar. Psikologi Pendidikan(Sebuah Orientasi Baru). Cipayung-Ciputat: Gaung Persada. 2009
·         Mustaqim. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2008
·         Nasution. Tekhnologi Pendidikan. Jakarta ; Bumi Aksara. 2010
·         Sagala,Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung: Alfabeta, 2005)
·         Suharsimi, Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Dalam Pebdidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2008


[1] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. 2013. Hlm. 83
[2] Mustaqim. Psikologi Pendidikan. 2008.
[3] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. 2013. Hlm. 84
[4] http://www.artikelbagus.com/2011/06/pengukuran-ranah-afektif-danpsikomotor.

Sumber http://dikaayurahma.blogspot.com