Wednesday, September 20, 2017

Kisah Faktual “Merah Hati” Part Ii

Kala itu (1994 s.d 1999), salah satu forum pendidikan formal yang terletak di tempat terpencil, yang berjarak sekitar kurang lebih 10 KM dari sentra pemerintah desa dan sekitar 40 KM dari sentra Kota Kabupaten, pada masa itu bila ingin ke kota kabupaten membutuhkan waktu tempuh berjam-jam naik kendaraan beroda empat ranjang melintasi jalan berkelok, berlumpur, serta bebatuan dan tanjakan. Hemm kendaraan beroda empat “ranjang” dikau begitu istimewa diberikan nama kendaraan beroda empat ranjang alasannya yakni modelnya ibarat mirip ranjang (tempat tidur besi yang berjaya pada zamannya) pemberangkatan ke kota kabupaten ataupun sebaliknya hanya sekali sehari dikarenakanan jumlah kendaraan sangat terbatas serta medan yang ekstrim. Pada masa “merah hati” melihat kendaraan beroda empat saja sudah girang bukan main apalagi naik kendaraan beroda empat itu jadi cita-cita aku hahaha…. Pernah sekali waktu aku ikut orangtua jadi buruh tani di sanrego (Kab. Bone) kebayang kan cita-cita itu terwujud yeeeiii dapat naik kendaraan beroda empat ranjaaang.


Pertama kali naik kendaraan beroda empat kulihat pohon berlarian hatiku berdegup kencang ah ternyata yang melaju yakni kendaraan beroda empat bukan pohonnya. Sepanjang perjalananan menikmati suara kikukikukkuk jawaban goresan besi bau tanah yang sudah mulai aus, ketika mendapat jalan berlumpur mobilpun mogok tidak peduli tua, muda, laki, wanita harus rela turun bergotong royong menarik tali dan mendorong kendaraan beroda empat apesnya lagi kalau pas mendorong ban kendaraan beroda empat berputar kolam kincir lumpur uennaakkk eee oahraga dorong mandi lumpur tak apalah yang penting impianku terwujud naik kendaraan beroda empat ranjang haha…


Sepulang jadi buruh tani aku kembali ke “merah hati”, Di Sekolah Negeri No. 220 Balle tempat aku menempuh pendidikan kala itu mempunyai satu unit gedung yang terdiri dari empat ruang kelas, satu ruang dipakai sebagai kantor, tiga ruang kelas dipakai sebagai tempat berguru siswa yang masing-masing satu ruang kelas dipakai untuk dua tingkatan kelas (Kls 1 &2, 3 & 4, 5 & 6) yang beratapkan seng, platfom gamacca, dinding seng, jendela kawat rang, dan lantai dengan semen biasa dan beberapa lantai kelas sudah berlubang tapi asyik alasannya yakni lobang tersebut dipakai untuk main kelereng para siswa. Tetapi disisi yang lain sekolah tersebut bekerjsama sangat glamor alasannya yakni dilengkapi dengan 7 unit “perumahan” atau rumah dinas tetapi hanya satu unit yang kadang dimanfaatkan dan bahkan tidak sama sekali pada dikala itu alasannya yakni guru tetap kami hanya dua orang yang merupakan warga sekitar yang rela membina kami kurang lebih 6 tahun. Kelas 1 hingga 6 hanya dibina oleh 2 orang guru kereeennn bukan…..


Kedua guru kami itulah sebut saja Ibu Darma dan Ibu Nurmi sapaan, yang rela, iklas dan begitu sabar mendidik kami semua………..NEX Kisah Nyata “Merah Hati” Part III di edisi berikutnya..


Baca juga….

Baca Juga :  Kisah Nyata “Merah Hati” Part I



Sumber aciknadzirah.blogspot.com