Wednesday, September 20, 2017

√ Cerita Burung Perkutut Di Kandang Emas


Suatu hari ada seorang saudagar kaya yang hobinya memelihara burung perkutut. Saudagar tersebut cukup banyak memelihara burung perkutut dan burung-burung itu dipelihara dalam sebuah kurungan/sangkar yang berbentuk sangat indah. Elihat indahnya kandang tersebut sanggup dipastikan bahwa harganya cukup mahal.

Bahkan ada beberapa burung yang mendapat akomodasi kandang yang paling mahal yang konon katanya berlapis emas alasannya konon juga burung-burung itu sanggup bicara ibarat layaknya manusia.

Sungguh luar biasa betapa seekor burung sanggup mendapat rumah yang berlapiskan emas. Mungkin hal ini alasannya rasa cinta dari saudagar yang begitu besar terhadap burung peliharaannya.

Sebelum pergi, setiap pagi sang saudagar selalu memberi makan burung-burungnya terlebih dahulu. Betapa senang hatinya telah sanggup memperlihatkan segala yang terbaik bagi burung-burung peliharaannya.

Suatu hari, sang saudagar ingin mengetahui apakah burung peliharaannya tersebut juga merasa senang ibarat dirinya. Maka untuk itu saudagar itu mendatangi burung perkututnya yang berada disangkat yang berlapis emas burung-burung yang konon sanggup bicara layaknya manusia.

Sungguh kaget saudagar tersebut mendengar balasan burung perkututnya bahwa mereka belum merasa senang dan burung perkututpun ingin sanggup hidup dialam bebas dan sanggup melaksanakan apa yang terbaik buat mereka.

Meskipun berat hati pada kesannya sang saudagar mau juga melepaskan burung perkututnya satu persattu ke alam bebas. Namun, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam sang saudagar tadi benar-benar gres menyadari bahwa makna kebahagiaan bagi dirinya ternyata sangatlah jauh berbeda dengan yang dimaksud burung-burung tadi.

Begitu juga dengan kita terhadap anak-anak. Karena rasa sayang orangtua yang begitu besar, sering kali orang renta banyak mengekang anak ibarat burung dalam sangkar. Begitu pula halnya dengan guru disekolah. Kita telah mengurung kebebesan anak didik ibarat burung dalam sangkar, dengan maksud yang baik, para guru mengajarkan apa saja yang dianggap baik dan mempunyai kegunaan pada murid, memperlihatkan kiprah yang wajid dikerjakan setiap hari, memerintahkan untuk menghafal nama-nama kota dan sebagainya. Namun, apakah hal ini menciptakan murid kita bahagia? Sebenarnya semua murid kita jauh lebih menginginkan kebebasan dalam belajar, kebebasan dalam berpikir, kebebasan menentukan lisan mereka masing-masing, kebebasan untuk berguru sesuai dengan gaya mereka masing-masing.

Pernahkah kita bertanya kepada murid-murid, apakah yang telah diberikan itu menciptakan mereka bahagia? Mari biasakanlah untuk selalu bertanya apakah anak kita senang dengan apa yang kita berikan. Apa sesungguhnya yang sanggup menciptakan anak senang dan apa sesungguhnya yang diinginkan anak dari orangtua atau gurunya?

mari kita berikan kebebasan pada anak untuk sanggup mengekspresikan keunggulan masing-masing semoga mereka sanggup terbang untuk mencapai puncak cita-citanya yang tertinggi. Hidup berdikari dan tidak hanya sanggup hidup di dalam kandang emas yang selalu tergantung pada orang lain yang memberinya makan setiap hari.

Sumber http://www.susiloblog.com/